KOROSI
Contoh percobaan, setengah sel oksidasi: anoda berupa batang logam Zn dicelupkan
dalam ZnSO4. Setengah sel reduksi: katoda berupa batang logam Cu dicelupkan dalam
CuSO4. Terbentuk muatan relatif pada kedua elektroda dimana anoda bermuatan negatif dan
katoda bermuatan positif. Kedua sel juga dihubungkan oleh jembatan garam yaitu tabung
berbentuk U terbalik berisi pasta elektrolit yang tidak bereaksi dengan sel redoks gunanya
untuk menyeimbangkan muatan ion (kation dan anion). Dimungkinkan menggunakan
elektroda inaktif yang tidak ikut bereaksi dalam sel volta ini.
Untuk notasi sel volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel
Zn/Cu2+) Zn(s)|Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s). Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan
disebelah kiri bagian katoda. Garis lurus menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang
berbeda (aqueous vs solid) jika fasanya sama maka digunakan tanda koma. Untuk elektroda
yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung kiri dan ujung kanan.
Mengganti salah satu batang logam dengan jenis logam yang lain.
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk memahami konsep tentang perbedaan
potensial oksidasi pada setiap logam, dan memahami prinsip terjadinya korosi. Logam –
logam yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alumunium, seng, timah, batang tembaga,
lempengan tembaga, kuningan besi, nikel, dan karbon. Kemudian bahan – bahan tersebut
akan diurutkan berdasarkan kereaktifannya. Untuk melakukan praktikum ini, alat yang akan
digunakan untuk mengukur beda potensial antara dua macam logam yaitu voltmeter digital,
dimana akan tedapat dua kutub yaitu kutup positif (merah) dan kutub negative (hitam).
Pada percobaan ini larutan yang digunakan adalah larutan garam NaCL. Larutan
Garam pada percobaan ini memiliki fungsi sebagai larutan elektrolit. Pada percobaan awal
katoda yang digunakan adalah batang karbon. Percobaan ini dilakukan sebagai pembanding
untuk percobaan selanjutnya dengan logam lain sebagai katoda. Semua bahan yang
direaksikan atau bahan yang menjadi anoda dapat menghasilkan arus listrik. Hal ini
disebabkan karena karbon merupakan inert sehingga tidak ikut bereaksi dalam proses
tersebut.
Pada percobaan ini yang bertindak sebagai katoda adalah Tembaga, Besi, Batang
Tembaga, Batang Karbon, Nikel, dan Kuningan. Logam yang dapat bertindak sebagai anoda
adalah Kuningan, Seng, Alumunium, Nikel, dan Batang Tembaga. Logam yang bertindak
sebagai katoda akan mengalami reaksi reduksi, sedangkan Logam yang bertindak sebagai
anoda akan mengalami reaksi reduksi. Pada data pengamatan yang didapat menunjukkan
beda potensial antar logam berbeda- beda, didataptkan beda potensial tertinggi 0.720 volt
yaitu antara tembaga dengan nikel. Sedangkan beda potensial terkecil 0.062 yaitu antara
kuningan dengan batang tembaga.
Elektron mengalir dari anoda ke penjepit buaya ( kawat penghanatar), dan dengan
terbentuknya ion-ion dari anoda ini memasuki larutan dan berdifusi menjauhi anoda. Ion
negatif berdifusi lewat larutan garam NaCL menuju ke anoda. Electron yang dilepaskan oleh
anoda memasuki kawat penyambung dan menyebabkan elektron-elektron pada ujung lain
berkumpul pada permukaan katoda.
Jadi, sementara reaksi itu berjalan, terdapat gerakan keseluruhan dari ion negatif
menuju anoda dan gerakan keseluruhan ion positif menuju katoda. Jalan untuk aliran ion
secara terarah lewat larutan ini dapat dibayangkan sebagai rangkaian dalam, dan jalan untuk
aliran electron lewat kawat penghantar dibayangkan sebagai rangkaian luar (Keenan:1980).
Pada praktikum ini juga dapat diketahui prinsip terjadinya korosi galvanis. Korosi
galvanis dapat terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan (memiliki perbedaan
beda potensial) dan berada di lingkungan korosif. Dalam hal ini lingkungan korosif adalah
larutan elektrolit (larutan garam). Prinsip korosi galvanis sama dengan prinsip elektrokimia
yaitu terdapat elektroda dan menghasilkan arus listrik. Logam yang berfungsi sebagai anoda
adalah logam sebelum dihubungkan bersifat lebih reaktif atau mempunya potensial korosi
lebih negatif.
Dari hasil percobaan pertama terdapat penyimpangan antar Karbon-Kuningan dengan
Karbon-Nikel. Berdasarkan literatur seharusnya Karbon-Kuningan yang memiliki beda
potensial lebih besar daripada Karbon-Nikel. Hal ini mungkin disebabkan karena masih
terdapat pengotor pada anoda seng ataupun alumuniumn sehingga logam tersebut telah
terkorosi dan mempengaruhi pengukuran beda potensial sel.
1.6 Kesimpulan
• Pada Sel galvani terjadi reaksi spontan sehingga reaksi menimbulkan arus
listrik.
• Korosi galvanis dapat terjadi apabila dua logam yang berbeda dihubungkan di
lingkungan yang sama (lingkungan korosif).
• Andriani, D. (2011, Juni 25). Sel Elektrokimia. Dipetik Oktober 15, 2018, dari
Pembelajaran Kimia: https://dessykimiapasca.wordpress.com/kimia-xii/sel-elektrokimia/sel-
volta-sel-galvani/
• Haditane, A. F. (2015, Desember 13). Deret Volta. Dipetik Oktober 15, 2018, dari
Chemistry: https://amaldoft.wordpress.com/2015/12/13/deret-volta-redoks-dan-elektrokimia/
• Hitung, R. (2014, Juni 20). Potensial Elektrode dan Deret Volta. Dipetik Oktober 15, 2018,
dari Rumus Hitung.com: http://rumushitung.com/2014/06/20/potensial-elektrode-dan-deret-
volta/
• Pangganti, E. (2011, September 28). Sel Volta. Dipetik Oktober 15, 2018, dari Esdi Kimia:
https://esdikimia.wordpress.com/2011/09/28/sel-volta/
• Oxtoby, David W.dkk.1999.Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1.jakarta:
Erlangga