Anda di halaman 1dari 16

Essai mengenai Project Best Learning Gravimetri

Oleh
Ardiansyah Dwi Ariyadin, Devina Ayu, Ema Nurista

Abstrak

Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa digunakan
sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi atau bahan bakar bagi masyarakat
yang masih menggunakan minyak tanah, karena saat ini harga minyak tanah mahal dan
sudah jarang ditemui. Pengujian kadar air dalam suatu sampel bertujuan untuk
menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang bisa saja terjadi.
Sementara itu, dilakukan juga uji terhadap kadar abu dengan tujuan untuk menentukan
baik atau tidaknya suatu proses pengolahan, pengetahuan terhadap jenis bahan yang
digunakan, serta untuk dijadikan parameter nilai gizi jika sampel yang digunakan
adalah bahan makanan. Kadar air pada briket adalah salah satu penentu kualitas briket.
Apabila kadar air briket tinggi, maka kualitasnya bisa dibilang rendah. Abu yang
terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak mampu terbakar setelah
adanya pembakaran. Abu memiliki peran untuk menurunkan mutu bahan bakar dengan
turunnya nilai kalor. Untuk pengujian kadar air dan kadar abu umumnya dilakukan
dengan metode gravimetri.
PENDAHULUAN

Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa digunakan
sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi atau bahan bakar bagi masyarakat
yang masih menggunakan minyak tanah, karena saat ini harga minyak tanah mahal dan
sudah jarang ditemui. Briket dapat dibuat dari berbagai bahan baku yang ada disekitar,
seperti sekam padi, batok kelapa, arang sekam, serbuk kayu, bongkol jagung, dan
sebagainya. Pembuatan briket dilakukan menggunakan metode berdasarkan pemadatan
atau penekanan yang memiliki tujuan untuk menaikkan nilai kalor per satuan luas dari
suatu biomassa yang digunakan menjadi tenaga alternative, sehingga dengan ukuran
biomassa yang kecil akan dihasilkan tenaga yang besar. Selain itu, bentuk biomassa
menjadi lebih seragam atau sama, sebagai akibatnya akan lebih simple pada proses
penyimpanan dan pendistribusian.
Pengujian kadar air dalam suatu sampel bertujuan untuk menentukan kualitas
dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang bisa saja terjadi. Sementara itu,
dilakukan juga uji terhadap kadar abu dengan tujuan untuk menentukan baik atau
tidaknya suatu proses pengolahan, pengetahuan terhadap jenis bahan yang digunakan,
serta untuk dijadikan parameter nilai gizi jika sampel yang digunakan adalah bahan
makanan. Kadar air pada briket adalah salah satu penentu kualitas briket. Apabila kadar
air briket tinggi, maka kualitasnya bisa dibilang rendah. Abu yang terkandung dalam
bahan bakar padat adalah mineral yang tidak mampu terbakar setelah adanya
pembakaran. Abu memiliki peran untuk menurunkan mutu bahan bakar dengan
3turunnya nilai kalor. Untuk pengujian kadar air dan kadar abu umumnya dilakukan
dengan metode gravimetri.
Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur kadar air sampel
material adalah metode gravimetri. Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu
metode kimia analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah
diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui
proses pemisahan. Kadar air dari sampel bahan ditentukan oleh penurunan berat bahan
selama pengeringan. Sampel bahan dikemas kedap udara setelah ditimbang dan
sebelum ditimbang. Maka dari itu, kelompok kami memilih metode gravimetri untuk
menentukan kadar air dan abu total pada sampel briket

