Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM PILOT PLANT

(FALLING FILM EVAPORATOR)

Kelompok : 2
Nama anggota kelompok : 1. Eka Mahendra P
2. Elif Fertia Wahyu
3. Elsa Sartika Yuliana
4. Fitriyah Anisa R
5. Mei Susanti
6. M. Ilham Saputra
1. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengerti dan memahami proses evaporasi dalam Falling Film Evaporator (FFE).
2. Dapat mengoperasikan peralatan FFE dengan benar.
3. Dapat melakukan perhitungan perpindahan massa dan panas pada proses evaporasi
dengan FFE.
2. Skema Kerja
A. Persiapan
1. Keluarkan air dari aliran pipa, buka V5 dan V10
2. Buka V15 untuk aliran air pendingin ke W-3
3. Buka valve udara bertekanan (pengendali pneumatic)
4. Periksa kondisi valve sesuai konfigurasi yang diinginkan :
CO-CURRENT :
(a)Buka valve : V3 dan V10
(b)Tutup valve : V2, V4, V5, V6, V7, dan V8
5. Masukkan 250 g MgCl2 teknis ke dalam 1 L air, aduk sampai larut
6. Masukkan larutan tersebut ke T-7 dan tambahkan air hingga penuh (± 60 L)
7. Buka valve V12 dan V14

B. Start - up
a. Pada panel pengendali, atur set point (SP) tekanan steam + 1 bar atau sesuai variabel
dari pengajar.
b. Pompa umpan P2 dinyalakan kembali dan kecepatan alirnya harus sesuai dengan
pengaturan pada saat persiapan.
c. Buka penuh katub utama steam (V1) dibuka penuh.
d. Pada panel pengendali, at ur bukaan valve steam secara manual pada bukaan 70-80%
hingga tekanan steam mendekati nilai SP yang diinginkan. Setelah mendekati nilai SP,
otomatiskan sistem pengendali.

C. Proses
a. Jika SP tekanan steam sudah tercapai, proses evaporasi mulai berlangsung.
b. Uap air akan terbentuk di kondensor, jika jumlah uap air sudah cukup banyak, valve
vakum (di dekat tangki distilat dibuka) sesaat hingga distilat menetes, kemudian
ditutup kembali.
c. Ketika distilat menetes, lakukan sampling untuk data pada t = 0.
d. Biarkan proses berjalan, lakukan sampling setiap 10 menit selama + 30 menit – 1 jam.
e. Titik sampling terdiri dari:
i. Umpan (suhu, TI7, dan kadar MgCl2)
ii. Steam (suhu, TI1 dan tekanan, PV)
iii. Pemanas masuk dan keluar evaporator (suhu, TI4 dan TI6)
iv. Produk (laju alir, suhu TI11, dan kadar MgCl2)
v. Destilat (laju alir, suhu TI12 ,dan kadar MgCl2)
vi. Kondensat (laju alir dan suhu)
vii. Air pendingin (laju alir FI15, suhu masuk dan keluar kondensor, TI14 dan TI8)
f. Ulangi langkah a – e dengan variabel laju alir umpan maupun tekanan steam (sesuai
petunjuk pengajar)

D. Shut Down
a. Tutup penuh katub utama steam.
b. Pada panel pengendali, atur bukaan valve steam 0% secara manual.
c. Biarkan umpan mengalir hingga suhu di dalam evaporator berkurang dan matikan
pompa umpan P2.
d. Matikan switch utama pada panel pengendali kemudian tutup katub udara tekan.
3. Hasil Percobaan
Tabel 1. Data Pengambilan Sampel
Distilat Kondensat Produk Feed
t (min) F ρ F Kons Kons ρ F
T (˚C) ρ (g/ml) F (L/h)
(L/h) (g/ml) (L/h) (N) (N) (g/ml) (L/h)
10 0,900 0,9768 2,52 38,3 0,292 0,9792 41,40 0,289 0,9768 66,96
20 0,612 0,9764 2,04 38,3 0,295 0,9824 36,00 0,270 0,9764 66,96
30 0,324 0,9756 1,38 38,3 0,308 0,986 39,96 0,256 0,9756 66,96
40 0,162 0,9764 1,20 38,3 0,315 0,9868 47,52 0,313 0,9764 66,96

