Anda di halaman 1dari 7

1

No Pengelolaan Limbah Sumber


1 Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi Pasal 1 ayat (11) Peraturan
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, Pemerintah Republik
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan atau Indonesia Nomor 101 Tahun
penimbunan. 2014 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
2 Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Pasal 1 ayat (2) Peraturan
(pengertian limbah) Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
3 "Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah Pasal 1 ayat (2) UU Nomor
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk 32 Tahun 2009
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum."
4 Tujuan dari upaya perlindungan serta pengelolaan Pasal 3 UU Nomor 32 Tahun
lingkungan hidup: 2009 Tentang Perlindungan
 Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan serta Pengelolaan
atau kerusakan lingkungan hidup. Lingkungan Hidup
 Menjamin keselamatan, kesehatan dan
kehidupan manusia.
 Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk
hidup serta kelestarian ekosistem.
 Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
 Mencapai keserasian, keselarasan dan
keseimbangan lingkungan hidup.
 Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa
kini serta masa depan.
 Menjamin pemenuhan serta perlindungan hak
atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak
asasi manusia.
 Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana. Mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
 Mengantisipasi isu lingkungan global.

5 Kewajiban memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Pasal 38 ayat (1) Peraturan
kegiatan Pengolahan Limbah B3 dikecualikan untuk Menteri Lingkungan Hidup
Penghasil Limbah B3 yang melakukan sendiri dan Kehutanan Republik
Pengolahan Limbah B3 berupa: a. kemasan bekas B3; b. Indonesia Nomor:
spuit bekas; c. botol infus bekas selain infus darah P.56/Menlhk-Setjen/2015
2

dan/atau cairan tubuh; dan/atau d. bekas kemasan cairan


hemodialisis.
6 Bagi penghasil, pengumpul, pengangkut, Berdasarkan Pasal 119
pemanfaat, pengolah, dan penimbun limbah B3 yang Undang- undang No. 32
melakukan pelanggaran dapat dikenakan sanksi Tahun 2009 Tentang
administratif, berupa : Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
 Teguran tertulis Hidup
 Paksaan pemerintah
 Pembekuan izin
 Pencabutan izin
Sanksi pidana dapat dikenakan pidana penjara
paling singkat selama 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp
3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah).
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan
pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa :
a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
pidana
b. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/
atau kegiatan;
c. Perbaikan akibat tindak pidana;
d. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa
hak, dan/atau;
e. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling
lama 3 (tiga) tahun.

Pengelolaan Limbah Pada Berbagai Industri

No Jenis Cara Pengelolaan Limbah Sumber


Limbah

1 Limbah  Pengelolaan erosi dengan  Peraturan Pemerintah RI No. 18


kelapa penanaman dan pemeliharaan Tahun 1999 tentang Pengelolaan
sawit di tanaman penutup tanah dan Limbah Bahan Berbahaya dan
PT. pembuatan teras; Beracun;
Permata  Pengelolaan kualitas air dengan  Peraturan Pemerintah No. 85
Hijau pengolahan limbah (UPL) Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Sawit pengontrolan penggunaan pupuk Peraturan Pemerintah Nomor 18
dan kegiatan pemberantasan Tahun 1999 tentang Pengelolaan
hama Limbah Bahan Berbahaya dan
3

Beracun;
 Peraturan Pemerintah No. 74
Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun;
 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 3 Tahun
2007 tentang Fasilitas
Pengumpulan dan Penyimpanan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Di Pelabuhan;
 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 2 Tahun
2008 tentang Pemanfaatan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 3 Tahun
2008 tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun;
 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 18 Tahun
2009 tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 30 Tahun
2009 tentang Tata Laksana
Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Serta
Pengawasan Akibat Pencemaran
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun Oleh Pemerintah Daerah;
Universitas Sumatera Utara
 Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 33 Tahun
2009 tentang Tata Cara Pemulihan
Lahan Terkontaminasi Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
 Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 128 Tahun
2003 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi
4

Secara Biologis;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 1
Tahun 1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan
dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 2
Tahun 1995 tentang Dokumen
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 3
Tahun 1995 tentang Persyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 4
Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pesyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan, Lokasi
Bekas Pengolahan dan Lokasi
Bekas Penimbunan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 5
Tahun 1995 tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun;
 Keputusan Kepala Bapedal No.
255 Tahun 1996 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas; Universitas Sumatera Utara
 Keputusan Kepala Bapedal No. 2
Tahun 1998 tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Di
Daerah;
 Keputusan Kepala Bapedal No. 3
Tahun 1998 tentang Program
Kemitraan Dalam Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun; 19.
Surat Edaran Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 8 Tahun
1997 tentang Penyerahan Minyak
Pelumas Bekas.

