Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Kimia Analitik II

GRAVIMETRI

disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Kimia Analitik II

OLEH:

NAURAH NAZHIFAH
1808103010037

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui
kadar suatu zat. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak
suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut,
yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil
atau sebagian besar sampel yang di analisis. Metode dalam analisa kuantitatif
dibedakan menjadi dua bagian yaitu metode gravimetri dan metode volumetri.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom
unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti metode pengendapan, metode
penguapan, metode elektroanalisis atau berbagai macam metode lainnya. Metode
gravimetri memakan waktu cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar, 1990).
Analisis gravimetri merupakan salah satu analisis kuantitatif berdasarkan
bobot melalui proses isolasi serta penimbangan suatu unsur maupun senyawa
tertentu. Analisis ini bertujuan untuk menimbang bobot unsur atau senyawa yang
murni. Unsur atau senyawa tersebut dipisahkan dari suatu zat yang diobservasi.
Sebagian besar penetapan pada analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau
radikal yang akan diciptakan menjadi sebuah senyawa yang murni dan stabil serta
mudah untuk ditimbang. Lalu, bobot unsur atau radikal dengan mudah dapat dihitung
dengan rumus senyawaannya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya (Lajeng,
2014).
Analisis gravimetri telah banyak diaplikasikan untuk analisis kation dari
unsur-unsur yang terdapat dalam sistem periodik. Metode analisis juga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif bahan organik tertentu seperti kolesterol pada
careal dan laktosa pada susu. Kolesterol sebagai steroid alkohol dapat diendapkan 2
secara kuantitatif dengan saponin organik yang disebut digitonin Berdasarkan uraian
tersebut maka dilakukan percobaan tentang analisis gravimetri untuk menentukan
kadar air hablur dalam garam anhidrat dan kadar tembaga dalam garam terusi.
(Chadijah, 2012).

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip dasar gravimetri
dan untuk menetapkan kadar BaSO4 sampel yaitu Na2SO4 secara gravimetri.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis kuantitatif Analisis kuanlitatif merupakan metode analisis untuk