Tabel 2. Data Kondisi Operasi


Suhu W1 (˚C) Suhu W2 (˚C) Suhu W3 (˚C)
t
(min) TI- T T TI- TI- TI- TI- TI- TI- TI-
TI-01 TI-07 TI-10
01 cond freshwater 06 04 06 11 12 08 14
10 148,2 38,3 171,5 147,7 171,5 148,2 147,7 54,1 85 73,5 30 31,9 31,9
20 134,6 38,3 157,7 134,3 157,7 134,6 134,3 54,3 88 58,4 30 31,7 32,2
30 135,8 38,3 158,9 135,2 158,9 135,8 135,2 60,2 92 63,8 31 31,9 32,1
40 136,6 38,3 159,8 136,2 159,8 136,6 136,2 58,7 90 60,7 31 31,9 32,2

Tabel 3. Data Neraca Massa untuk Falling Film Evaporator


XL
t (min) F (g/h) L (g/h) Xf XL teoritis
eksperimen
10 65406,528 40538,88 0,013 0,0138 0,022
20 65379,744 35366,40 0,012 0,0139 0,023
30 65326,176 39400,56 0,012 0,0146 0,020
40 65379,744 46892,74 0,014 0,0149 0,020

Tabel 4. Data Neraca Energi untuk Falling Film Evaporator


t F kond F kond ρ kond Hf Hv
T (˚C) V (g/h) L (g/h) F (g/h)
(min) (ml/mnt) (ml/h) (g/ml) (Kj/Kg) (Kj/Kg)

10 38,3 42 2520 0,993 879,12 40538,8 65406,52 112,94 2743,64


20 38,3 34 2040 0,993 597,56 35366,4 65379,74 112,94 2726,34
30 38,3 23 1380 0,993 316,09 39400,5 65326,17 112,94 2727,56
40 38,3 20 1200 0,993 158,18 46892,7 65379,74 112,94 2728,88

Tabel 5. Data untuk Kebutuhan Steam


S
HS S teori Economy steam Economy steam
t (min) hL (Kj/Kg) hS (Kj/Kg) eksperimen
(Kj/Kg) (g/h) (eksperimen) (teoritis)
(g/h)

10 358,360 2770,170 307,652 2502,36 3897,98 2,148 0,229


20 371,008 2755,478 244,459 2025,72 2946,34 1,805 0,206
30 387,872 2756,846 267,058 1370,34 3527,98 1,412 0,091
40 379,440 2757,872 254,0845 1191,60 4332,99 0,812 0,037
Tabel 6. Koefisien Perpindahan Panas Overall pada Evaporator
F S
t ∆T1 ∆T2 ∆TLMTD Hs-hs U eks S teoritis U teoritis
kond eksperimen q (J/s)
(min) (°C) (°C) (°C) (Kj/Kg) (W/m2.K) (g/h) (W/m2.K)
(ml/s) (g/h)
10 117,4 62,7 87,209 0,700 2462,517 2502,36 336469,863 1711,695 3897,98 524126,822
20 103,4 46,3 71,067 0,566 2511,019 2025,72 340831,632 1412,950 2946,34 495728,664
30 98,7 43,2 67,171 0,383 2489,788 1370,34 241872,772 947,737 3527,98 622708,855
40 101,1 46,2 70,103 0,333 2503,787 1191,60 202661,085 828,753 4332,99 736933,453

Tabel 7. Koefisien Perpindahan Panas Overall pada Kondensor


∆TLMTD Cp
t (min) ∆T1 (°C) ∆T2 (°C) F distilat (ml/s) V (g/h) U (W/m2.K) q (J/s)
(°C) (kJ/kg.K)
10 41,6 1,9 12,863 0,250 4,2 879,12 1476,921 47496,037
20 26,7 2,2 9,814 0,170 4,2 597,56 1003,895 24632,819
30 31,9 1,1 9,146 0,090 4,2 316,09 531,038 12143,267
40 28,8 1,2 8,684 0,045 4,2 158,18 265,737 5769,523