2 Limbah  Membuat dua sepsitank dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun


pabrik kolam khusus untuk membuang 2009 Tentang Perlindungan dan
5

tahu jawa limbah cair tahu kami ke sungai. Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Kota  Membuat limbah cair menjadi
Tebing Bio-gas yang dihasilkan oleh
Tinggi pabrik tahu
 Pemanfaatan ampas tahu
menjadi tempe gambus

3 Pengelol Pengelolaan Limbah Non B3 dan  Undang-Undang Nomor 23 Tahun


aan B3 B3 (Bahan Berbahaya dan 1997 Tentang Perlindungan dan
limbah Beracun) Pengelolaan Lingkungan Hidup
kertas Pengelolaan Air Limbah sebagaimana telah diubah dengan
PT. Berdasarkan dampak penting UndangUndang Nomor 32 Tahun
TOBA yang ditimbulkan tersebut maka 2009 Tentang Perlindungan dan
PULP dilakukanlah pengelolaan yang Pengelolaan Lingkungan Hidup
LESTAR meliputi :  Undang-Undang Nomor 32 Tahun
I,TBK a) Optimasi sistem IPAL di 2009 Tentang Perlindungan dan
Primary Clarifier, Cooling Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tower, Deep Tank, Secondary  Peraturan Pemerintah Nomor 18
Clarifier, Thickner Clarifier dan Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Sludge Press. Limbah Bahan Berbahaya dan
b) Melakukan upaya Beracun
pemanfaatan air limbah antara  Peraturan Pemerintah Republik
lain condensate, warm wate, dan Indonesia Nomor 74 Tahun 2001
hot water Tentang Pengelolaan Limbah
c) Membuat kolam ikan mas, Bahan Berbahaya dan Beracun atas
pemeliharaan hewan ternak perubahan dari Peraturan
(sapi, bebek), pemeliharaan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
burung, dan kebun/ pertanian  Peraturan Pemerintah Nomor 82
(buncis, cabai, sawi, kol) sebagai Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
indikator alami dan telah terbukti Kualitas Air dan Pengendalian
berhasil positif. Pencemaran Air
d) Membuat sistem sand trap  Keputusan Mentri Lingkungan
untuk memisahkan minyak atau Hidup Nomor 37 Tahun 2003
oli bekas Metode Analisis Kualitas Air
 Pengelolaan Limbah Gas/ Permukaan
Partikulat Pengelolaan limbah  Keputusan Badan Pengendalian
gas yang dilakukan meliputi Lingkungan No
pengukuran kualitas udara, 01/BAPEDAL/09/1995 tentang
pengukuran kebisingan, dan Tata Cara dan Persyaratan Teknis
pengukuran tingkat kebauan. Penyimpanan dan Pengumpulan
Kegiatan yang dilakukan berupa Limbah B3
:  Keputusan Badan Pengendalian
a) optimasi efisiensi Lingkungan No
penangkapan debu oleh 02/BAPEDAL/09/1995 tentang
Electronics Precipitator (ESP), Dokumen Limbah B3
Cyclone dan Lime Kiln dengan
 Keputusan Badan Pengendalian
6

melakukan maintenance secara Lingkungan No


berkala b) Mengoperasikan 03/BAPEDAL/09/1995 tentang
pengendalian emisi dengan Persyaratan Teknis Penyimpanan
menjadikan indikasi dari alat dan Pengumpulan Limbah B3
CEM sebagai pedoan untuk  Keputusan Badan Pengendalian
melakukan kalibrasi alat CEM Lingkungan No
c) Pemasangan silencer pada 02/BAPEDAL/01/1998 tentang
relief valve pengaturan tekanan Tata Laksana Pengawasan
sistem bertekanan rendah dan Pengelolaan Limbah B3
menengah  Keputusan Badan Pengendalian
d) Untuk melindungi tenaga Lingkungan No
kerja dari kebisingan, maka 03/BAPEDAL/01/1998 tentang
dibagikan ear plug atau ear muff Program Kendali B3
dan rutin melakukan rotasi kerja  Keputusan Badan Pengendalian
untuk mengurangi timgkat Lingkungan Daerah Sumatera
kebisingan di lokasi kerja, Utara No 691/BPDLSU/BTL/2006
sehingga aman bagi para pekerja
e) Dilakukan pembakaran gas
NCG di incinerator untuk
mengurangi tingkat kebauan di
sekitar pabrik. Pada saat
incinerator tidak dapat
berfungsi, maka NCG tersebut
dikirim ke lime kiln untuk
melalui proses pembakaran
f) Menetapkan satu prosedur
penanganan emisi udara
berkaitan dengan sumber bau
 Pengelolaan Limbah Padat
Pengelolaan yang dilakukan
terhadap limbah padat adalah :
1) Memanfaatkan limbah padat
yang dihasilkan seperti screen
reject, knots, sludge IPAL, kulit
kayu, abu boiler, pasir boiler,
dreg/grits dan slag. dregs/grits
dan slag dimanfaatkan sebagai
stabilisasi slab untuk
menghasilkan pupuk yang
nantinya akan digunakan
terhadap Hutan Tanaman
Industri
2) Pembuatan paving
block/conblock
3) Menyediakan wadah sampah
(srapyard) sesuai dengan
7

jenisnya dan mengirim ke lokasi


pengelolaan
4) Menyediakan sarana
pemilahan sampah domestik dan
melakukan proses pengomposan
untuk sampahsampah organik.
 Pengelolaan Limbah B3
Maintanance Limbah B3
lainnya yang dikelola adalah
limbah yang dikategorikan
sebagai limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun)
campuran antara lain : oli, drum
bekas oli, bekas lampu mercury,
baterai bekas, majun/ kain lap
yang telah terkontaminasi,
saringan oli, toner bekas mesin
printer, bahan-bahan kimia
kadaluarsa, serta bahan kimia
lainnya yang berasal dari limbah
klinik (jarum suntik, perban,
obat-obatan). Limbah B3
campuran ini untuk sementara
disimpan didalam sebuah TPS
(Tempat Penyimpanan
Sementara), sebelum dikirim ke
pengelola atau pengumpul resmi
yang telah mendapat izin
pengelolaan dari Kementerian
Negara Lingkungan Hidup
maupun instansi-instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai