Kelompok : 2
Nama anggota kelompok : 1. Eka Mahendra P
2. Elif Fertia Wahyu
3. Elsa Sartika Yuliana
4. Fitriyah Anisa R
5. Mei Susanti
6. M. Ilham Saputra
1. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengerti dan memahami proses evaporasi dalam Falling Film Evaporator (FFE).
2. Dapat mengoperasikan peralatan FFE dengan benar.
3. Dapat melakukan perhitungan perpindahan massa dan panas pada proses evaporasi
dengan FFE.
2. Skema Kerja
A. Persiapan
1. Keluarkan air dari aliran pipa, buka V5 dan V10
2. Buka V15 untuk aliran air pendingin ke W-3
3. Buka valve udara bertekanan (pengendali pneumatic)
4. Periksa kondisi valve sesuai konfigurasi yang diinginkan :
CO-CURRENT :
(a)Buka valve : V3 dan V10
(b)Tutup valve : V2, V4, V5, V6, V7, dan V8
5. Masukkan 250 g MgCl2 teknis ke dalam 1 L air, aduk sampai larut
6. Masukkan larutan tersebut ke T-7 dan tambahkan air hingga penuh (± 60 L)
7. Buka valve V12 dan V14
B. Start - up
a. Pada panel pengendali, atur set point (SP) tekanan steam + 1 bar atau sesuai variabel
dari pengajar.
b. Pompa umpan P2 dinyalakan kembali dan kecepatan alirnya harus sesuai dengan
pengaturan pada saat persiapan.
c. Buka penuh katub utama steam (V1) dibuka penuh.
d. Pada panel pengendali, at ur bukaan valve steam secara manual pada bukaan 70-80%
hingga tekanan steam mendekati nilai SP yang diinginkan. Setelah mendekati nilai SP,
otomatiskan sistem pengendali.
C. Proses
a. Jika SP tekanan steam sudah tercapai, proses evaporasi mulai berlangsung.
b. Uap air akan terbentuk di kondensor, jika jumlah uap air sudah cukup banyak, valve
vakum (di dekat tangki distilat dibuka) sesaat hingga distilat menetes, kemudian
ditutup kembali.
c. Ketika distilat menetes, lakukan sampling untuk data pada t = 0.
d. Biarkan proses berjalan, lakukan sampling setiap 10 menit selama + 30 menit – 1 jam.
e. Titik sampling terdiri dari:
i. Umpan (suhu, TI7, dan kadar MgCl2)
ii. Steam (suhu, TI1 dan tekanan, PV)
iii. Pemanas masuk dan keluar evaporator (suhu, TI4 dan TI6)
iv. Produk (laju alir, suhu TI11, dan kadar MgCl2)
v. Destilat (laju alir, suhu TI12 ,dan kadar MgCl2)
vi. Kondensat (laju alir dan suhu)
vii. Air pendingin (laju alir FI15, suhu masuk dan keluar kondensor, TI14 dan TI8)
f. Ulangi langkah a – e dengan variabel laju alir umpan maupun tekanan steam (sesuai
petunjuk pengajar)
D. Shut Down
a. Tutup penuh katub utama steam.
b. Pada panel pengendali, atur bukaan valve steam 0% secara manual.
c. Biarkan umpan mengalir hingga suhu di dalam evaporator berkurang dan matikan
pompa umpan P2.
d. Matikan switch utama pada panel pengendali kemudian tutup katub udara tekan.
3. Hasil Percobaan
Tabel 1. Data Pengambilan Sampel
Distilat Kondensat Produk Feed
t (min) F ρ F Kons Kons ρ F
T (˚C) ρ (g/ml) F (L/h)
(L/h) (g/ml) (L/h) (N) (N) (g/ml) (L/h)
10 0,900 0,9768 2,52 38,3 0,292 0,9792 41,40 0,289 0,9768 66,96
20 0,612 0,9764 2,04 38,3 0,295 0,9824 36,00 0,270 0,9764 66,96
30 0,324 0,9756 1,38 38,3 0,308 0,986 39,96 0,256 0,9756 66,96
40 0,162 0,9764 1,20 38,3 0,315 0,9868 47,52 0,313 0,9764 66,96
4. Pembahasan
Evaporasi didefinisikan sebagai proses penguapan pelarut dari campuran atau
larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Tetapi, pada sebagian besar kasus,
pengertian evaporasi dimaksudkan sebagai penguapan atau penghilangan air dari larutan
berpelarut air (aqueous solution).