4. Pembahasan
Evaporasi didefinisikan sebagai proses penguapan pelarut dari campuran atau
larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Tetapi, pada sebagian besar kasus,
pengertian evaporasi dimaksudkan sebagai penguapan atau penghilangan air dari larutan
berpelarut air (aqueous solution).
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut yang bertujuan untuk memperkecil volume larutan dan menurunkan
aktivitas air aw. Prinsip dari evaporasi ini ialah dengan memisahkan pelarut dari larutan
sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat [1].
Secara umum, tujuan evaporasi adalah untuk menaikkan konsentrasi atau
memekatkan larutan. Contohnya adalah evaporasi larutan gula (nira), sodium chloride,
sodium hydroxide, glycerol, susu, jus buah, lem, dll. Dalam hal ini, produk yag diinginkan
berupa larutan pekat, sedang uap hasil evaporasi dibuang. Tetapi, pada beberapa kasus air
dengan kandungan mineral (relatif kecil) dievaporasi untuk mendapatkan air yang bebas
mineral untuk keperluan air umpan boiler, untuk pengencer reagen kimia, dll. Belakangan
ini, evaporasi juga dilakukan pada air laut untuk keperluan mendapatkan air minum. Juga
ada evaporasi bentuk khusus yang tujuannya untuk mendapatkan larutan dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi, yang bila dilakukan pendinginan akan terbentuk kristal
padat yang mudah dipisahkan dari cairan induknya.
Faktor–faktor yang perlu diperhatikan pada proses evaporasi meliputi (a) konsentrasi
larutan, (b) kelarutan (solubility), (c) sensitivitas bahan terhadap suhu, (d) pembusaan
(foaming), (e) tekanan dan suhu operasi, serta (f) kerak dan bahan konstruksi.
Masing–masing faktor tersebut dijelaskan dalam uraian berikut:
a. Konsentrasi larutan
Larutan yang dievaporasi umumnya memiliki konsentrasi yang relatif rendah
(encer), viskositas rendah (tidak kental) dan mempunyai koefisien perpindahan panas
cukup tinggi. Bila sebaliknya, maka kerja dari evaporator akan sangat berat dan
efisiensinya sangat rendah.
b. Kelarutan (solubility)
Saat larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut di dalam larutan naik, maka
bisa jadi batas kelarutan dalam pelarut terlampaui dan segera terbentuk kristal. Bila hal
ini terjadi , maka bisa terjadi proses dekomposisi ataupun degradasi dari zat terlarut
akibat overheating.
c. Sensitivitas bahan terhadap suhu
Beberapa produk terutama bahan makanan dan bahan nabati sensitif terhadap
suhu dan mudah terdegradasi pada suhu tertentu. Pada keadaan ini mungkin perlu
dilakukan evaporasi dengan vakum untuk menurunkan suhu penguapan.
d. Pembusaan (foaming)
Beberapa bahan yang mengandung soda, larutan susu dan asam lemak dapat
membentuk busa selama pendidihan. Hal ini akan menghambat pembentukan uap
sehingga bisa terjadi tumpah (entrainment).
e. Tekanan dan suhu operasi
Titik didih larutan dipengaruhi oleh tekanan sistem. Makin tinggi tekanan sistem
menyebabkan suhu pendinginan dan penguapan makin tinggi. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya dekomposisi ataupun degradasi bahan yang dievaporasi.
f. Kerak dan bahan konstruksi
Beberapa bahan dapat mudah membentuk kerak pada permukaan pemanas akibat
dekomposisi ataupun penurunan kelarutan. Ini akan menyebabkan penurunan koefisien
perpindahan panas. Sedangkan bahan konstruksi evaporator hendaknya dipilih yang
tidak mudah terkorosi dan tahan secara mekanik maupun panas.
Proses Evaporasi dalam Falling Film Evaporator (FFE) diawali dengan Umpan yang
dimasukkan melalui bagian atas kolom FFE dengan bentuk distributor tertentu, sehingga
pada waktu turun secara gravitasi ataupun dengan bantuan vakum, akan membentuk
lapisan tipis pada permukaan dalam pipa FFE. Fluida pemanas (steam atau air panas)
mengalir pada bagian luar pipa dan memberikan panas pada larutan umpan, sehingga
sebagian pelarut umpan di dalam pipa akan menguap dan di dalam kolom ini terdapat
campuran larutan yang relatif cukup kental dan uap pelarutnya. Kemudian karena pada
bagian bawah kolom dihubungkan ke condensor (pendingin) ataupun vakum melalui
tangki pemisah (separator), maka sistem pada kolom tersebut akan mengalami
pengosongan dan masuk ke separator karena terjadinya penurunan tekanan akibat
penurunan suhu pada kondenser ataupun adanya vakum. Di bagian separator ini, larutan
produk yang relatif berat dan pekat turun menuju tangki produk, sedangkan uap pelarut
terhisap menuju condensor dan dikondensasikan kemudian turun ke tangki distilat [2].
Ditinjau dari proses dan peralatan nya Falling Film Evaporator lebih sederhana
dibandingkan menara distilasi. Falling Film Evaporator hanya terjadi penguapan
sederhana, tanpa perlu mengatur flooding, reflux dan sebagainya. Konstruksinya hanya
berupa tabung besar (shell) yang didalam nya terdapat tabung kecil. Sedangkan pada
menara distilasi konstruksinya terdiri dari menara yang didalam nya berisi bahan-bahan
isian. Sehingga penggunaan steam pada Falling Film Evaporator lebih ekonomis
(economy steam lebih besar) dari proses distilasi. Pada evaporator waktu kontak singkat
dan pemanasan pada temperatur rendah, sehingga driving force perbedaan temperatur dan
pressure drop rendah.

Proses evaporator memiliki dua prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap air yang terlarut dalam cairan. Hasil dari evaporator berupa larutan
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan larutan yang telah dievaporasi biasanya terdiri
dari beberapa komponen volatile (mudah menguap).

Pengoperasian alat Falling Film Evaporator (FFE) ada 4 tahapan yaitu persiapan,
start-up, operasi, dan shut down. Pada tahapan persiapan yang dilakukan adalah
mempersiapkan bahan yang akan digunakan dan melakukan konfigurasi valve secara Co-
current. Valve yang dibuka adalah V3 dan V10. Untuk valve lainnya dalam keadaan
tetutup. Melakukan setting bukaan V1 untuk aliran steam secara manual melalui panel
pengendali. Untuk tahapan operasi dilakukan pengambilan data sampel setiap 10 menit
dan data densitas, konsentrasi, laju alir, dan suhu sebagai data pendukung analisa
percobaan. Tahapan shut down ini adalah tahapan terakhir dari pengoperasian alat FFE
untuk mengatur agar alat dapat dimatikan dengan aman sesuai standar proses yang
berlaku.
Percobaan kali ini adalah Falling Film Evaporator (FFE) dengan menggunakan
MgCl2 sebagai bahan utama yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Konsentrasi awal
MgCl2 adalah 0,36 N. Pembuatan larutan MgCl2 dengan konsentrasi 0,36 N membutuhkan
MgCl2 padatan sebanyak 250 gram yang dilarutkan dalam 60 liter air. Pengambilan sampel
dilakukan setiap interval waktu 10 menit saat proses start-up berjalan. Sampel yang
diambil antara lain aliran feed, distilat, kondensat, dan produk untuk diamati
konsentrasinya.
0.016

0.015

0.014

0.013
Xf

0.012

0.011

0.010
0 10 20 30 40 50
t (menit)
Xf

Gambar 1. Hubungan antara xf terhadap waktu pengambilan sampel


Pada grafik diatas menunjukkan grafik hubungan antara xf terhadap waktu
pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan setiap 10 menit. Pada 10 menit
pertama diketahui bahwa xf 0,0136 sampai dengan 10 menit ketiga terjadi penurunan
sampai dengan 0,0121 kemudian naik kembali pada 10 menit keempat. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh air yang digunakan sebagai pelarut akan semakin banyak yang menguap
karena dipengaruhi laju perpindahan panas ke dalam larutan yang semakin tinggi sehingga
larutan akan semakin tinggi konsentrasinya atau semakin pekat. Sehingga waktu
pengoperasian akan mempengaruhi nilai xf dan konsentrasinya.
5000
4500
4000
3500
S (g/jam) 3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 10 20 30 40 50
t (menit)
S Teori S Eksperimen

Gambar 2. Hubungan antara kebutuhan steam terhadap waktu pengambilan sampel


Grafik diatas adalah grafik kebutuhan steam terhadap waktu. Berdasarkan grafik
kebutuhan steam secara teoritis pada waktu ke 10 menit hingga ke 20 menit menurun,
sedangkan dari waktu 20 menit hingga waktu ke 40 menit semain meningkat. Perbedaan
yang terjadi antara grafik S secara teoritis dengan eksperimen adalah dipengaruhi oleh
flow rate dari kondensat pada perhitungan S secara eksperimen. Perhitungan S secara
eksperimen diperoleh melalui perbandingan antara laju alir kondensat dengan densitas
dari kondensat.

