Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1


“Pengukuran Aliran Fluida”

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Akh. Ifan Fitril Fadilah (1731410103)
2. Elang Pancaran Shafira Imani (1731410081)
3. Ganang Setyo Nugroho (1731410005)
4. Mauliya Lailatul Umro (1731410118)
5. Salsabila Putri Romadhan (1731410149)
6. Yusuf Fajar Setyawan (1731410058)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA
Rabu, 07 November 2018

1. Tujuan Percobaan
a. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti prinsip pengukuran
aliran fluida
b. Mahasiswa mengenal beberapa jenis alat ukur kecepatan aliran
fluida
c. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kecepatan aliran fluida
dengan menggunakan masing-masing alat ukur kecepatan alir
fluida
d. Mahasiswa dapat menentukan koefisien masing-masing alat ukur
kecepatan alir fluida
2. Dasar Teori
Didalam teknik kimia, aliran fluida adalah suatu masalah yang
penting untuk dikuasai, karena hampir semua proses dalam pabrik
kimia maupun pabrik pemrosesan yang lain selalu melibatkan fluida
baik sebagai bahan baku, bahan setengah jadi,bahan jadi ataupun
sebagai bahan pembantu yang lain (utilitas). Salah satu hal yang
juga sangat penting dikuasai dala aliran fluida ini adalah mengukur
dan mengontrol/mengendalikan jumlsh bshsn yang masuk dan
keluar dari masing-masing alat pada pabrik tersebut. Ada beberapa
alat ukur fluida yang dikenal yaitu :
1) Water-meter
Water meter adalah alat ukur kecepatan alir air seperti
diapakai dpada saluran PDAM. Biasanya alat ini hanya
mencatat volume air yang telah lewat pada selang waktu
tertentu. Namun, ada juga yang dilengkapi dengan jarum
penunjuk kecepatan alir air yang sedang lewat.
Untuk menghitung kecepatan alir air yang sebenarnya( rate
actual), maka perlu dilakukan pengukuran dan perhitungan
dengan rumus sbb:
Qa = Cw x Qw
Dimana : Qa : rate actual (m3/sec)
Qw :”water-meter” volumetric rate (m3/sec)
Cw : koefisien/faktor koreksi untuk “water-meter”
Rate actual dicari dengan mengukur volume fluida yang
masuk tangki pengukur untuk selang waktu tertentu
Qa = (V2-V1)/t
Dimana : V1 : volume awal (m3)
V2: volume akhir (m3)
t : waktu
2) Pilot tube
Pilot tube merupakan salah satu alat ukur kecepatan fluida
yang berdasarkan pengukurannya pada beda tekanan yang
terjadi pada dua titik yang dilewati fluida dalam tube
(differential pressure flow-meter).

Dari gambar diatas, fluida mengalir ke dalam titik 2, timbul


tekanan yang kemudian menjadi stasioner pada titik tersebut
sehningga disebut sebagai titik stagnan.perbedaan tekanan
stagnan pada titik 2 ini dengan “static pressure” yang timbul
pada “static tube” menunjukkan peningkatan/kenaikan
tekanan yang berhubungan dengan kecepatan alir fluida,
dimana besarnya perbedaan tekanan ini diukur/ditunjukkan
oleh beda ketinggian fluida pengukur pada manometer.
Bila fluida yang diukur inkompressibel, maka dari persamaan
bernoulli dapat dihitung kecepatan fluidanya.

Dimana : v1 : kecepatan pada titik 1 (m/det)


v2 :kecepatan pada titik 2 (m/det)
P1 : Tekanan pada titik 1 (m/det)
P2 : Tekanan pada titik 2 (m/det)
 : densitas fluida (kg/m3)

Bila v1 = v dan v2= 0 maka:

Pada kenyatannya harga v diatas tidak sama dengan hasil


pengukuran yang sebenarnya (biasanya lebih besar),
sehingga perlu diberi koefisien/faktor koreksi yang disebut
koefisien pitot tube (Cp) sehingga:

Perbedaan tekana p2-p1 diddapat dari pembacaan


manometer dimana:

Dimana : (h2-h1) : beda ketimggian cairan manometer (m)


m : densitas cairan manometer (kg/m3)
G : percepatan gravitasi (9,8 m/det2)
3) Venturi-meter
Venturi meter dipakai untuk mengukur kecepatan rata-raat
aliran fluida dalam pipa.prinsip pengukurannya hampir sama
dengan pitot tube, bedanya v1 dan v2 pada venturi-meter
dapat diukur/dihitung berdasarkan diameter pipa dan leher
venturi-meter tersebut.
4) Orifice-meter
Serupa dengan venturi-meter, tapi diameter orifenya, bisa
diatur/diganti sesuai keinginan.

5) Rotameter
Pada rotameterkecepatan air fluida (volumetric rate) yang
diukur/terbaca pada alat tersebut biasanya sudah
menunjukkan kecepatan alir yang sebenarnya (actual
rate).akan tetapi dalam pemakainnya perlu kalibrasi untuk
melihat ketelitian (accuracy) dari rotameter sbb:
Qa= Cr x Qr
Dimana : Qa : volumetric rate yang sebenarnya (m3/det)
Cr :koefisien rotameter
Qr : volumetric rate yang terbaca (m3/det)
6) Bendungan atau DAM
Pada beberapa bagian peralatan proses dan aluran untuk
keperluan pertanania, cairan/air mengalir melalui saluran
terbuka. Untuk mengukur kecepatan alirannya digunakan
bendungan atau dam. Ada dua jenis bendungan yang sering
dipakai, yaitu benduangan segi empat dan bendungan segitga

3. Skema Kerja
 Kalibrasi Water-meter

mengisi storage tank dengan air bersih sampai hampir penuh

Memasang salah satu alat ukur aliran fluida pada tempatnya

Menghubungkan listrik ke stop kontak

Menghidupkan pompa

Mengatur valve pada kedudukan tertentu, catar kecepatan alir (volume


rate) yang terbaca pada meter air dan yang diukur dengan stopwatch
(actual rate)

Mengulangi langkah e untuk kedudukan valve yang lain sehingga


mewakili pengukuran terkecil sampai terbesar.
Membuat grafik/kurva kalibrasi

 Pilot Tube
Memasang pilot tube pada tempatnya, hubungkan pipa penghubung
manometer pada tempatnya

Menghubungkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu

Mencatat beda ketinggian pada manometer

Mencatat volumetric rate pada water-meter

Mencatat volumetric rate pada water-meter

 Orifice-meter (sama dengan Pitot Tube)


 Venturi-meter (sama dengan Pitot Tube)
 Rotameter:

Pasang Rotameter pada tempatnya

Hidupkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu

Catat volumetric rate pada water-meter

Catat volumetric rate pada rotameter

Ulangi langkah kedua untuk kedudukan valve yang lain


 Bendungan atau dam

Pasang bendungan pada tempatnya

Pasang mistar pengukur diatas bendungan dan set pada titik nol
Hidupkan pompa, buka vlave pada kedudukan tertentu

Catat volumetric rate pada water meter

Naikkan mistar pengukur sampai ujung jarum mistar tepat menyentuh


permukaan cairan, catat head cairan

Ulangi langkah tiga dan selanjutnya untuk kedudukan valve yang lain

4. Data Pengamatan
Tabel 1. Orifice-Meter

Q Q
Bukaan
Variab percobaa D1 D0 ∆ P❑ Vo Perhitung
valve
el n (m) (m) (Pa) (m/s) an (m3/s)
(putaran)
(m3/s)
0,03 0,02 10382,9 2,93
1 4,21% 1,45x10-3 1,114x10-
9 2 04 2 3

0,03 0,02 14091,0 3,41 1,297


2 6,32% 1,6x10-3
9 2 84 6 x10-3

Tabel 2. Venturi-Meter

Bukaa Q
Q
Vari n Perhitung
percoba D1 D2 ∆ P❑ V1 V2
abe valve an (m3/s)
an (m) (m) (Pa) (m/s) (m/s)
l (putar
(m3/s)
an)
1,45x10- 0,03 0,01 18788,1 1,30 6,14 1,563
1 4,21% 3
9 8 12 9 8 x10-3
1,55x10- 0,03 0,01 22743,5 1,44 6,76 1,72 x10-3
2 6,32% 3
9 8 04 1 5
Tabel 3. Pitot-Tube

Q Q
Variab Bukaan percoba D ∆ P❑ V1 Perhitungan
el valve (%) an (m) (Pa) (m/s) (m3/s)
(m3/s)
1,45x10- 2,4979 x 10-3
1 4,21% 3 0,045 1236,06 1,572

