Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN KRISTALISASI

Kristalisasi ialah peristiwa pembentukan partikel-partikel padat kristal di dalam suatu fase yang
homogen. Kristalisasi adalah proses pembentukan zat padat dari pengendapan larutan, melt (campuan
leleh), atau dapat pula merupakan pengendapan langsung dari gas (jarang terjadi).

KONSEP DASAR KRISTALISASI

Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated).
Kondisi tersebut terjadi karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya (jumlah zat
terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut).

TUJUAN KRISTALISASI

Kristalisasi merupakan metode yang praktis untuk mendapatkan bahan-bahan kimia murni dalam
kondisi yang memenuhi syarat baik untuk pengemasan ataupun untuk penyimpanan. Kemurnian zat ini
disebabkan oleh zat telarut yang cenderung berikatan dengan sesama molekulnya ketika kelarutannya
berkurang dan kemudian membentuk kristal.

MEKANISME KRISTALISASI

Mekanisme kristalisasi terdiri dari dua tahap, yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Potensial
pendorong untuk kedua tahap itu ialah kelewatjenuhan atau supersaturasi. Baik nukleasi maupun
pertumbuhan kristal hanya dapat berlangsung pada kondisi lewat jenuh (tidak dapat berlangsung
didalam larutan jenuh atau tidak jenuh).

1. Nukleasi

Nukleasi terjadi akibat penggabungan molekul-molekul solut membentuk cluster yang kemudian
tumbuh menjadi kristal. Dalam larutan lewat jenuh, solut terdifusi ke cluster dan tumbuh menjadi lebih
stabil. Jika ukuran kristal lebih besar,kelarutannya lebih kecil, sebaliknya jika ukuran kristal lebih kecil
maka kelarutannya lebih besar. Oleh karena itu, jika ada kristal yang berukuran lebih besar maka kristal
akan tumbuh, sedangkan kristal kecil akan terlarut lagi.
Pada gambar di atas, garis utuh merupakan kurva solubility dan garis putus-putus merupakan kurva
supersolubility. Pada daerah stabil (tidak jenuh), kristalisasi tidak akan terjadi. Pada daerah metastabil
(lewat jenuh), kristal dapat tumbuh, tetapi nukleasi spontan tidak akan terjadi. Pada daerah labil (lewat
jenuh),, nukleasi spontan akan terjadi. Jika larutan di titik A didinginkan tanpa ada kehilangan pelarut
sampai melewati kurva kelarutan sepanjang ABC, nukleasi spontan tidak akan terjadi sampai titik C
terlewati. Supersaturasi juga dapat diperoleh dengan mengurangi pelarut. Pengurangan pelarut dengan
temperatur konstan ditunjukkan oleh garis ADE.

-Jika kelarutan cenderung bertambah dengan bertambahnya suhu, maka pendinginan dapat dilakukan
untuk memperoleh kondisi supersaturated

-Jika kelarutan cenderung konstan dengan bertambahnya suhu, maka penguapan larutan dapat
dilakukan untuk memperoleh kondisi supersaturated.

2. Pertumbuhan Kristal

Pertumbuhan kristal merupakan tahap setelah nukleasi. Inti kristal yang terbentuk pada tahap nukleasi
akan bertabrakan dengan kristal lain atau benda lain seperti pengaduk atau dinding tangki. Oleh karena
itu, proses kristalisasi dapat dipercepat dengan pengadukan ataupun penambahan bibit kristal.
PRINSIP KERJA DAN JENIS-JENIS CRYSTALLIZER

Berdasarkan prinsip kerja kristalisasi dan alat yang digunakan, maka kristalisasi dapat dibagi menjadi
lima, yaitu kristalisasi pendinginan, kristalisasi penguapan, kristalisasi vakum, dilution crystallization, dan
reaction crystallization.