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut yang bertujuan untuk memperkecil volume larutan dan menurunkan
aktivitas air aw. Prinsip dari evaporasi ini ialah dengan memisahkan pelarut dari larutan
sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat [1].
Secara umum, tujuan evaporasi adalah untuk menaikkan konsentrasi atau
memekatkan larutan. Contohnya adalah evaporasi larutan gula (nira), sodium chloride,
sodium hydroxide, glycerol, susu, jus buah, lem, dll. Dalam hal ini, produk yag diinginkan
berupa larutan pekat, sedang uap hasil evaporasi dibuang. Tetapi, pada beberapa kasus air
dengan kandungan mineral (relatif kecil) dievaporasi untuk mendapatkan air yang bebas
mineral untuk keperluan air umpan boiler, untuk pengencer reagen kimia, dll. Belakangan
ini, evaporasi juga dilakukan pada air laut untuk keperluan mendapatkan air minum. Juga
ada evaporasi bentuk khusus yang tujuannya untuk mendapatkan larutan dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi, yang bila dilakukan pendinginan akan terbentuk kristal
padat yang mudah dipisahkan dari cairan induknya.
Faktor–faktor yang perlu diperhatikan pada proses evaporasi meliputi (a) konsentrasi
larutan, (b) kelarutan (solubility), (c) sensitivitas bahan terhadap suhu, (d) pembusaan
(foaming), (e) tekanan dan suhu operasi, serta (f) kerak dan bahan konstruksi.
Masing–masing faktor tersebut dijelaskan dalam uraian berikut:
a. Konsentrasi larutan
Larutan yang dievaporasi umumnya memiliki konsentrasi yang relatif rendah
(encer), viskositas rendah (tidak kental) dan mempunyai koefisien perpindahan panas
cukup tinggi. Bila sebaliknya, maka kerja dari evaporator akan sangat berat dan
efisiensinya sangat rendah.
b. Kelarutan (solubility)
Saat larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut di dalam larutan naik, maka
bisa jadi batas kelarutan dalam pelarut terlampaui dan segera terbentuk kristal. Bila hal
ini terjadi , maka bisa terjadi proses dekomposisi ataupun degradasi dari zat terlarut
akibat overheating.
c. Sensitivitas bahan terhadap suhu
Beberapa produk terutama bahan makanan dan bahan nabati sensitif terhadap
suhu dan mudah terdegradasi pada suhu tertentu. Pada keadaan ini mungkin perlu
dilakukan evaporasi dengan vakum untuk menurunkan suhu penguapan.
d. Pembusaan (foaming)
Beberapa bahan yang mengandung soda, larutan susu dan asam lemak dapat
membentuk busa selama pendidihan. Hal ini akan menghambat pembentukan uap
sehingga bisa terjadi tumpah (entrainment).
e. Tekanan dan suhu operasi
Titik didih larutan dipengaruhi oleh tekanan sistem. Makin tinggi tekanan sistem
menyebabkan suhu pendinginan dan penguapan makin tinggi. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya dekomposisi ataupun degradasi bahan yang dievaporasi.
f. Kerak dan bahan konstruksi
Beberapa bahan dapat mudah membentuk kerak pada permukaan pemanas akibat
dekomposisi ataupun penurunan kelarutan. Ini akan menyebabkan penurunan koefisien
perpindahan panas. Sedangkan bahan konstruksi evaporator hendaknya dipilih yang
tidak mudah terkorosi dan tahan secara mekanik maupun panas.
