NIM :2031410025
Dosen Pengampu :
IV. Metodologi
a. Alat
• Panci
• Kompor
• Wadah dan sendok/pengaduk
• Gelas ukur
• Indicator pH
• Cetakan sabun
• Thermometer
b. Bahan
• Minyak
• NaOH
• Asam stearate
• Gula pasir
• Gliserin
• Etanol 95%
• Aquades
c. Prosedur kerja
Mengaduk
Variabel Parameter
Konsentrasi
pH Warna Bau Busa
NaOH
Kuning Bau asam Tidak ada
1,5 gram 11
kecoklatan stearat busa
Putih Bau asam Ada sedikit
2 gram 13
kecoklatan stearat busa
Dokumentasi
Variabel
Konsentrasi Keterangan (Foto)
NaOH
1,5 gram
2 gram
Pada praktikum ini digunakan dua sampel, yaitu sampel dengan konsentrasi NaOH
1,5 gram dan 2 gram. Pada sampel dengan konsentrasi NaOH 1,5 gram, didapatkan bahwa
pH nya adalah 11. Hal ini sudah sesuai karena pH sabun berkisar 9-11. Sedangkan
warnanya adalah kuning kecoklatan. Warna yang dihasilkan disebabkan oleh suhu
pemanasan yang terlalu tinggi atau melebihi 60 C sehingga menjadi gosong. Selain itu,
juga disebabkan oleh wadah yang digunakan kurang steril. Bau yang tercium adalah bau
asam stearat yang dipengaruhi oleh pemberian asam stearate. Bau yang dihasilkan yaitu
menyengat karena pengaruh wadah kurang steril. Pada sampel ini tidak ada busa yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh bahan tidak terkonversi semua karena suhu pemanasan
yang terlalu tinggi. Pada sampel ini, sabun lebih cepat mengeras yang dipengaruhi .
Pada sampel dengan konsentrasi NaOH 2 gram, didapatkan pH nya adalah 13. PH
pada sabun umumnya berkisar 9-11. Nilai pH sabun yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan dehidrasi kulit. Sedangkan warnanya adalah putih kecoklatan.
disebabkan oleh wadah yang digunakan kurang steril. Bau yang tercium adalah bau asam
stearat yang dipengaruhi oleh pemberian asam stearate. Bau yang dihasilkan yaitu
menyengat karena pengaruh wadah kurang steril.Pada sampel kedua dihasilkan sedikit
busa yang berarti semua bahan berhasil terkonversi menjadi sabun. Pada sampel ini, sabun
tidak bisa mengeras atau membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi NaOH yang terlalu banyak sehingga air mudah menyerap dan mengakibatkan
sabun butuh waktu lama untuk mengeras.
VII. Kesimpulan
Pada praktikum pembuatan saben padat yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa sabun dengan konsentrasi NaOH 1,5 gram memiliki tingkat keberhasilan lebih
tinggi daripada sabun dengan konsentrasi 2 gram. Hal ini bisa dilihat dari pH yang
dihasilkan oleh sampel kedua lebih tinggi dari sampel pertama dan melebihi pH normal
saben padat. Sehingga jika digunakan akan mudah mengiritasi kulit. Selain itu, sampel
dengan konsentrasi NaOH lebih cepat mengeras dari pada sampel dengan konsentrasi
NaOH 2 gram yang disebabkan konsentrasi NaOH yang terlalu tinggi.
VIII. Referensi
1. Astriana, S. M.dkk. (2021). Modul Praktikum Dasar Rekayasa Proses. Praktikum Dasar
Rekayasa Proses. 1-35
2. Hardian, K.dkk. (2014). Evaluasi Mutu Sabun Padat Transparan Dari Minyak Goreng
Bekas Dengan Penambahan Sls (Sodium Lauryl Sulfate) Dan Sukrosa. Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
https://media.neliti.com/media/publications/200720-evaluasi-mutu-sabun-padat-
transparan-dar.pdf . Diakses pada 08 November 2021.
3. Widyasanti dkk. (2017). Pembuatan Sabun Mandi Cair Berbasis Minyak Kelapa Murni
(VCO) dengan Penambahan Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera Lam). Vol. 5 No. 2:
77-84
4. Apriana, Dwi. (2013). Pengaruh Kecepatan Dan Lama Sentrifugasi Terhadap Hasil
Pemisahan Sabun Pada Proses Saponifikasi (Effect of Speed and Centrifugation Periode
on the Separation Results Soap in Saponification Process ). Undergraduate thesis,
Undip.