2.5000

2.0000

1.5000
ES

1.0000

0.5000

0.0000
10 20 30 40
waktu (s)

ES Eksperimen ES Teori

Gambar 3. Hubungan antara economic steam terhadap waktu pengambilan sampel


Grafik diatas menunjukkan grafik steam ekonomi eksperimen dan teoritis terhadap
waktu. Steam ekonomi merupakan perbandingan antara jumlah pelarut umpan yang
teruapkan dengan kebutuhan steam. Nilai steam ekonomi yang tinggi menunjukkan
bahwa pemakaian steam yang sedikit dapat memanaskan air lebih banyak. Grafik diatas
menunjukkan bahwa nilai steam ekonomi dari waktu ke 10 menit hingga waktu ke 40
menit semakin menurun. Sedangkan steam ekonomi menurut eksperimen lebih kecil
dibandingkan dengan menurut teori. Berdasarkan teoritis, kondisi steam ekonomi terhadap
waktu yang paling baik adalah semakin meningkat karena steam yang digunakan semakin
sedikit tetapi dapat melarutkan pelarut semakin besar. Grafik diatas menunjukkan bahwa
economy steam semakin menurun yang menunjukkan tidak ekonomis dan efisien.

800000
700000
600000
U(W/m2.K)

500000
400000
300000
200000
100000
0
0 10 20 30 40 50
t (menit)
Teoritis Eksperimen

Gambar 4. Hubungan antara koefisien perpindahan panas evaporasi terhadap waktu


pengambilan sampel
Grafik diatas menunjukkan hububungan antara nilai U secara teoritis dan secara
eksperimen dengan waktu pengambilan sampel. Nilai koefisien perpindahan panas yang
terjadi pada evaporator berdasarkan eksperimen dan teoritis perbedaan nilainya sangat
besar. Nilai koefisien secara eksperimen diperoleh dari perbandingan antara kebutuhan
steam dengan luas penampang yang dikalikan dengan ΔT LMTD. Perbedaan ini dipengaruhi
oleh kebutuhan steam serta pengamatan pada suhu saat menghitung ΔT LMTD.
1600

1400

1200
U ( w/m²k) 1000

800

600

400

200

0
0 10 20 30 40 50
t (menit)

Gambar 5. Hubungan antara koefisien perpindahan panas kondensor terhadap waktu


pengambilan sampel
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara koefisien perpindahan panas kondensor
dengan waktu pengambilan sampel. Koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh panas,
entalpi, dan juga luas permukaan. Berdasarkan grafik semakin lama waktu proses maka
semakin rendah nilai U. Nilai U pada10 menit pertama adalah 12762,53 W/m2.K dan pada
10 menit terakhir adalah 6255,75 W/m2.K. Analisa perpindahan panas pada kondensor
dilakukan secara eksperimen dikarenakan mempunyai data pendukung perhitungan yang
sudah diketahui.
0.026
0.024
0.022
0.020
XL

0.018
0.016
0.014
0.012
0.010
0 10 20 30 40 50
t (menit)

xl teori xl eksperimen

Gambar 6. Grafik hubungan xL Teori dan Eksperimen terhadap waktu pengambilan


sampel
Grafik diatas merupakan hubungan antara xL teori dan eksperimen terhadap waktu
pengambilan sampel. Berdasarkan grafik xL secara teoritis terjadi kenaikan dan penurunan
sedangkan grafik xL secara eksperimen terjadi kenaikan dari waktu ke waktu. Perbedaan
nilai xL secara teoritis dengan eksperimen dapat dipengaruhi oleh laju alir, xf, serta
konsentrasi dari MgCl2.
Hal-hal yang memepengaruhi percobaan Falling Film Evaporator antara lain tingkat
kelarutan, konsentrasi larutan, tekanan dan suhu operasi. Sensitivitas bahan terhadap suhu
juga berpengaruh terhadap produk FFE.

5. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Evaporasi didefiniskan sebagai proses pemisahan pelarut dengan menggunakan
medium pemanas dari campuran / larutan yang mengandung zat terlarut. Prinsip kerja
dari Falling Film Evaporator (FFE) adalah penguapan dengan cara menjatuhkan
bahan umpan membentuk lapisan tipis, sementara itu pemanas dikontakkan terhadap
umpan lapis tipis dalam satu kolom FFE. Pertimbangan dibuat lapisan tipis adalah:
- Luas permukaan lebih luas sehingga memudahkan proses penguapan
- Penguapan yang terjadi berada di bawah titik didih air atau pelarut lain sehingga
memerlukan kalor yang lebih sedikit
2. Pengoperasian pada peralatan Falling Film Evaporator (FFE) terdiri dari :
a. Persiapan
Mempersiapkan semua kebutuhan proses dari bahan yang akan digunakan.
Membuka valve sesuai dengan konfigurasi co-current.
b. Start up
- Konfigurasi panel secara co-current
c. Operasi
- Mencatat segala data kebutuhan analisa seperti suhu, laju alir, konsentrasi dan
densitas.
d. Shut down
- Menunggu suhu alat hingga 35 ̊C kemudian mematikan semua alat sesuai
prosedur.
3. Data xL eksperimen yang didapatkan mengalami peningkatan selama perubahan
waktu, sehingga data tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
6. Daftar Pustaka
[1] Geankoplis, Christie, 1988, Transport Processes and Unit Operations, 3rd ed, Allyn and
Bacon, Inc, Boston.
[2] Subiyanto, G., 2012, Pemodelan Konsentrasi Produk Etanol pada Falling Film
Evaporator untuk sistem Etanol-Air, Jurnal Fluida Vol.8 , No.1, Mei 2012 hlm.25-32

Malang, 23 September 2019


Dosen Pembimbing Praktikum Pilot Plant,

Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T.


Lampiran
A.1 Appendiks

Vapor, yv Neraca massa total :


V F = V+L
Feed, xF
Neraca massa komponen:
F F × xF = V × yV + L × xL
F xF = V yV + L xL
=0
S C
F xF = L x L
L Concentrated Product
(Liquid), xL

Perhitungan Neraca Massa


F = flowrate feed × ρ feed
ml g
= 66960 x 0,9768 ml
h
g
= 65406,52 hr

Penentuan Xf (Feed)
MgCl2 = 250 g
V sampel = 10 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10 x N1 = 2,89 x 0,1
N1 (MgCl2) = 0,289 N
mol
M MgCl2 = 0,1445 L
mol
n MgCl2 = 0,1445 x 0,01 L
L

= 0,001445 mol

Massa MgCl2 = n MgCl2 x BM MgCl2


g
= 0,001445 mol x 95 mol

= 0,137 g

Massa sampel = Volume sampel x ρ sampel


g
= 10 ml x 1,002 ml
= 10,02 g
massa MgCl2
Xf = massa sampel
0,137
= = 0,0136
l0,02

L = flowrate produk × ρ produk


ml g
=41400 x 0,9792 ml
h
g
= 40538,8 hr

Penentuan XL (Produk)
MgCl2 = 250 g
V sampel = 10 ml
V1 x N1 = V2 x N2
10 x N1 = 29,2 x 0,1
N1 (MgCl2) = 0,292 N
mol
M MgCl2 = 0,146 L
mol
n MgCl2 = 0,146 x 0,01 L
L

= 0,00146 mol

Massa MgCl2 = n MgCl2 x BM MgCl2


g
= 0,00146 mol x 95 mol

= 0,1387 g

Massa sampel = Volume sampel x ρ sampel


g
= 10 mL x 1,002 ml

= 10,02 g
massa MgCl2
xL = massa sampel
0,1387
= = 0,0138 (Perhitungan eksperimen)
l0,02

F.xf = L.xL
F.xf 65406,52 x 0,01367
xL = = = 0,022 (Perhitungan teoritis)
L 40538,8
Penentuan Kebutuhan Steam (Eksperimen)