2 6,32% 1,6x10-3 0,045 1483,272 1,722 2,736 x 10-3

5. Analisis Data
 Orifice Meter

∆ p1 =∆ H1 × ( Prata-rata - ρ air ) ×g
=0,084× (13600-1000 ) ×9,8
=10382,904 Pa
∆ P2 =14091,084 Pa
variabel 1
Co 2 x ∆ P1 0,61 2 x 10382,904 m
v0 =
√D0 4
×
ρ
=
0,022 4
×
√ 1000
=2,932
s

√( )
1-
D1
1-

0,039 ( )
-3 -3 m3
Q= A 1 . v 0 =1,1939 x 10 x 2,932 = 3,5 x 10
s
-4 -3 m3
Q= A 2 . v 0 =3,7994 x 10 x 2,932 = 1,114 . 10
s
variabel 2
m
v 0 =3,416
s
m3 -3
Q= A 1 . v 0 =4,078 x 10
s
3
-3 m
Q= A 2 . v 0 =1,297 x 10
s
 Venturi Meter

∆P= ∆H ( ρraksa - ρair ) x g


kg
ρraksa =13600 3
m
kg
ρair =1000 3
m
∆ P1 = ∆ H1 . ( ρraksa - ρair ) x g
kg m
= 0,152 m ( 13600-1000 ) 3
x 9,81 2
m s
=18758,112 Pa
∆ P2 =22743,504 Pa

variabel 1
Co 2 x ∆ P1 0,98 2 x 18788,112 m
v2 =
√ D0 4
×
ρ
=
0,018 4
×
√ 1000
=6,148
s

√( )
1-
D1 √ 1- (
0,039 )
D22
v1=
( )
D21
. v2

0,0182 m
= ( 0,039 2 )
. 6,148=1,309
s

variabel 2
m
v 2 =6,765
s
m
v 1 = 1,441
s

variabel 1
-4 -3 m3
Q perhitungan 1= A 1 . v 2 =2,5434 x 10 x 6,148 =1,5636 x 10
s
variabel 2
-4 m3 -3
Q perhitungan 2= 2,5434 x 10 x 6,765=1,72 x 10
s
-3 -3
Q1 = A1 . v1 =1,939 x 10 x 1,309=2,538 x 10
-3 -3 m3
Q 2 =1,939 x 10 x 1,441=2,724 x 10
s

 Pitot Tube
∆ P1 = ∆ H1 ( ρreaksi - ρ air ) . g
=0,01 ( 13600-1000 ) . 9,81
= 1236,06 Pa
∆ P2 =1483,272 Pa

variabel 1
2 ∆P 2 . 1236,06 m
v= Cp x
ρ √=1 .
1000 √
=1,572
s
m
Q=A . v =1589 . 10-3 . 1,572= 2,4979 .10-3
s
variabel 2
m
v=1,722
s
-3 m3
Q=2,736 .10
s

