Anda di halaman 1dari 2

RANGKUMAN

Gambar Rangkaian Alat Pengendali Tekanan Diagram Blok

PCT 10

PCT 14

Keterangan gambar :
V1, V2 = Pressure regulator valve
V3, V4, V5, V6 = Selector valve
V7 = Relief valve
P1, P2, P3, P4 = Pressure gauge

Variabel Set point (SP): nilai tekanan yang diharapkan pada pipa (terbaca di PCT 10 dalam %)

Error ( e ) : nilai selisih dari SP- PV. Nilai error dihitung oleh controller yang nilainya akan menjadi
Controller Output Signal (CO/PO)

Controller Output Signal (CO)/ Power Output (PO) : sinyal yang keluar dari controller untuk
menggerakkan Final Control Eleman (FCE). Sinyal ini sesuai dengan hasil keluaran dari nilai error
yang sudah dikalibrasi dengan variable operasi pada FCE (pada PCT 10 dinyatakan dalam satuan
%).

Manipulated Variable (MV) : merupakan bukaan valve pada FCE (flowrate udara tekan setelah
melewati control valve/ pneumatic valve)

Process Variable (PV) : nilai aktual tekanan setiap saat pada pipa (terbaca : 100% (PCT 10) = 8 psi
pada P4, 0% (PCT 10) = 0 psi (P4)).

Disturbance (D): merupakan output PV sebagai variabel pengganggu (buka/tutup valve V6 (aksi))

Recorder (R) :pencatatan nilai PV, yang ditampilkan secara grafis

Logika Proses A. FCE pada pengendali tekanan merupakan pneumatic valve dengan jenis AIR TO CLOSED (ATC).
Pneumatic valve jenis ATC bekerja dengan logika:
1. Valve menutup penuh pada saat nilai PO 100% sebanding dengan 15 psi pada P2
2. Valve membuka penuh pada saat nilai PO 0 % sebanding dengan 3 psi pada P2

B. Pengendali tekanan ini dilengkapi dengan vessel (tangki udara) yang berfungsi sebagai faktor
peredaman. Fungsi vessel adalah untuk meredam tekanan yang melewati proses sehingga
tekanan yang terbaca menjadi lebih stabil dan konstan.

C. Pengoperasian pengendali tekanan bisa dilakukan dengan 2 langkah


1. Menggunakan vessel dengan membuka valve V3, V5 menutup valve V4
2. Tanpa vessel dengan membuka valve V4 dan menutup valve V3, V5

D. Logika Proses

1. Jika SP telah ditetapkan (pada PCT 10 yang dinyatakan dalam %) , misalkan 50% . PV
terukur dalam P4 sebesar 4 psi dan terbaca pada PCT 10 sebesar 50 %.
Selanjutnya,
Jika diberikan disturbance dengan membuka V6, maka PV terukur pada P4 dan PCT 10
akan turun. Berarti nilai PV < SP. Maka agar nilai PV = SP (menghilangkan error), maka
laju alir udara tekan yang masuk ke dalam pipa (sebanding dengan tekanan) yang terbaca
di P3 , P2 (PV) harus diperbesar, sehingga valve harus terbuka (secara otomatis). Karena
jenis FCE pada pengendali tekanan adalah ATC maka aksi valve adalah terbuka , MV (%
PO) <<< .

KESIMPULAN : Jika terbaca : PV < SP maka untuk menstabilkan proses


PV >>  Valve dibuka  MV (PO ) <<

2. Jika SP telah ditetapkan ditetapkan (pada PCT 10 yang dinyatakan dalam %) , misalkan
50%. PV terukur dalam P4 sebesar 4 psi dan terbaca pada PCT 10 sebesar 50 %.
Selanjutnya,
Jika diberikan disturbance dengan menutup V6 , maka PV terukur pada P4 dan PCT 10
akan naik. Berarti nilai PV > SP. Maka agar nilai PV = SP (menghilangkan error), maka laju
alir udara tekan yang masuk ke dalam pipa (sebanding dengan tekanan) yang terbaca di P3
, P2 (PV) harus dipekecil , sehingga valve harus terbuka (secara otomatis). MV <<<
sebanding dengan aksi FCE untuk menutup. Karena jenis FCE pada pengendali tekanan
adalah ATC maka aksi valve adalah menutup , MV (% PO) >>

KESIMPULAN : Jika terbaca : PV > SP maka untuk menstabilkan proses


PV <<  Valve ditutup  MV (PO ) >>

.
3. Dengan logika yang sama, proses ini bisa dilakukan menggunakan atau tidak
menggunakan vessel sebagai alat peredaman

Direct/Revers Aksi proses (Reverse acting controller)


e Acting Jika MV (PO) kecil <<<<, maka otomatis PV >>>

Anda mungkin juga menyukai