Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

“ANALISIS MINYAK DAN LEMAK : ANGKA PENYABUNAN”

Dosen Pembimbing
Shabrina Adani Putri S.Si,M.Si

Disusun oleh :
Martha Virana
NIM.1941420096

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDY DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
2020
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
I. Tujuan :

- Memahami arti penyabunan

- Menentukan angka penyabunan suatu minyak

II. Dasar teori :

Minyak dan lemak adalah bahan organic produk alami yang banyak diperlukan dalam
kehidupan manusia. Secara kimia minyak dan lemak adalah senyawa dari jenis dan golongan
yang sama. Keduanya adalah ester dari gliserol dan nama kimianya trigliserida. Yang disebut
minyak pada umumnya adalah trigliserida yang pada suhu kamar berwujud cair, dan berasal dari
tumbuhan. Biasanya disebut sebagai minyak nabati. Sedangkan yang disebut lemak adalah
trigliserida yang pada suhu kamar berwujud padat dan umumnya berasal dari binatang dan
disebut sebagai minyak hewani. Perbedaan wujud fisik ini disebabkan karena kerangka karbon
dari sisa asam lemak sebuah trigliserida yang berasal dari hewan tidak mengandung ikatan
rangkap. Keadaan ini menyebabkan interaksi Van der Waals antar kerangka dalam satu molekul
atau antar molekul dapat terjadi secara lebih merata, dan lekuk-lekuk kerangka yang sama
menyebabkan molekul-molekul lemak tertata lebih rapi. Akibatnya bentuk fisik trigliserida jenuh
seperti lemak ini pada umumnya adalah padat. Sebaliknya pada trigliserida yang berasal dari
tumbuhan terdapat ketidakjenuhan pada kerangka karbonnya, yang dapat menyebabkan kurang
teraturnya susunan atau lay out molekul sehingga antaraksi Van der Waals pun menjadi lebih
lemah. Minyak nabati pada umumnya berbentuk cair.
lemak dan minyak apabila dipanaskan dalam suasana alkali, akan membebaskan asam
lemak bebas dan gliserol. Adanya kelebihan basa akan beraksi dengan asam lemak bebas
membentuk garam natrium / garam kalium yang disebut sabun yang akan larut dalam air dan
mengendap dalam larutan NaCl jenuh.
Istilah penyabunan atau seringkali dikenal dengan saponifikasi artinya adalah membuat
sabun. Saponifikasi suatu ester dengan basa (NaOH atau KOH) menghasilkan garam dari suatu
asam karboksilat. Saponifikasi suatu trigliserida menghasilkan suatu garam dari asam lemak
rantai panjang yang merupakan sabun itu sendiri. Berikut ini adalah contoh reaksi penyabunan.
CH2CO2(CH2)nCH3 CH2OH
l
CHCO2(CH2)nCH3 + 3 OH-  CHOH + 3 CH3(CH2)nCOO-
l
CH2CO2(CH2)nCH3 CH2OH

Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon Panjang yang ujungnya
bermuatan (sebagai ion). Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik. Sedangkan
ujung ion bersifat hidrofilik. Sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel yaitu
sekelompok rantai hidrokarbon dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air. Kegunaan sabun
adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehigga dapat dibuang dengan
pembilasan. Dalam percobaan ini akan ditentukan angka penyabunan yaitu suatu angka yang
menunjukkan jumlah mgr KOH yang dibutuhkan untuk menghidrolisis satu gram lemak atau
minyak. Angka penyabunan ini digunakan untuk mengetahui berat molekul rata-rata lemak atau
minyak dan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk membuat sabun.

 Hipotesa :

Nama Asam Struktur Berat Molekul

 CH3(CH2)2CO2H
88.11
Asam
gram/mol
Butirat

 C16H32O2
Asam 256.42
Palmitat gram/mol

 C18H36O2
Asam 284.48
Stearat gram/mol

 C16H30O2
Asam
Palmitoleat 254.414
gram/mol

 C18H34O2
Asam Oleat 282.468
gram/mol

 C18H30O2
Asam 280.4
Linoleat

 C18H30O2

Asam 2890.44598
Linolenat
gram/mol

Sumber dari bahan-bahan tersebut :

1. Asam Butirat : Susu,mentega,keju,parmesan,produk dan ferementasi anaerobic


2. Asam Palmitat : Tumbuh-tumbuhan familia palmceae
3. Asam Stearat : Hidrogenisasi,minyak nabati,lilin,sabun
4. Asam Oleat : Daging,keju,kacang-kacangan,alpukat
5. Asam Linolenat :Biji rami, minyak biji perilla, minyak kedelai, kenari, minyak canola
6. Asam Linoleat : Minyak inti kelapa sawit
7. Asam Palminoleat : Lemak hewani,minyak nabati

Kristal KOH Etanol


(C2H5OH)

Minyak Goreng HCL

Na-Boraks Indikator PP
(Na2(B4O5(OH)4)8H2O)