1. Kristalisasi Pendinginan

Pada kristalisasi pendinginan, supersaturasi dicapai dengan cara mendinginkan larutan. Pada sistem
larutan, penurunan suhu akan menurunkan kelarutan zat terlarut (solut), sehingga zat terlarut akan
keluar dari larutan dan mengkristal. Alat untuk operasi kristalisasi pendinginan di antaranya:

a)Tangki tak berpengaduk

b)Tangki berpengaduk

c) Trough crystallizer

d) Cooling disc crystallizer

e) Rotary crystallizer

f) Scraped-surface crystallizer

g) Oslo-crystal cooling crystallizer.

a) Tangki tak berpengaduk

Alat ini berupa bejana terbuka dan larutan dibiarkan dingin dengan sendirinya. Batang logam
dimasukkan ke dalam larutan sehingga kristal besar dapat tumbuh di permukaan logam tersebut. Karena
pendinginannya lambat, biasanya kristal yang terbentuk berukuran besar dan mother liquor yang
tertahan pada kristal cukup banyak, sehingga kristal biasanya tidak terlalu murni. Karena proses
kristalisasi tidak terkontrol, produk kristal beragam, mulai dari serbuk kecil hingga bongkahan yang
besar.

b) Tangki berpengaduk

Konstruksi

1. Tangki silindris dengan konstruksi bagian bawah berbentuk konis


2. Terdapat propeller yang dipasang di bagian tengah dalam kondisi fixed, yang berputar pada
sumbunya dan digerakkan oleh motor
3. Baffle vertikal mungkin dipasang di dalam tangki untuk pencampuran yang lebih baik
4. Dilengkapi dengan coil pendingin yang dipasang dari ujung kanan bawah sampai ujung kiri
atas untuk transfer panas yang lebih seragam atau diganti dengan jaket pendingin
5. Merupakan tipe yang kuno, beroperasi secara batch dan sebagai pendingin dipakai air yang
dialirkan di dalam pipa-pipa pendingin yang ada di dalam bejana.

Prinsip kerja

1. Bekerja berdasarkan prinsip pendinginan larutan


2. Larutan umpan dimasukkan ke dalam tangki crystallizer
3. Air akan mengalir sepanjang coil pendingin atau jaket pendingin dan larutan digerakkan oleh
baling-baling (propeller) yang terdapat pada tangki
4. Agitasi berfungsi menambah transfer panas serta menjaga temperatur larutan agar tetap
sama, membuat kristal yang terbentuk lebih seragam ukurannya
5. Kristal yang terbentuk akan mengendap di bawah dan dipisahkan dengan cairannya dengan
prosedur tertentu, bergantung pada proses selanjutnya

Keuntungan

Pemasangan pengaduk pada crystallizer menghasilkan kristal yang lebih kecil dan seragam serta dapat
mengurangi waktu kristalisasi.

Produk akhir cenderung mempunyai kemurnian yang tinggi karena mother liquor yang tertahan oleh
kristal lebih sedikit.

Kerugian

Beroperasi secara batch, sehingga banyak waktu untuk bongkar pasang, terutama untuk pemasukan
feed berikutnya, pemeliharaan, dan pembersihan alat.

Pada bagian permukaan coil, kelarutannya kecil karena penurunan suhu akibat dari transfer panas,
sehingga pada daerah tersebut kristalisasi terjadi paling cepat atau paling banyak yang bisa
menimbulkan kerak

Ilustrasi:
Video https://www.alibaba.com/product-detail/Customized-Stainless-steel-industrial-crystallizing-
tank_60776685483.html?spm=a2700.7724857.normalList.2.69c57d5fKC75ko

c) Trough crystallizer

Alat ini berupa palung (trough) yang panjang dengan lebar sekitar 1,2 meter. Larutan yang akan
dikristalkan dimasukkan dari ujung satu dan dikeluarkan diujung lainnya. Baffle transversal dipasang di
dalam crystallizer, sehingga aliran berbentuk zigzag. Pada crystallizer Swenson walker dilengkapi dengan
jaket untuk pendinginan dan pengaduk sekaligus pembawa berupa heliks berputar dengan kecepatan
rendah (5-10 putaran per menit) di dalam crystallizer untuk membantu pertumbuhan kristal.
SWENSON WALKER CRYSTALLIZER