Proses Evaporasi dalam Falling Film Evaporator (FFE) diawali dengan Umpan yang
dimasukkan melalui bagian atas kolom FFE dengan bentuk distributor tertentu, sehingga
pada waktu turun secara gravitasi ataupun dengan bantuan vakum, akan membentuk
lapisan tipis pada permukaan dalam pipa FFE. Fluida pemanas (steam atau air panas)
mengalir pada bagian luar pipa dan memberikan panas pada larutan umpan, sehingga
sebagian pelarut umpan di dalam pipa akan menguap dan di dalam kolom ini terdapat
campuran larutan yang relatif cukup kental dan uap pelarutnya. Kemudian karena pada
bagian bawah kolom dihubungkan ke condensor (pendingin) ataupun vakum melalui
tangki pemisah (separator), maka sistem pada kolom tersebut akan mengalami
pengosongan dan masuk ke separator karena terjadinya penurunan tekanan akibat
penurunan suhu pada kondenser ataupun adanya vakum. Di bagian separator ini, larutan
produk yang relatif berat dan pekat turun menuju tangki produk, sedangkan uap pelarut
terhisap menuju condensor dan dikondensasikan kemudian turun ke tangki distilat [2].
Ditinjau dari proses dan peralatan nya Falling Film Evaporator lebih sederhana
dibandingkan menara distilasi. Falling Film Evaporator hanya terjadi penguapan
sederhana, tanpa perlu mengatur flooding, reflux dan sebagainya. Konstruksinya hanya
berupa tabung besar (shell) yang didalam nya terdapat tabung kecil. Sedangkan pada
menara distilasi konstruksinya terdiri dari menara yang didalam nya berisi bahan-bahan
isian. Sehingga penggunaan steam pada Falling Film Evaporator lebih ekonomis
(economy steam lebih besar) dari proses distilasi. Pada evaporator waktu kontak singkat
dan pemanasan pada temperatur rendah, sehingga driving force perbedaan temperatur dan
pressure drop rendah.
Proses evaporator memiliki dua prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap air yang terlarut dalam cairan. Hasil dari evaporator berupa larutan
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan larutan yang telah dievaporasi biasanya terdiri
dari beberapa komponen volatile (mudah menguap).
Pengoperasian alat Falling Film Evaporator (FFE) ada 4 tahapan yaitu persiapan,
start-up, operasi, dan shut down. Pada tahapan persiapan yang dilakukan adalah
mempersiapkan bahan yang akan digunakan dan melakukan konfigurasi valve secara Co-
current. Valve yang dibuka adalah V3 dan V10. Untuk valve lainnya dalam keadaan
tetutup. Melakukan setting bukaan V1 untuk aliran steam secara manual melalui panel
pengendali. Untuk tahapan operasi dilakukan pengambilan data sampel setiap 10 menit
dan data densitas, konsentrasi, laju alir, dan suhu sebagai data pendukung analisa
percobaan. Tahapan shut down ini adalah tahapan terakhir dari pengoperasian alat FFE
untuk mengatur agar alat dapat dimatikan dengan aman sesuai standar proses yang
berlaku.
Percobaan kali ini adalah Falling Film Evaporator (FFE) dengan menggunakan
MgCl2 sebagai bahan utama yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Konsentrasi awal
MgCl2 adalah 0,36 N. Pembuatan larutan MgCl2 dengan konsentrasi 0,36 N membutuhkan
MgCl2 padatan sebanyak 250 gram yang dilarutkan dalam 60 liter air. Pengambilan sampel
dilakukan setiap interval waktu 10 menit saat proses start-up berjalan. Sampel yang
diambil antara lain aliran feed, distilat, kondensat, dan produk untuk diamati
konsentrasinya.
0.016
0.015
0.014
0.013
Xf
0.012
0.011
0.010
0 10 20 30 40 50
t (menit)
Xf
2.5000
2.0000
1.5000
ES
1.0000
0.5000
0.0000
10 20 30 40
waktu (s)
ES Eksperimen ES Teori
800000
700000
600000
U(W/m2.K)
500000
400000
300000
200000
100000
0
0 10 20 30 40 50
t (menit)
Teoritis Eksperimen
1400
1200
U ( w/m²k) 1000
800
600
400
200
0
0 10 20 30 40 50
t (menit)
0.018
0.016
0.014
0.012
0.010
0 10 20 30 40 50
t (menit)
xl teori xl eksperimen
5. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Evaporasi didefiniskan sebagai proses pemisahan pelarut dengan menggunakan
medium pemanas dari campuran / larutan yang mengandung zat terlarut. Prinsip kerja
dari Falling Film Evaporator (FFE) adalah penguapan dengan cara menjatuhkan
bahan umpan membentuk lapisan tipis, sementara itu pemanas dikontakkan terhadap
umpan lapis tipis dalam satu kolom FFE. Pertimbangan dibuat lapisan tipis adalah:
- Luas permukaan lebih luas sehingga memudahkan proses penguapan
- Penguapan yang terjadi berada di bawah titik didih air atau pelarut lain sehingga
memerlukan kalor yang lebih sedikit
2. Pengoperasian pada peralatan Falling Film Evaporator (FFE) terdiri dari :
a. Persiapan
Mempersiapkan semua kebutuhan proses dari bahan yang akan digunakan.