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Gravimetri
Analisis gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses
isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur
tersebut, dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari
suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar penetapan
penetapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang
akan ditetapkan menjadi sebuah senyawaan yang murni dan stabil, yang dapat dengan
mudah diubah menjadi satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot unsur atau
radikal itu dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan kita tentang rumus
senyawanya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya (konstituennya) (Basset, 1994
: 472).
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan
rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-
unsur atau senyawa-senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti
: metode pengendapanan , metode penguapan, metode elektroanalis atau berbagai
metode lainnya. Pada prakteknya dua metode pertama adalah metode terpenting.
Metode gravimetri memakan waktu Cukup lama, adanya pengotor pada konstituen
dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (khopkar, 1990 : 25).
Analisis Gravimetri diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat terkait kandungan logam pada jajanan anak, baik kepada orang tua, anak,
maupun pedagang itu sendiri. Berbagai macam analisis logam dapat dilakukan, baik
dengan penggunaan teknologi terkini maupun metode konvensional (Harefa, 2020).
Analisis gravimetri adalah metode analisis kuantitatif untuk mengetahui kadar
zat yang telah diketahui pengotornya dengan cara penimbangan. Hal-hal yang perlu
dilakukan dalm analisis gravimetric adalah pengendapan, penguapan atau pengeringan,
pengeringan dengan listrik dan cara-car fisis yang lain. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam gravimetri :
1. Waktu yang diperlukan untuk Analisa gravimetri menguntungkan karena
tidak memerlukan kalibrasi atau standarisasi.
2. Kepekaan analis gravimetri lebih dintenntukan oleh kesulitan untuk
memisahkan endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar
volumenya.
3. Ketetapan Analisa gravimetri untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari
100% jarang dapat ditandingi perolehannya.
4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksinya yang khas (spesifik) bahkan
hampir semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion (Harjadi,W.
1993).
2. Prinsip Gravimetri
Prinsip analisis gravimetri adalah sampel dilarutkan dengan pelarut yang
sesuai, kemudian ditambahkan zat pengendap dan endapan yang dihasilkan kemudian
ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Langkah-langkah dalam analisis gravimetri
adalah pelarutan sampel, menambahkan pereaksi, digest, penyaringan endapan,
pencucian endapan,pengeringan atau pemijaran endapan, penimbangan endapan, dan
perhitungan (Puspitasari, 2014 : 90).
Pada prinsipnya dua metode (pengendapan dan pengatsirian) adalah hal yang
terpenting dalam analisa gravimetri. Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu
menghasilkan zat murni, kontaminasi endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut
disebut kopresipitasi. Hal ini berhubungan dengan adsorbsi pada permukaan partikel
dan terperangkapnya zat asing selama proses pertumbuhan Kristal pada partikel
primernya. Adsorbsi banyak terjadi pada endapan gelatin dan sedikit pada endapan
mikrokristal, misalnya Ag pada perak asetat dan endapan BaSO4 pada alkalinitrat
(Khopkar, 1990 : 27).
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan
hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan
yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapat sisa bahan suatu gas yang terjadi,
atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang di analisa. Dalam pengendapan, zat
yang ditimbang setelah zat di reaksikan menjadi endapan. Atas dasar membentuk
endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi dua macam :
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi.
2. Endapan dibentuk secara elektrokimia.
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses
pemisahannya. Aspek yang penting dan perlu diperhatikan adalah endapannya
mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan dari larutannya dengan
filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor ukuran partikelnya cukup besar
serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu
(Khopkar, 1990:25).
3. Metode Gravimetri
Metode gravimetri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
A.Gravimetri dengan metode pengendapan
Pada metode ini, pereaksi tertentu yanda dapat digunakan untuk
mengendapkan zat yang dianalisis. Syarat endapan yang dihasilkan harus
berbentuk hablur kasar atau berupa kristal kasar agar mudah untuk dipisahkan
dengan penyaringan. Contoh : Kalsium oksalat merupakan kalsium yang
ditetapkan secara gravimetri dengan metode cara pengendapan sehingga
terbentk endapan yang selanjutnya akan dikeringkan dan dipanggang. Endapan
kalsium oksalat tersebut akan berubah menjadi kalsium oksida dengan
melepaskan gas karbon dioksida dan karbon monoksida. Reaksi yang terjadi
adalah :
Ca2+(aq) + C2O42-(aq) → CaC2O4(s)
CaC2O4(s) + CaO(s) → CO2(g) + CO(g)
B. Gravimetri dengan cara penguapan atau pembebasan (gas)
Pada metode ini, analit akan diuapkan kemudian untuk zat yang tidak
menguap akan ditimbang. Dengan demikian, pada massa bagian yang
hilang/menguap dapat ditentukan kuantitatifnya. Contoh : pada penentuan kadar
air yang terdapat dalam sampel organik dan penentuan air kristal (hidrat) yang
terikat dalam suatu senyawa.
C.Gravimetri dengan cara elektrolisis
Pada metode ini, larutan yang mengandung analit diletakkan dalam sel
elektrolisis. Proses elektrolisis berlangsung dalam waktu tertentu. Selama
proses tersebut, logam yang telah mengendap di katode dapat ditentukan
beratnya. Contoh: pada penentuan tembaga (Cu) yang terdapat dalam larutan
sampel dielektrolisis selama waktu tertentu dengan menggunakan katode platina
(Pt) dalam kondisi asam. Sehingga, reaksi yang terjadi selama proses elektrolisis
adalah :
Katode : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s) 2H+(aq) + 2e- → 2H(g)
Anode : 2H2O(i) → 4H+(aq) + O2 (g) +4e
Pada proses tersebut, pada katode ion yang terdapat dalam larutan
sampel telah mengalami reduksi sehingga menghasilkan endapan Cu,
sedangkan pada anade terjadi reaksi oksidasi air yang menghasilkan ion dan .
Massa endapan Cu yang dihasikan di katode dapat digunakan untuk perhitungan
menentuakan selisih antara massa elektroda sesudah elektrolisis dengan
sebelum elektrolisis.
4.Briket Arang
Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket
(penampilan dan kemasan yang menarik) yang digunakan untuk keperluan energi
sehari-hari.Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dilakukan
dengan cara penambahan perekat tapioca,dimana bahan baku diarangkan terlebih
dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak (kempa dingin) dengan system
hidroulik manual selanjutnya dikeringkan (Pari, 2002).
Menurut Hartoyo dan Rohadi (1978) dalam Capah (2007), briket arang adalah arang
kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya dengan cara mengempa
campuranserbuk dengan perekat. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan briket
adalah arang kayu atau kayu yang berukuran kecil.Tsoumis 7 (1991), mengemukakan
bahwa briket juga terbuat dari residu berkarbon, dan digunakan untuk pembakaran dan
kegunaan lain yang berhubungan. Pada beberapa produk,bahan tambahan diperlukan,
seperti lilin untuk menambah pembakaran, dan substansi lainnya untuk memberikan
bau yang menyenangkan dan warna yang seragam. Pembuatan briket biomassa
memerlukan penambahan bahan perekat untuk meningkatkan sifat fisik dari briket.
Adanya penambahan kadar perekat yang sesuai pada pembuatan briket akan
meningkatkan nilai kalor briket tersebut. Jenis perekat yang digunakan pada pembuatan
briket berpengaruh terhadap kerapatan, ketahanan tekan, nilai kalor bakar, kadar air,
dan kadar abu. Penggunaan jenis dan kadar perekat pada pembuatan briket merupakan
salah satu faktor penting dalam pembuatan briket (Akintunde, 2013).
5.Kadar Air
Kadar air adalah kandungan air yang terdapat dalam bahan. Kadar air
merupakan salah satu parameter penting yang menentukan kualitas briket arang yang
dihasilkan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi perekat dalam
pembuatan briket memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air briket (Hayati R, dkk.
2005). 5Penentuan kadar air dalam bahan briket dapat dilakukan dengan metode
pengeringan (dengan oven biasa), dimana perhitungan kadar air berdasarkan bahan
kering (dry basis). Dry basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan
tersebut dengan berat keringnya. Bahan kering adalah berat bahan asal setelah
dikurangi dengan berat airnya. Sehingga setelah proses pengeringan dapat menentukan
% kadar air dengan rumus sebagai berikut (suzy,2008). % 𝑘𝑎𝑑𝑎r 𝑎𝑖𝑟 = berat awal −
berat akhir × 100% berat awal Nilai kadar air yang harus dicapai pada briket yang telah
diproduksi berdasarkan standar SNI No.1/6235/2000 yaitu ≤ 8%. Semakin kecil kadar
air, mutu briket akan semakin baik.
6.Kadar Abu
Kadar abu merupakan parameter untuk menunjukkan nilai kandungan bahan
anorganik (mineral) yang ada di dalam suatu bahan atau produk. Semakin tinggi nilai
kadar abu maka semakin banyak kandungan bahan anorganik di dalam produk
tersebut. Komponen bahan anorganik di dalam suatu bahan sangat bervariasi baik jenis
maupun jumlahnya. Kadar abu, dilakukan berdasarkan metode
gravimetri yaitu selisih berat sebelum dan setelah diabukan, untuk mengetahui jumlah
residu anorganik yang dihasilkan dari pengabuan (Swastawati, 2013). Prinsip analisis
kadar abu adalah proses pembakaran senyawa organik sehingga didapatkan residu
anorganik yang disebut abu ( Kusumaningrum, 2013 ). % 𝑘𝑎𝑑𝑎r 𝑎𝑏𝑢 = berat abu (g) ×
100% berat sampel (g) Nilai kadar abu yang harus dicapai pada briket yang telah
diproduksi berdasarkan standar SNI No.1/6235/2000 yaitu ≤ 8%. Semakin kecil kadar
abu, mutu briket akan semakin baik.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan
air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat
organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu
bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu.

Reaksi yang dihasilkan dalam praktikum pembakaran/pengabuan briket kali ini yaitu
reaksi pembakaran tidak sempurna, yaitu :
Senyawa Hidrokarbon + O2 CO + H2O

METODOLOGI
1. Alat dan bahan

a. Briket f. Neraca Analitik

b. Mortar g. Cawan Porselin

c. Pestle h. Furnace

d. Desikator i. Penjepit

e. Oven j. Sarung tangan tahan panas


2. Langkah kerja

A. Preparasi Sampel

Mulai

Memasukkan sampel kripik ke dalam mortal

Tumbuk kripik dengan pestel hingga halus

Selesai

B. Menentukan Kadar Air

Mulai

Menimbang dengan seksama 1 gram–2 gram cuplikan pada sebuah cawan


C. Menentukan Kadar Abu
porselen yang sudah diketahui bobotnya.

Mengeringkan pada oven suhu 105°C selama 3


jam.

Mendinginkan di dalam desikator

Menimbang dan mengulangi pekerjaan hingga memperoleh


bobot konstan

Selesai
C.Menentukan Kadar Abu

MULAI

Menimbang dengan seksama 2 gram – 3 gram contoh ke dalam


sebuah cawan porselin yang telah

Mengarangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam furnace pada


suhu maximum 550° C sampai pengabuan

Mendinginkan dalam desikator,lalu menimbang hingga bobot nya


tetap

SELESAI

Data pengamatan
 Kadar air sampel A
Berat samel = 1,006 gram
Berat sisa sampel setelah pemanasan = 0,058 gram
𝑤1 (sisa pijar)
Kadar air (%) = 𝑤2 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) x 100%
0,058
= 1 x 100%
= 5,8%
 Kadar air sampel B
Berat samel = 1 gram
Berat sisa sampel setelah pemanasan = 0,0404
𝑤1 (sisa pijar)
Kadar air (%) = 𝑤2 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) x 100%
0,0404
= 1 x 100%
= 4,04%
 Kadar abu sampel A
Berat sampel = 2,907 gram
Berat sisa sampel setelah pemanasan = 1,796 gram
𝑤1 (sisa pijar)
Kadar air (%) = x 100%
𝑤2 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ)
1,796
= 2,907 x 100%