Prinsip dasar:

Beroperasi secara kontinyu, menggunakan pendinginan sebagai metode mencapai kondisi


supersaturated

Beroperasi dengan melibatkan transfer massa dan transfer panas, karena feed nya akan dialirkan dari
ujung pipa ke ujung pipa lain, sedangkan bagian luarnya terdapat jaket berisi air pendingin untuk
transfer panas.

Konstruksi:

Alat ini berupa suatu saluran yang panjang dan berjaket, dimana jaket tersebut untuk aliran air
pendingin. Jaket tersebut memiliki lebar 2 ft (0,6 m) dan panjang 10 ft (3 m) dengan dasar semisilindris.

Biasanya terdiri dari beberapa ruas unit yang masing-masing bersambungan satu dengan yang lain
membentuk kristaliser yang panjang.

Di dalam salurannya dilengkapi dengan pengaduk yang horizontal sepanjang saluran. Pengaduk tersebut
berupa suatu as yang dilengkapi dengan pengaduk bentuk helic, yang mana disamping fungsinya sebagai
pengaduk (untuk membuat homogen) juga untuk mengalirkan bahan sesuai dengan arus aliran helicnya.

Larutan masuk pada ujung yang satu dengan temperatur yang tinggi dan keluar pada ujung yang lain
dengan temperature yang relative rendah. Air pendingin dapat dialirkan dari dalam jaket secara
cocurrent ataupun conter current.

Kelebihan:
Beroperasi secara kontinyu

Kristal yang terbentuk lebih seragam

Kelemahan:

Scrapper pada crystallizer ini pada kondisi operasi yang terlalu cepat mungkin bisa memecah ukuran
kristal yang terbentuk

Gambar:

d) Cooling disc crystallizer

Crystallizer ini terdiri dari silinder yang terbagi menjadi beberapakompartemen yang dipisahkan oleh
penukar panas pelat vertikal di antara piringanyang berputar pelan. Slurry kristal mengalir dari satu
kompartemen ke kompartemen selanjutnya.

Kelebhan: the low energy requirement and the theoretical possibility of complete conversion of feed
into water and solidified solutes
e)Rotary crystallizer

Crystallizer ini berupa silinder berputar, sama seperti rotary drier atau rotary kiln. Pendinginan dilakukan
dengan mengalirkan udara atau air pendingin didalam silinder. Kristal akan terbentuk di permukaan luar
silinder dan produk kristal diambil dengan menggunakan pisau.

f) Scraped-Surface Crystallizer

disebut juga Swenson surface-cooled Crystallizer.

The surface-cooled unit is a type of forced-circulation crystallizer consisting of a shell and tube heat
exchanger through which is pumped the slurry of growing crystals, a crystallizer body to provide
retention time, and a recirculation pump and piping. Within the crystallizer body is a baffle designed to
keep excessively fine crystals separated from the growing magma for size and slurry density control
purposes. The circulation rate through the heat exchanger is normally high enough so the temperature
drop is in the rangeof 1-2°F. Surrounding the tubes is the cooling media-either atempered water
circulated through segmented baffles or a vaporized refrigerant. Because the tube wall is the coldest
part of the crystallizing system, the temperature differences between the wall and the slurry being
pumped through the tube must be as small as practical. Practical values depend on the operating cycles
and the properties and characteristics of the materials. Temperature differences ranging from 5 to 15°F
are required to achieve reasonable operating cycles. Surface-cooled crystallizers are used where the
solution’s boiling point elevation is extremely high, as in the case of caustic solutions, or when the
temperature level is so low evaporation by vacuum is impossible.
g) Oslo-Krystal cooling crystallizer

Crystallizer ini merupakan crystallizer pendinginan dengan sirkulasi eksternal. Alat ini berupa tangki tak
berpengaduk yang menggunakan pompa untuk sirkulasi. Pendinginan dilakukan dengan heat exchanger
terpisah.