menentukan jumlah atau banyaknya zat atau untuk mengetahui kuantitas dari setiap
komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitatif menghasilkan data numerik
yang memiliki satuan tertentu. Metode analisis kuantitatif umumnya melibatkan
prose kimia dan proses fisika. Analisis kuantitatif yang elibatkan proses kimia seperti
gravimetri dan volumerti. Analisis kuantitatif yang melibatkan proses fisika
umumnya menggunakan prinsip interaksi materi dengan energi pada proses
pengukurannya. Metode ini umumnya manggunakan peralatan yang modern sperti
polarimeter, spektrofotometer sehingga sering dikenal dengan analisis instrumen
(Day, 1986).
Analisis gravimetri merupakan penentuan jumlah zat yang didasarkan pada
penimbangan hasil reaksi setelah analit bereaksi. Hasil reaksi ini berupa endapan dari
sisa bahan suatu gas yang terbentuk dari bahan tersebut. Endapan tersebut ditimbang
untuk mengetahui bobot endapan murni hasil reaksi tersebut. Endapan secara
gravimetri dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu endapan yang berasal dari reaksi antara
zat dengan suatu pereaksi dan endapam yang dibentuk secara elektrokimia. Untuk
memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan pencuci, endapan dapat disaring
dengan kertas saring. Endapan yang disaring oleh kertas saring tidak dapat
dipisahkan kembali secara kuantitatif. Berdasarkan jenis hasil yang ditimbang
dibedakan cara-cara gravimetri, yaitu cara evolusi dan cara pengendapannya
(Hardjadi, 1993).
Garavimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaa lainnya. Kesedarhanaan itu
jelas terlihat karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang
langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Mula-mula cuplikan zat
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan
yang terbentuk lalu disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan dan setelaah dingin
ditimbang. Metode garavimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada
stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
aA + pP →AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi
setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia
hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapt ditentukan beratnya
dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan
pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan
yang sempurna (Darma, 2018).
Dasar yang paling penting dalam analisis gravimetri adalah bahan yang akan
ditetapkan endapannya dari suatu larutan dalam bentuk yang sulit larut, sehingga tak
terjadi kehilangan yang berarti bila endapan dipisahkan dengan penyaringan dan
ditimbang. Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses
pemisahannya, misalnya Ag diendapakan sebagai AgCl, dikeringkan pada suhu
130℃ kemudian ditimbang sebagai AgCl, kemudian dibakar dan ditimbang. Aspek
yang perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai
kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi. Kedua, secara fisik
endapan sedemikian rupa, sehingga mudah dipisahkan dari larutannya dengan
filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya cukup besar
serta endapat dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu
(Rusdiman, 2010).
Mekanisme terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat
jenuh (super saturated solution). Nukleasi merupakan sejumlah partikel (ion, atom
atau molekul) membentuk inti mikroskopik dari fasa padat, semakin tinggi derajat
lewat jenuh, semakin besar laju nukleasi. Pembentukan nukleasi dapat secara
langsung atau dengan induksi Proses pengendapan selanjutnya merupakan kompetisi
antara nukleasi dan particle growth. Ketika nukleasi terbentuk, ion-ion lain tertarik
sehingga membentuk partikel besar yang dapat disaring. Apabila nukleasi yang lebih
dominan maka partikel kecil yang banyak, bila particle growth yang lebih dominan
maka partikel besar yang dihasilkan. Jika pengendapan terbentuk pada RSS relatif
besar maka nukleasi merupakan mekanisme utama sehingga endapan yang dihasilkan
berupa partikel kecil (Widiarto, 2009).
Secara umum pengendapan terjadi melalui dua proses. Proses pertama
terbentuknya zarah-zarah yang sangat kecil (1-100 nm) yang disebut inti sedangkan
proses kedua inti-inti tersebut tumbuh menjadi zarah-zarah yang lebih besar. Dalam
gravimetri endapan yang diinginkan ialah endapan hablur kasar karena endapan ini
mudah disaring dan dicuci karena luas endapan hablur kasar itu lebih kecil daripada
hablur halus, maka endapan hablr kasar ini lebih sedikit mengandung kotoran. Untuk
memperoleh endapan hablur kasar tersebut, ukuran 6 yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam proses pengendapan adalah kelewat jenuhan (Awaluddin, 2015).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan meliputi enlemenyer, beaker gelas, krus porselen,
corong gelas, gelas arloji, filler, pipet volume, pipet tetes, kertas saring, desikator,
botol semprot, batang pengaduk, dan hot plate.
Bahan yang digunakan adalah Na2SO4, BaCl2, H2O, larutan HCl pekat,
HNO3, dan AgNO3.

3.2 KONSTANTA FISIK DAN TINJAUAN KEAMANAN


Tabel 3.1 Konstanta fisik dan tinjauan keamanan.
BM TD TL Tinjauan
No. Bahan
(g/ mol) (oC) (oC) Keamanan
1. Na2SO4 142,04 1429 884 Iritasi
2. BaCl2 208,23 1560 953 Iritasi
3. H2O 18 100 0 Aman
4. HCl 36,46 110 -27,32 Korosif
5. HNO3 63,01 83 -42 Korosif
6. AgNO3 169,87 440 212 Korosif

3.3 SKEMA KERJA


3.3.1 Preparasi Sampel
Pipet volume 25 mL dibersihkan menggunakan sedikit cairan sampel.
Selanjutnya, filler dipasang dan udara dalam filler dikeluarkan terlebih dahulu.
Larutan sampel yaitu larutan Na2SO4 diambil 25 ml dan dimasukkan ke dalam beaker
gelas serta ditambahkan HCl pekat 0,4 mL atau 10 tetes (1 mL = 25 tetes) dengan
pipet tetes. Pipet tetes harus dikalibrasi menggunakan gelas ukur paling kecil.
Sampel ditambahkan H2O sampai batas 200 ml lalu diaduk.
3.3.2 Membuat Pereaksi
Pereaksi BaCl2 5% dibuat dengan 5 gram BaCl2 dalam 100 ml H2O. 5 gram
BaCl2 ditimbang dengan timbangan analitik, lalu dimasukkan kc dalam beaker gelas.
Kemudian, ditambahkan aquadest sampai batas 100 mL, lalu diaduk sampai
homogen.

