Semester V 2019/2020
LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORPSI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan penurunan tekanan di dalam kolom absorpsi.
2. Menentukan kelarutan CO2 didalam air.
d NxY
Yo
H Kog.a. A.Y
Y1
*
Y
Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan kog
lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :
N= Kog x a.A.H x selisih tekanan
laju absorpsi luas bidang rata-rata logaritma
(mol/detik) transfer massa(m2) (atm)
Pi
ln
N Po
Kog x
a. A.N Pi Po
Pi = tekanan partikel gas CO2 masuk kolom (atm)
Po= tekanan partikel gas CO2 keluar kolom (atm)
N = jumlah CO2 yang terserap dengan alat HEMPL
A = luas spesifik packing/ unit volume. Pada percobaan ini dipakai
Rasching ring dengan luas bidang kontak 440 m2/m3.
A.H = volume kolom berisi packing
Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanan total/ 760)
atmosfir.
a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air / NaOH dengan alat HMPL.
Misal :
- Laju alir CO2 F3 liter/detik
- Laju alir udara F2 liter/detik
- Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HEMPL V1ml
- Volume CO2 V=2ml
Atau
Fa tek.rata 2 kolom (mmhg) 273
N= x x (gmolCO2 terabsorpsi/ detik).
22,42 760 tem.kolom (K)
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak dipengaruhi
oleh penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan tekanan yang terjadi
sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b Penentuan kadar CO2 yang terabsorbsi dengan metode titrasi.
Absorpsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis
CO2 + H2 O H2CO3
Jika :
Laju alir F1 L/detik
Vol. Larutan NaOH V1 ml
Konsentrasi NaOH C1 M
VOL. Sampel V2 ml
Cd (t n) Cd (t m)]xvolumeSistem g.mol / det ik
(n m) x60
Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V2 ml, maka
volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 – V2) ml. pada tabung
kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2) ml lebih sedikit dan dikocok
dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi antara karbonat dalam
sampel dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk adalah barium karbonat
yang dari karbonat dalam sample. Jika larutan diberi beberapa tetes indicator
phenolphalein maka larutan akan berwarna merah jambu.
V. GAMBAR ALAT
2. Pada F3 = L/menit
F2 ∆P2 ∆P1
dP2 dP1
(L/menit) h1 h2 h1 h2
30 258 230 249 211
28 38
40 261 225 260 199
36 61
50 272 211 273 185
61 88
60 290 195 285 174
95 111
70 310 172 295 163
138 132
3. Pada F3 = 4 L/menit
F2 ∆P2 ∆P1
dP2 dP1
(L/menit) h1 h2 h1 h2
30 271 215 255 200
56 55
40 299 181 275 185
118 90
50 331 149 185 172
182 13
C. Pada F3 = 5 L/menit
F2 ∆P2 ∆P1
dP2 dP1
(L/menit) h1 h2 h1 h2
30 360 175 285 175 185 110
D. Pada F3 = 5 L/menit
F2 ∆P2 ∆P1
dP2 dP1
(L/menit) h1 h2 h1 h2
30 335 140 274 182
195 92
VIII. PERHITUNGAN
A. Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan metode HMPL
Laju alir air (F1) = 3 L/menit
Laju alir udara (F2) = 30 L/menit
Laju alir CO2 (F3) = 3 L/menit
Pada t = 15 menit
=0,0067
Waktu V1 V2
Yi Yo Fa (L/s)
(menit) (ml) (ml)
15 0,2
0,0066667 0,0611
30 0,4
30 0,074 0,0133333 0,0554
45 0,55
0,0183333 0,0511
60 0,9
0,03 0,0409
= 13,4 mmH2O
= 9,85294 mmHg
Pi = Patm + ∆P total
= 760 mmHg + 9,85294 mmHg
= 769,95294 mmHg
𝑃 𝑜𝑢𝑡−𝑃𝑖𝑛
Pav = 2
(760+765,5882 )mmHg
= 2
= 769,853 mmHg
= 0,00247
Waktu V1 V2
Yi Yo Fa (L/s) N
(menit) (ml) (ml)
15 0,2
0,0066667 0,0611 0,00247
30 0,4
30 0,07407 0,0133333 0,0554 0,00223
45 0,55
0,0183333 0,0511 0,00206
60 0,9
0,03 0,0409 0,00165
1
A = 2 𝜋 . 𝑑2
1
A = 2 . 3,14 . 0,0752
A = 0,00883125 m2
Maka,
𝑷𝒊
𝑵 𝒍𝒏
𝑷𝒐
Kog = 𝒂 𝑨 𝑯 𝒙 ( 𝑷𝒊−𝑷𝒐 )
769,95294 mmHg
0,00247 𝑙𝑛 760 mmHg
Kog = 440 𝑚2 ×0,00883125 𝑚2 ×1,4 𝑚
𝑥 (769,95294 mmHg−760 mmHg)
Kog = 6,4655.10-7
Waktu V1 Kog
V2 Fa
(menit (ml Yi Yo N
(ml) (L/s)
) )
15 0,2
0,00667 0,0611 0,00247 6,46547x10-7
30 0,4
30 0,07407 0,0133 0,0554 0,00223 5,86534 x10-7
45 0,55
0,01833 0,0511 0,00206 5,40994 x10-7
60 0,9
0,03 0,0409 0,00165 4,32907 x10-7
waktu vs Kog
0.0000007
0.0000006
0.0000005
0.0000004
Kog
0.0000003
0.0000002
0.0000001
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
B. Penentuan kadar CO2 metode titrasi
Menghitung konsentrasi CO2 dalam sampel masuk (Co) dan konsentrasi CO2
dalam sampel keluar (Cd)
Dimana :
CNaOH = Konsentrasi NaOH = 0,01 N
Co =
0,25 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑁
Co = 25 𝑚𝑙
Co = 0,0001 N
Cd =
0,15 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑁
Cd = 25 𝑚𝑙
Cd = 0,00006 N
1 0,0001 0,00006
2 0,0001 0,00006
3 0,00008 0,00006
4 0,00008 0,00008
5 0,0001 0,00006
C = ̶ 0,00004 N
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Co input
No Cd output(N) C (N)
(N)
Grafik perbandingan konsentrasi gas C02 yang diserap dengan cara hmpl
dan dengan cara titrasi.