= 61,7819%
 Kadar abu sampel B
Berat sampel = 3 gram
Berat sisa sampel setelah pemanasan = 2,049 gram
𝑤1 (sisa pijar)
Kadar air (%) = 𝑤2 (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) x 100%
2,049
= x 100%
3

= 68,3%

PEMBAHASAN
Briket dapat ditentukan kadar air dan kadar abunya menggunakan metode
gravimetri. Untuk penentuan kadar air briket dapat dilakukan dengan cara yang
pertama menumbuk briket sampel B menggunakan mortar sampai halus, setelah itu
mencuci beaker glass menggunakan aquades, dikeringkan menggunakan tisu dan
ditimbang di neraca analitik lalu catat beratnya. Didapatkan berat kaca arloji 51,0619
gram. Langkah kedua pindahkan sampel yang sudah dihaluskan tadi kedalam kaca
arloji sebanyak 1 gram dan didapatkan berat keseluruhan yaitu 52,0619 gram.
Kemudian masukkan kedalam oven dan ditunggu selama 3 jam dengan suhu 115°C.
Setelah 3 jam, keluarkan kaca arloji dan dinginkan dalam desikator lalu ditimbang
sampai berat konstan. Setelah ditimbang beratnya berturut-turut sebanyak 52,016 gram
dan 52,027 gram. Hasil penimbangan ini dikatakan tidak konstan dan juga
kemungkinan nilai yang didapat tidak valid, karena selisih nilai nya cukup jauh. Hal
ini juga disebabkan oleh kelalaian kami dalam penimbangan tidak menggunakan alat
penimbang yang sama seperti alat penimbangan yang digunakan sebelumnya.
Sedangkan penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan cara yang pertama
yaitu cuci cawan porselen menggunakan aquades kemudian keringkan menggunakan
tisu. Setelah itu cawan porselen dimasukkan kedalam oven selama 1 jam untuk
mengeringkan cawan porselen secara optimal. Setelah itu cawan porselen didingin
didalam desikator selama beberapa menit, setelah cawan porselen dingin berat cawan
porselen ditimbang menggunakan neraca analitik sebanyak 2 kali, didapatkan berat
cawan porselen konstan yaitu 49,340 gram dalam 2 kali penimbangan. Langkah kedua
adalah memindahkan sampel yang sudah dihaluskan tadi kedalam cawan porselen
sebanyak 3 gram, ditutup dan dimasukkan kedalam furnace, dan di furnace selama 2
jam. Setelah 2 jam, cawan porselen di keluarkan dari furnace dan didinginkan di
desikator. Setelah dingin cawan porselen di timbang di neraca analitik sampai berat
konstan. Didapatkan berat konstan cawan porselen sebanyak 50,291 gram selama dua
kali penimbangan.
Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia, ditetapkan kadar air pada briket
yaitu maksimal 8%. Kadar air pada sampel briket B sebesar 4,04% sedangkan kadar
air pada sampel briket sebesar 5,08%. Dengan ini, kadar air sampel briket B lebih bagus
dibandingkan dengan sampel briket A, karena nilai kadar air nya lebih kecil.
Kandungan air yang tinggi di dalam briket menyulitkan penyalaan sehingga briket sulit
terbakar. Hal ini dapat terjadi akibat adanya panas yang tersimpan
dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum
kemudian menghasilkan panas yang dipergunakan sebagai panas pembakaran (Hendra,
2010). Sebaliknya semakin sedikit kadar air yang ada dalam briket maka kualitas
pembakaran briket tersebut semakin bagus. Menurut Triono (2006) tingginya kadar air
disebabkan karena jumlah pori-pori yang lebih banyak. Menurut Hutasoit (2012) kadar
air yang tinggi akan membuat briket sulit dinyalakan pada saat pembakaran dan akan
banyak menghasilkan asap, selain itu akan mengurangi temperature penyalaan dan
daya pembakarannya Syarat mutu briket menurut SNI 01-6235-2000 yaitu kadar abu
dibawah 8%. Kadar abu pada sampel briket B sebesar 68,3% sedangkan kadar abu pada
sampel briket A sebesar 61,7819%. Kedua sampel ini tidak sesuai dengan syarat mutu
briket karena persentase melebihi 8%. Akan tetapi jika dibandingkan kedua sampel ini,
kadar abu sampelbriket A lebih bagus dibandingkan dengan sampel briket B, karena
nilai kadar abu nya lebih kecil. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas
briket karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor.
KESIMPULAN