III. Metodelogi :
- Alat :
1. Erlenmeyer 250 ml (2 buah) 4. 1 set alat refluks(1 buah)
2. Gelas Piala 400 ml(1 buah) 5. Buret 50 ml(1 buah)
3. Labu Takar 500 liter(1 buah)
- Bahan :
1. Kristal KOH 4. HCl
2. Etanol 5. Na-Boraks
3. Minyak Goreng 6. Indikator PP

- MSDS Bahan :

- Nama Rumus Bentuk/ Bahaya Aspek K3


Bahan Kimia Fase

1. Kristal KOH Kristal -Iritasi, luka bakar, -Kontak kulit : Bilas


KOH bahaya pada paru- dengan air yang
paru terkontaminasi

-Iritasi mata dan -Kontak mata : Bilas


kulit dengan air mengalir

-Korosif, dapat -Tertelan : Jangan


meledak paksakan muntah

2. Etanol C2H5OH Cair -Mudah terbakar -Kontak mata dan


dalam keadaan cair kulit : Bilas dengan
dan uap air mengalir selama
15 menit
-Iritasi pada mata
dan kulit -Terhirup : Hirup
udara segar
-Bahaya bila terhirup
dan tertelan -Tertelan : Bila
sadar, beri 2-4
cangkir susu atau air

3. Minyak C17H33CO Cair -Tidak ada bahaya -Kontak kulit : Cuci


Goreng OH dengan air mengalir
-Kontak mata : Bilas
dengan air yang
banyak

4. Asam HCl Cair -iritasi mata dan -Kontak kulit : basuh


Klorida saluran pernapasan dengan air mengalir
selama 15 menit
-Menyebabkan luka
bakar pada kulit, -Kontak mata : Bilas
mata, dan saluran dengan air mengalir
pernapasan minimal 15 menit

-Terhirup : Hirup
udara segar

-Tertelan : Jangan
paksakan muntah

5. Natrium Na2[B4O5( Padat -Iritasi pada mata -Kontak mata dan


Boraks OH)4]8H20 dan kulit kulit : Bilas dengan
air mengalir
-Higroskopis
-Terhirup : Hirup
-Bahaya bila tertelan
udara segar

-Tertelan : Basuh
dengan air mengalir
minimal 15 menit

6. Indikator Cair -Menyebabkan -Kontak kulit : Bilas


PP kanker dengan air

-Menyebabkan -Kontak mata : Bilas


kerusakan genetik dengan air

-Terhirup : Hirup
udara segar
-Tertelan : Beri air
minum

-Skema Kerja :

a. Pembuatan larutan KOH

KOH

-ditimbang 14 gram

-dilarutkan dalam 500 ml etanol

Larutan KOH dalam etanol

b. Titrasi Hasil Refluks

Minyak
-ditimbang 2 gram minyak dalam Erlenmeyer

-ditambah 25 ml larutan KOH dalam etanol


-direfluks campuran dierlenmeyer dengan
pendingin balik selama 60 menit

Hasil Refluks

-ditambahkan indicator PP

-dititrasi dengan larutan HCl hasil standarisasi

Catat volume HCl (a ml)

c. Standarisasi HCl dengan Na-Boraks

HCl 0.25 N
-dilarutkan dalam 1 liter aquades
-dititrasi dengan Na-Boraks

Catat volume titrasi

d. Titrasi larutan KOH dalam etanol dengan HCl yang telah distandarisasi

Larutan KOH dalam etanol

-ditambah indicator PP

-dititrasi dengan HCl

Catat volume (b ml)


e. Perhitungan Angka Penyabunan
 Angka Penyabunan = (b-a) x N HCl x Mr KOH
Massa Minyak (gram)
 n KOH = Angka Penyabunan
Mr KOH
 Mr Minyak = m minyak
n minyak
 Mr Asam Lemak (R) :
3R + Mr gliserol = Mr Minyak

IV. Data Pengamatan :


 Standarisasi terhadap HCL

Vol Na-boraks 0,25 N Vol HCL

25 ml 23,3 ml

25 ml 23,2 ml

 Titrasi Blanko (b)

Vol Blanko Vol HCL

25 ml 44,8 ml

25 ml 44,5 ml

Rata-rata 44,65 ml
 Titrasi Sampel (a)
 I Vol. HCL : 19 ml
 II Vol. HCL : 19,2 ml
 Rata-rata : 19,1 ml
 Massa Minyak
 I 2,0102 gram
 II 2,0103 gram
Rata-rata = 2,01025 gram

 Analisis data

VHCl x MHCl = mol HCl


VNa-Boraks x MNa-Boraks mol Na-Boraks
23,25 x MHCl = 2
25 x 0,25 1
MHCl = 0,538

Angka Penyabunan (AP) = (44,65 - 19,1) x 0,538 x 56


2,01025 g
= 382,922 mg
= 0,382922 g

nKOH = AP = 0,382922 = 0,0068 mol


Mr KOH 56

nminyak = 1 x nKOH = 1 x 0,0068 = 0,00226


3 3
Mr minyak = mminyak = 2,01025 = 889,491
nminyak 0,00226
3R + Mr gliserol = Mr minyak
3R + 92 = 889,491
3R = 797,491
R = 265,830

V. Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul angka penyabunan atau saponifikasi memiliki
tujuan untuk mengetahui angka penyabunan dan dapat menentukan angka penyabunan.
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan yaitu Erlenmeyer 250 ml untuk
memanaskan etanol dan untuk titrasi, gelas beaker untuk melarutkan Kristal KOH dengan
sedikit akuades, spatula untuk mengaduk bahan, gela arloji untuk menimbang bahan, labu
ukur 500 ml untuk mencampurkan larutan KOH dan etanol, dan gelas ukur untuk
mengukur larutan yang ingin dititrasi, serta satu set alat refluks untuk mengurangi
peguapan pemanasan etanol, hot plate untuk memanaskan etanol, dan buret untuk titrasi.
Dan bahannya yaitu Kristal KOH, etanol, HCL, Na-Boraks 0,25 N, indicator
fenolphthalein, minyak goreng baru dan minyak goreng jelantah.
Pertama-tama yang dilakukan adalah membuat larutan KOH dalam etanol dengan
cara menimbang Kristal KOH sebanyak 14 gram menggunakan gelas arloji dan
ditimbang di neraca analitik. Setelah ditimbang, Kristal KOH tersebut dilarutkan dengan
sedikit akuades hal ini dilakukan karena senyawa dalam Kristal KOH bersifat ionic
sementara larutan ethanol bersifat kovalen hal ini dimaksud untuk memudahkan dalam
pencampuran kedua bahan tersebut. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam labu ukur
500 ml dan ditambahkan etanol hingga tanda batas. Berikutnya membuat larutan HCL
0,25 N sebanyak 500 ml. Setelah itu menimbang sampel minyak baru sebanyak 2,0102
gram dan minyak jelantah sebanyak 2,0103 gram.
Larutan KOH yang telah dibuat tadi diambil 25 ml ke dalam Erlenmeyer yang
berisi sampel minyak. Setelah itu campuran dikasih batu didih dan di refluks dengan
pendingin balik selama 60 menit. Selanjutnya sambil menunggu proses refluks selesai
dapat melakukan standarisasi larutan HCL dengan Na-boraks 0,25 N dengan cara
mengambil larutan Na-boraks 0,25 N sebanyak 25 ml dan dititrasi dengan larutan HCL
yang dilakukan sebanyak 2 kali. Larutan baku primer tersebut ditambah indicator PP dan
didapat hasil 23,3 ml dan 23,2 ml. Proses titrasi tersebut dianggap selesai jika larutan
berubah menjadi tidak berwarna. Selanjutnya titrasi kedua menggunakan larutan baku
primer KOH sebanyak 25 ml dengan prosedur yang sama pada titrasi pertama, dan hasil
yang didapatkan yaitu 44,8 ml dan 44,5 ml. Selanjutnya dilakukan titrasi minyak hasil
dari refluks dengan cara ditambah indicator PP dan didapat hasil 19 ml.
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mencari angka penyabunan atau bilangan
asam dimana hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas sabun yang akan dibuat. Jika
semakin banyak bilangan asamnya maka semakin banyak juga asam lemak bebasnya
dalam minyak tersebut. Dari data diatas percobaan menggunakan minyak didapat hasil
2,01025 gram dimana dari hipotesis dapat dikategorikan sebagai asam linolenat. Dalam
perhitungan angka penyabunan didapat hasil 382,922 mg atau 0,382922 g, dari hasil
tersebut dapat diketahui bila semakin kecil angka penyabunan maka semakin bagus sabun
yang didapat.

VI. Kesimpulan
a. Penyabunan atau saponifikasi artinya adalah membuat sabun. Saponifikasi suatu ester
dengan basa (NaOH atau KOH) menghasilkan garam dari suatu asam karboksilat.
b. Dari praktikum diatas didapat perhitungan

angka Penyabunan (AP) = (44,65 - 19,1) x 0,538 x 56


2,01025 g
= 382,922 mg
= 0,382922 g

VII. Daftar pustaka


[1] RAZZAKCHEM015, 2018. Reaksi Penyabunan / Saponifikasi.
https://razzakchem015.wordpress.com/reaksi-penyabuanan-saponifikasi/
[2] Dwi Utami Ariesta, 2017. LAPORAN PRAKTIKUM BILANGAN
SAPONIFIKASI (BILANGAN PENYABUNAN).
https://www.academia.edu/32091629/Laporan_Akhir_Praktikum_Saponifikasi.
docx
[3] Tim Kimia Organik, 2019. Modul Praktikum Kimia Organik. Jurusan Teknik
Kimia.

Anda mungkin juga menyukai