Membuka valve sesuai dengan konfigurasi co-current.
b. Start up
- Konfigurasi panel secara co-current
c. Operasi
- Mencatat segala data kebutuhan analisa seperti suhu, laju alir, konsentrasi dan
densitas.
d. Shut down
- Menunggu suhu alat hingga 35 ̊C kemudian mematikan semua alat sesuai
prosedur.
3. Data xL eksperimen yang didapatkan mengalami peningkatan selama perubahan
waktu, sehingga data tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
6. Daftar Pustaka
[1] Geankoplis, Christie, 1988, Transport Processes and Unit Operations, 3rd ed, Allyn and
Bacon, Inc, Boston.
[2] Subiyanto, G., 2012, Pemodelan Konsentrasi Produk Etanol pada Falling Film
Evaporator untuk sistem Etanol-Air, Jurnal Fluida Vol.8 , No.1, Mei 2012 hlm.25-32
Penentuan Xf (Feed)
MgCl2 = 250 g
V sampel = 10 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10 x N1 = 2,89 x 0,1
N1 (MgCl2) = 0,289 N
mol
M MgCl2 = 0,1445 L
mol
n MgCl2 = 0,1445 x 0,01 L
L
= 0,001445 mol
= 0,137 g
Penentuan XL (Produk)
MgCl2 = 250 g
V sampel = 10 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10 x N1 = 29,2 x 0,1
N1 (MgCl2) = 0,292 N
mol
M MgCl2 = 0,146 L
mol
n MgCl2 = 0,146 x 0,01 L
L
= 0,00146 mol
= 0,1387 g
= 10,02 g
massa MgCl2
xL = massa sampel
0,1387
= = 0,0138 (Perhitungan eksperimen)
l0,02
F.xf = L.xL
F.xf 65406,52 x 0,01367
xL = = = 0,022 (Perhitungan teoritis)
L 40538,8
Penentuan Kebutuhan Steam (Eksperimen)
L ml
Flow Kondensat = 2,52 h = 2520 h
g
Densitas air pada suhu 38,3˚C = 0,993 ml
ml g g
V (Distilat) = 900 x 0,9956 ml = 896,04 h
h
j
Cp air = 4,183 g.k
j
Cp air pada TI-11 = 4,216 g.k
= 3897,98 g/h
ΔT1-ΔT2 117,4-62,7
ΔT LMTD = ΔT1 = 117,4
ln ln
ΔT2 62,7
54,7
= = 87,209 ˚C
0,627
q = s × (Hs - hs)
q = Flow kondensat × ρ kondensat × (Hs - hs)
ml g
= 0,7 × 0,993ml × (2770,17 – 307,65)
s
J
= 1711,69 = 1711,69 W
s
S × (Hs - hs) 2502,36 × 2462,51
U= =
A × ΔT LMTD 0,2 × 87,209
W
= 336469,863 (Eksperimen)
m2 × k
W
= 524126,822 (Teoritis)
m2 × k
ΔT1-ΔT2 41,6-1,9
ΔTLMTD = ΔT1 = 41,6
ln ln
ΔT2 1,9
39,7
= 3,086 = 12,864 ˚C
q = V x Cp x ΔT
J
q = 879,12 g/h x 4,2 j/g x 12,864 = 47497,8
s
V x Cp x ΔT 47497,8
U= =
A x ΔTLMTD 2,5 x 12,864
w
= 1476,92
m2 × k