6. Pembahasan

Praktikum ini merupakan penentuan aliran fluida (flow meter) menggunakan


tiga jenis pipa masing-masing adalah orifice meter, ventury meter dan pitot tube.
Fluida yang digunakan adalah air dengan menggunakan bantuan manometer raksa
untuk mengukur head sehingga didapatkan nilai tekanan (delta P) dalam satuan Pa.
Pada dasarnya ketiga alat tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang sama, tetapi dalam
praktikum ini akan dibandingkan alat ukur mana yang dapat menghasilkan nilai aliran
fluida (Q) yang lebih besar.
Sebelum melakukan percobaan, praktikan harus sudah mengenal bagian –
bagian dari alat pengukur debit aliran tersebut. Pipa pertama yang digunakan adalah
lempengan lubang aliran (orifice meter), yang dihubungkan dengan manometer raksa.
Sebelum melaksanakan percobaan, praktikan juga harus memastikan tidak
adanya gelembung pada manometer raksa sehingga didapatkan tinggi raksa mula-
mula sejajar (stabil) yang dapat memudahkan pembacaan nilai h. Variabel yang
digunakan dalam praktikum ini adalah bukaan putar dari valve yakni 4,21% dan
6,32%.
Pada saat pengoperasian alat data yang diambil adalah nilai debit aliran fluida
pada alata (Q percobaan) yang nantinya akan dibandingkan dengan Q secara teoritis
serta nilai h pada manometer raksa yang digunakan untuk menghitung nilai tekanan
(delta P). Pada orifice meter didapat nilai perhitungan tekanan sebesar 10382,904
Pa untuk variabel 1 dan 14091,084 Pa. Dari nilai tekanan tersebut
didapat nilai kecepatan awal (v0) sehingga akan didapat nilai Q
secara teoritis jika dikalikan dengan luas penampang pipa, dari
perhitungan nilai Q variabel 1 sebesar 1,114 x 10-3 m3/s dan variabel
2 sebesar 1,297 x 10-3 m3/s. Nilai tersebut sedikit berbeda dengan Q
hasil percobaan yang masing-masing sebesar 1,45 x 10-3 m3/s dan
1,6 x 10-3 m3/s.
Untuk pengukuran menggunakan pipa venturi meter, pada
prinsipnya sama dengan orifice meter, namun bedanya v1 dan v2
pada venturi-meter dapat diukur atau dihitung berdasarkan
diameter pipa dan leher venturi-meter tersebut. Untuk pengukuran
sama dlakuakan pembacaan nila h pada manometer raksa dan
pembacaan Q hasil percobaan pada alat. Dar nilai h akan didapat
nilai tekanan sehingga didapat nilai v1 dan v2. Dari nilai v1 akan
didapat nilai Q1 dengan mengalikan menggunakan luas penampang
pipa (A1) begitupun dengan nilai Q2 namun yang digunakan untuk
perbandingan dengan Q percobaan adalah nilai Q 2. Untuk nilai Q
dari masng-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk Pitot
Tube hampir sama dengan orifice dan venturi namun pitot tube
tidak memiliki nilai v1 dan v2 melainkan hanya nilai v karena pitot
tube hanya terbentuk dari pipa lurus yang mempunyai satu
diameter dan nilai dari masing-masing delta P, v da Q dapat dilihat
pada Tabel 3.
Untuk nilai masing-masing Q yang didapat terdapat perbedaan yang cukup
signifikan antara hasil percobaan dengan nilai Q secara teoritis. Untuk orifice meter
nilai Q percobaan lebih besar dibandingkan dengan nilai secara teoritis. Untuk venturi
meter nilai Q percobaan lebih kecil dbandingkan dengan nilai Q secara teoritis. Dan
untuk pitot tube nilai Q hasil percobaan lebih kecil juga dibandingkan dengan nilai Q
hasil perhitungan. Dari ketiga alat yang digunakan maka yang memiliki nilai Q
percobaan paling besar menggunakan orifice meter dan pitot tube namun ketiga alat
tersebut tidak memiliki perbedaan nilai Q percobaan cukup jauh, namun secara teoritis
nilai Q yang paling besar terdapat pada Pitot tube dengan nilai masing-masing
variabel satu dan dua 2,4979 x 10-3 m3/s dan 2,736 x 10-3 m3/s.
Perbedaan antara hasil percobaan dengan literatur dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya pembacaan manometer raksayang kurang teliti oleh
praktikan disebabkan karena miniskus cekung terkadang tidak berada tepat pada garis
ukur, sehingga praktikan menarik pengukuran nilai ketinggian pada garis ukur
terdekat dari miniskus cekung. Selain itu ketinggian raksa di dalam manometer
cenderung tidak bisa benar-benar stabil pada titik tertentu, ia akan bergerak naik turun
sekitar 3-5 cm, hal ini tentu saja menyulitkan praktikan untuk membaca nilai
manometer. Dan pengaturan variable area hanya diukur secara manual dan ketepatan
variable area hanya dilihat dengan mata telanjang yang mengakibatkan variable area
tidak terlalu tepat.

7. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran aliran pada pipa orifice, venturemeter dan pipa pitot berbeda
berdasarkan nilai Δh yang berbeda
2. Pengukuran debit aliran yang paling akurat padapercobaan ini adalah dengan
menggunakan pipa venturimeter
8. Daftar Pustaka
Pedoman Praktikum Mekanika Fluida , Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan
Sungai. 2015 Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Pedoman Praktikum Operasi Teknik Kimia. 2018. Teknik kimia Politeknik Negeri
Malang

Anda mungkin juga menyukai