L ml
Flow Kondensat = 2,52 h = 2520 h
g
Densitas air pada suhu 38,3˚C = 0,993 ml

Kebutuhan steam (s) = Flowrate kondensat x ρ kondensat


ml g
= 2520 x 0,993 ml
h
g
= 2502,36 h

Penentuan Kebutuhan Steam (Teoritis)


g
F (Umpan) = 65406,528 h
g
L (Produk) = 40538,88 h
ml
Flow Distilat = 900 h
g
ρ distilat pada suhu 30˚C = 0,9956 ml

ml g g
V (Distilat) = 900 x 0,9956 ml = 896,04 h
h

j
Cp air = 4,183 g.k
j
Cp air pada TI-11 = 4,216 g.k

Hs = 2770,17 kJ/Kg (Entalpi saturated vapor untuk water pada suhu


pemanas masuk W2 – Geankoplis Appendix A.2-9)
hs = 307,65 kJ/Kg (Entalpi saturated liquid untuk water pada suhu
pemanas masuk W2 – Geankoplis Appendix A.2-9)
Hv = 2743,64 kJ/Kg (Entalpi saturated vapor untuk water pada suhu
uap air keluar W2 – Geankoplis Appendix A.2-9)
hf = Cp air x (T umpan – T ref)
= 4,183 x (27-0) = 112,941 kJ/Kg
hL = Cp air x (T produk – T ref)
= 4,183 x (85-0) = 358,36 kJ/Kg
F.hf + S.Hs = L.hL + S.hs + V.Hv
F.hf + S.Hs - S.hs = L.hL + V.Hv
F.hf + S (Hs – hs) = L.hL + V.Hv
L hL + V Hv - F hf
S= (Hs – hs)
40538,88 x 358,36 + 896,04 x 2743,64 - 65406,528 x 112,941
=
( 2770,17- 307,65 )

= 3897,98 g/h

Penentuan Economy Steam


g
V (Distilat) = 896,04 h H2O

Kebutuhan steam (s) = 2502,36 g

Massa vapor yang di uapkan


Economy steam =
Massa steam yang digunakan
896,04 g H2O g H2 O
= = 0,358 (Eksperimen)
2502,36 g steam g steam

Massa vapor yang di uapkan


Economy steam =
Massa steam yang digunakan
896,04 g H2O g H2O
= = 0,229 (Teoritis)
3897,98 g steam g steam

Penentuan Koefisien Perpindahan Total pada Evaporator

ΔT1 = ( TI-04 – TI-07) = (171,5 - 54,1) ˚C


= 117,4 ˚C

ΔT2 = ( TI-06 – TI-11) = (147,7 - 85) ˚C


= 62,7 ˚C

Luas permukaan perpindahan panas = 0,21 m2

ΔT1-ΔT2 117,4-62,7
ΔT LMTD = ΔT1 = 117,4
ln ln
ΔT2 62,7

54,7
= = 87,209 ˚C
0,627

Panas yang dipindahkan (steam)

q = s × (Hs - hs)
q = Flow kondensat × ρ kondensat × (Hs - hs)
ml g
= 0,7 × 0,993ml × (2770,17 – 307,65)
s
J
= 1711,69 = 1711,69 W
s
S × (Hs - hs) 2502,36 × 2462,51
U= =
A × ΔT LMTD 0,2 × 87,209

W
= 336469,863 (Eksperimen)
m2 × k

S × (Hs - hs) 3897,98 × 2462,51


U= =
A × ΔT LMTD 0,2 × 87,209

W
= 524126,822 (Teoritis)
m2 × k

Penentuan Koefisien Perpindahan Total pada Kondensor

ΔT1 = ( TI-10 – TI-08) = (73,5 - 31,9) ˚C


= 41,6 ˚C

ΔT2 = ( TI-14 – TI-12) = (31,9 - 30) ˚C


= 1,9 ˚C

Luas permukaan perpindahan panas = 2,5 m2

ΔT1-ΔT2 41,6-1,9
ΔTLMTD = ΔT1 = 41,6
ln ln
ΔT2 1,9

39,7
= 3,086 = 12,864 ˚C

Panas yang dipindahkan (steam)

q = V x Cp x ΔT
J
q = 879,12 g/h x 4,2 j/g x 12,864 = 47497,8
s

V x Cp x ΔT 47497,8
U= =
A x ΔTLMTD 2,5 x 12,864

w
= 1476,92
m2 × k

Anda mungkin juga menyukai