Merupakan crystallizer dengan menggunakan air sebagai media pendingin. Kadang-kadang digunakan
juga larutan garam sebagai media pendingin. Proses yang terjadi terdiri dari:

a. Pembentukan larutan lewat jenuh (super saturasi)

Feed merupakan larutan jenuh yang tercampur dengan sisa larutan dari tangki pengkristalan dilewatkan
pada cooler,karena adanya penurunan suhu maka dihasilkan larutan lewatjenuh.

b.Pembentukan pertumbuhan kristal

Larutan lewat jenuh yang diperoleh dialirkan dalam tangki kristalisasi sehingga terjadi kontak dengan inti
kristal dan terjadi pertumbuhan kristal. Sisa kristal setelah kristalisasi disirkulasi kembali dicampur
dengan feed yang masuk.

Gambar:
APLIKASI DI INDUSTRI

Typical applications for the SWENSON surface-cooledcrystallizer are in processing sodium chloride from
caustic solutions, sodium carbonate decahydrate from waste solutions, and sodium chlorate from
solutions saturated with sodium chloride.

In the sugar industry, vertical cooling crystallizers are used to exhaust the molasses in the last
crystallization stage downstream of vacuum pans, prior to centrifugation. The massecuite enters the
crystallizers at the top, and cooling water is pumped through pipes in counterflow.
MSMPR:

-Konversinya untuk single MSMPR lebih rendah dibanding denga batch crystallizer, kecuali bila dilakukan
multistage MSMPR, maka yieldnya menjadi semakin tinggi. Cara lain seperti merecycle mother liquor,
dan menambahkan anti solvent juga terbukti dapat meningkatkan konversi.

Untuk meningkatkan yield Kristal, maka harus mengorbankan kemurnian, karena berdasarkan beberapa
penelitian, semakin tinggi yield, kemurniannya akan semakin rendah.

Untuk memperoleh yield dan purity yang maksimum, maka diperlukan penelitian kondisi operasi yang
optimum. Berdasarkan penelitian, diperoleh yield dan purity yang tinggi didapat dengan 3 stage MSMPR
(Alvarez et al.)
Untuk optimasi ukuran partikel, maka yang berpengaruh adalah temperatur, waktu tinggal, dan
kemurnian.

Secara umum, distribusi ukuran kristal hasil MSMPR crystallizer memiliki jangkauan yang luas
dikarenakan residence time lebih besar. Ukuran partikel cenderung lebih besar dibandingkan dengan
tubular flow.

It is interesting to note that different locations of the wet mill were shown to have different impacts on
the particle size. In their work, Yang et al. compared the effect of different configurations of the
integration of a rotor-stator wet mill with MSMPR on the crystal size distribution. When the wet mill was
located upstream, it served as a seed generator and may have resulted in a larger mean size. When it
was downstream, it served as a continuous size-reduction tool (decreasing the square-weighted mean
chord length from 71 µm to 55 µm). In addition, the use of a wet mill operation was shown to narrow
the particle size distribution, regardless of the position of the mill.

Yang menentukan crystal size pada plug flow crystallizer:

1. Flow rate. Semakin cepat flow rate, maka semakin kecil ukuran partikel yang dihasilkan (Eder, et.al.)

2. Penambahan fines dissolution segments, menyebabkan ukuran partikel menjadi lebih besar
(Majumder and Nagy)

3. Penambahan ultrasound menyebabkan kuran partikel Kristal berkurang (Furuta et al)

4.

Anda mungkin juga menyukai