1. Berdasarkan dari praktikum yang telah dikerjakan, kami memahami prinsip analisa
gravimetri dalam analisis kadar air dan abu total pada sampel briket merupakan analisa
kuantitatif dimana komponen zat uji ditetapkan berdasarkan penimbangan sebelum dan
sesudah zat uji mengalami suatu proses pemisahan.
2. Berdasarkan dari data pengamatan dan juga data perhitungan, maka dapat diketahui nilai
kadar air pada sampel A sebesar 5,8% dan nilai kadar air pada sampel B sebesar 4,04%.
Sedangkan nilai kadar abu pada sampel A sebesar 61,7819% dan nilai kadar abu pada sampel
B sebesar 68,3%.

Saran
1. Ketelitian dalam mengatur waktu dalam mengoven dan memfurnace sampel, jangan
sampai berlebihan.
2. Diperlukannya ketelitian dalam penimbangan agar hasil yang diperoleh lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Amanto B. S., Siswanti, Atmaja A., 2015. Kinetika pengeringan temu giring (Curcuma
heyneana Valeton & van Zijp) menggunakan cabinet dryer dengan perlakuan
pendahuluan blanching. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 2

Basset, Denney, Jeffery, dan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Buku Kedokteran.

Capah, A.G., 2007, Pengaruh Konsentrasi Perekat dan Ukuran Serbuk Terhadap Kualitas
Briket Arang dari limbah Pembalakan Kayu mangium (Acacia mangium Willd),
Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Djenar, Nancy., 2014. Penetapan Kadar Air. Bandung: Politeknik Negeri


Bandung.
Harefa, N., & Silaban, S., 2020. Identification of metal content in food using
gravimetric and iodometric methods: The case on children's food (12). Jurnal
Pendidikan Kimia 2, 52-61. DOI:10.24114/jpkim.v12i2.19395

Harjadi, 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar, Cetakan III, Pustaka Utama, Jakarta. 16 –
21.

Hutomo, H. D., Swastawati, F., dan Rianingsih, L., 2015. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair
Terhadap Kualitas dan Kadar Kolestrol Belut (Monopterus albus) Asap. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 1, Halaman 7-14.

Hayati R, Abdullah A, Ayob M, Soekarto S. 2005. Analisis Kadar Air dan Aktivitas Air
Kritikal Produk Sata dari Malaysia dan Implikasinya pada Sifat-sifat Produk dan
Umur Simpannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan volume 16, Nomor 3,
halaman 191.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Analitik . UI Press. Jakarta

Kusumaningrum, D.A.R. 2013. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,


Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikkan Institutsional
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2012). Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2,
Nomor 4, Halaman 1-10 ISSN (Online): 2337-3806

Pari, G. 2002. Industri Pengolahan Kayu Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah


(Makalah Filsafat Sains). Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Pursitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar dengan Strategi ProblemSolving dan
Open-ended Experiment . Bandung: ALFABETA
Suzy Y.2008. Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pisang Sebagai Bahan Alternatif
Pembuatan Kertas Berkualitas. Jakarta : UI Press.

Swastawati. 2013. Karakteristik Kualitas Ikan Asap yang Diproses Menggunakan Metode
dan jenis ikan yang berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Volume 2, No. 3.
Halaman 57.
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood : Structure, Properties, Utilization, New
York, Van Nostrand Reinhard.

Anda mungkin juga menyukai