waktu vs N
0.00300
0.00250
0.00200
0.00150
HPML
N
0.00100
TITRASI
0.00050
0.00000
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.00050
waktu (menit)
IX. PEMBAHASAN
Ismi Hikmawati Azizah (33117003)
Praktikum ini dilakukan untuk menentukan penurunan tekanan dalam
kolom absorbsi serta dapat melihat kelarutan gas CO2 di dalam air. Absorpsi
merupakan salah satu metode pemisahan komponen tertentu dalam campuran
dengan cara menyerapkan komponen yang akan dipisahkan dengan absorben
yang sesuai. Metode ini biasanya diterapkan pada campuran gas. Proses
absorbsi ini dapat terjadi jika campuran gas dikontakkan dengan suatu
cairan yang kemudian satu atau lebih komponen gas akan diserap
oleh cairan tersebut. Pada praktikum ini, gas yang akan diserap adalah CO2
(absorbat) dan cairan yang akan menyerap adalah air (absorben).
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa variasi. Untuk percobaan
penentuan penurunan tekanan dilakukan dua variasi, yaitu penurunan tekanan
aliran udara dalam kolom kering dan penurunan tekanan aliran udara dalam
kolom basah. Pada variasi penurunan tekanan aliran udara dalam kolom kering,
di-set laju alir udara 30 L/menit hingga 110 L/menit kemudian dicatat
perubahan tekanan P1 dan P2-nya sehingga diperoleh data yang menunjukkan
bahwa semakin besar laju alir udara yang di-set maka semakin besar pula
perubahan tekanan (pressure drop) pada kolom kering.
Sedangkan pada variasi kolom basah di-set laju alir air sebesar 2
L/menit sampai 6 L/menit dengan laju alir udara mulai 30 L/menit sampai
terjadi flooding dimana kondisi flooding di masing-masing variasi laju alir air
berbeda-beda. Semakin besar laju alir air yang di-set maka semakin cepat
terjadi peristiwa flooding. Pada variasi ini, mulai dilakukan kontak antara air
dengan udara dalam kolom ber-packing. Berdasarkan data yang diperoleh dapat
dilihat bahwa semakin besar laju alir air dan laju alir udara maka
semakin tinggi pressure dropnya. Dengan kata lain pressure drop berbanding
lurus dengan laju alir air dan laju alir udara.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan kelarutan CO2 di dalam air yang
dilakukan dengan dua metode yaitu HMPL dan metode titrasi. Metode HPML
adalah metode dimana analisa kadar CO2 melalui pengaliran gas CO2 kedalam
sebuah labu pada absorber berisi NaOH 1 N lalu dilakukan pengambilan data
dalam rentan waktu tertentu. Dalam percobaan ini dilakukan pengambilan data
dan pengambilan air input dan output setiap selang 15 menit. Air input dan
output akan digunakan untuk metode kedua yaitu metode titrasi. Data hasil
analisa yang diperoleh kemudian dihitung untuk mengetahui laju absorpsi CO2
oleh absorber setiap 10 menit.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh jumlah CO2 yang terserap
dengan menggunakan metode HMPL (N) akan semakin menurun dengan
berjalannya waktu yaitu pada menit ke-15, 30, 45, dan 60 nilai N berturut-turut
sebesar 0,00247; 0,00223; 0,00206; dan 0,00165. Selain itu nilai laju absorbsi
juga menurun (Kog) yaitu 6,46547x10-7 gmol/m2 s; 5,86534 x 10-7 gmol/m2 s;
5,40994 x 10-7 gmol/m2 Fs; dan 4,32907 x 10-6 gmol/m2 s. Hal ini menunjukkan
jumlah CO2 yang diserap berbanding lurus dengan laju absorbsi dan berbanding
terbalik dengan waktu.
Selanjutnya metode titrasi air input (Co) dan air output (Cd) ini dapat
dikatakan adalah sampel air sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa absorbsi
CO2. Kedua sampel ini masing-masing diambil 25 ml lalu dititrasi dan dihitung
konsentrasinya. Adapun reaksi yang terjadi pada kolom adalah sebagai berikut:
Sabil ( 33117024 )
Praktikum ini dilakukan untuk menentukan perubahan tekanan serta
dapat melihat kelarutan gas CO2 di dalam air pada kolom absorpsi Absorpsi
merupakan salah satu metode pemisahan komponen tertentu dalam campuran
dengan cara menyerapkan komponen yang akan dipisahkan dengan absorben
yang sesuai. Proses absorbsi ini dapat terjadi jika campuran gas dikontakkan
dengan suatu cairan yang kemudian satu atau lebih komponen gas akan diserap
oleh cairan tersebut. Pada praktikum ini, gas yang akan terserap adalah gas CO2
(absorbat) dan cairan yang akan menyerap adalah air (absorben).
Gas CO2 diperoleh dari kompresor yang kemudian dialirkan menuju alat
absorpsi. Sementara untuk kolom absorbsi pada alat ini berupa silinder yang
dilengkapai dengan isian (packing). Packing ini berfungsi untuk memperluas
kontak antara udara dan air, sehingga penyerapas gas CO2 ke dalam air
berlangsung lebih maksimal. Gas dan cairan (air) dialirkan berlawanan arah
dimana tempat pemasukan air berada di bawah kolom dan gas masuk dari atas
kolom absorpsi.
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa variasi. Untuk percobaan
penentuan perubahan tekanan dilakukan dua variasi yaitu perubahan tekanan
aliran udara dalam kolom kering dalam kolom basah. Pada variasi penurunan
tekanan aliran udara dalam kolom kering diperoleh bahwa semakin besar laju
alir udara maka semakin besar pula perubahan tekanan (pressure drop) pada
kolom absorpsi.
Sedangkan pada variasi kolom basah didapatkan bahwa semakin besar
laju alir air maka semakin cepat terjadi peristiwa banjir (flooding) pada alat
absorpsi. Pada variasi ini, mulai dilakukan kontak antara air dengan udara
dalam kolom ber-packing. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa
semakin besar laju alir air dan laju alir udara maka pressure drop juga akan
meningkat. Dengan kata lain pressure drop berbanding lurus dengan laju alir
air dan laju alir udara.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan kelarutan CO2 di dalam air yang
dilakukan dengan dua metode yaitu HMPL dan metode titrasi. Metode HPML
adalah metode dimana analisa kadar CO2 melalui pengaliran gas CO2 kedalam
sebuah labu yang berisi NaOH 1 N sebagai absorber lalu dilakukan
pengambilan data setiap 15 menit selama 1 jam dan pada waktu bersamaan
dilakukan pengambilan air pada input dan output untuk metode titrasi.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh jumlah CO2 yang terserap
dengan menggunakan metode HMPL (N) akan semakin sedikit dengan
berjalannya waktu yaitu pada menit ke-15, 30, 45 dan 60 nilai dengan N
berturut-turut sebesar 0,00247 , 0,00223 , 0,00206 , dan 0,00165. Selain itu
nilai laju absorbsi juga menurun (Kog) yaitu 6,46547 x 10-7 gmol/m2 s; 5,86534
x 10-7 gmol/m2 s; 5,40994 x 10-7 gmol/m2 s; dan 4,32907 x 10-7 . Hal ini
menunjukkan jumlah CO2 yang diserap berbanding lurus dengan laju absorbsi
dan berbanding terbalik dengan waktu.
Untuk kadar CO2 secara titrasi dapat diketahui dengan menitrasi sampel
air input dan output dengan NaOH 0,1 N dengan penambahan indicator PP
hingga terjadi perubahan warna.
Adapun reaksi yang terjadi pada kolom adalah sebagai berikut:
X. KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum yang dilakukan maka di dapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Laju alir udara sebanding dengan perbedaan tekanan. Semakin besar laju alir
maka semakin besar pula perbedaan tekanannya, jadi perubahan laju alir udara
mempengaruhi beda tekanan yang dihasilkan dimana keduanya berbanding
lurus.
2. Semakin lama waktu kontak antara cairan dan gas CO2 maka gas CO2 yang
terserap juga semakin besar.
3. Dengan bertambahnya laju alir air, maka flooding semakin cepat terjadi.
4. Jumlah CO2 yang terserap dengan alat HMPL (N) pada menit ke-15, 30, 45,
dan 60 berturut-turut adalah 0,00247; 0,00223 ; 0,00206; dan 0,00165. Selain
itu nilai laju absorbsi juga mengalami penurunan (Kog) yaitu -6.4655x10-7
gmol/m2s; 5,8653 x 10-7 gmol/m2 s; 5,4099 x 10-7 gmol/m2 Fs; dan 4,3291 x 10-
7
gmol/m2s.
5. Banyaknya CO2 yang diserap (C) pada menit ke-15, 30, 45, dan 60 nilai C
berturut-turut yaitu -0,00004 N; 0,00004 N; 0,00002 N; dan 0.
DAFTAR PUSTAKA