3.3.3 Tahap Pengendapan


Sampel dan pereaksi dipanaskan di atas hotplate. Batang pengaduk diletakkan
dalam sampel dan kemudian ditutup menggunakan kaca arloji. Setelah dipanaskan
sampai hangat, dilakukan proses pengendapan dengan cara meneteskan BaCl2 ke
dalam sampel. Penetesan tersebut dilakukan secara terus-menerus hingga tidak ada
endapan lagi (ditandai dengan tidak keruhnya larutan sampel).

3.3.4 Proses Aging


Larutan yang telah diteteskan dengan BaCl 2 dipanaskan selama 1 jam, tidak
boleh mendidih, dan volume sampel tidak boleh kurang dari 150 mL. Selanjutnya,
embun yang diperoleh dikaca arloji dimasukkan ke dalam sampel, lalu disemprot
sampel yang menempel di gelas arloji. Kemudian, diteteskan kembali BaCl2 untuk
melihat apakah sudah mengendap sempurna.

3.3.5 Tahap Penyaringan


Kertas saring diambil menggunakan pinset serta dilapisi tisu, lalu sampel
disaring mengunakan kertas saring tersebut. Jika endapannya masih keruh maka
dilakukan kembali proses pengendapan. Selanjutnya, beberapa tetes filtrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan pereaksi HNO3 sebanyak 2
tetes untuk memastikan adanya ion Cl- atau tidak.

3.3.6 Tahap Pemijaran Krus Porselen Kosong


Pemijaran dilakukan dengan dipanaskan krus porselen diatas nyala bunsen,
lalu dipijar selama 10-15 menit. Setelah 15 menit, bunsen dipadamkan lalu diangkat
krus porselen dan dibiarkan pada suhu ruang sampai hangat. Selanjutnya,
dimasukkan krus porselen ke dalam desikator dan ditunggu sampai dingin.
3.3.7 Tahap Penimbangan
Krus porselen kosong ditimbang dan dicatat hasilnya. Penimbangan ini
dilakukan sebanyak 3 kali dengan rentang selisih penimbangan tidak lebih dari 0,2
mg.

3.3.8 Tahap Pemijaran Endapan


Krus porselen kosong yang sudah ditimbang dimasukkan kertas saring yang
berisi endapan ke dalam krus porselen. Kemudian, diletakkan krus porselen di atas
tri angle, lalu dipanaskan untuk proses pemijaran. Kertas saring secara perlahan-
lahan akan terbakar menjadi arang. Setelah menjadi arang, dilanjutkan pemijaran
selama 10-15 menit lagi hingga kertas saring atau endapan berwarna putih. Setelah
selesai, dimatikan bunsen serta menunggu krus porselen dingin. Selanjutnya,
dimasukkan krus porselen ke dalam desikator dengan dibaluti tisu selama 10 menit,
lalu kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

3.3.9 Tahap Penimbangan Sampel Endapan


Krus porselen yang berisi endapan ditimbang menggunakan timbangan
analitik, lalu dicatat hasil yang diperoleh. Kemudian diulangi proses dari pemijaran
hingga diletakkan ke dalam desikator konstan. Konstan ditunjukkan dengan selisih
antara penimbangan pertama dan kedua adalah 0,2 mg atau 0,0002 gram. Kadar
sampel gravimetri ditentukan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan
No Keterangan Hasil Pengamatan
1. Pemijaran dan penimbangan kurs porselin 33,9443 g
kosong
2. Pemijaran dan penimbangan krus porselin berisi 34,3569 g
endapan

4.2 PEMBAHASAN
Metode analisis gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan
pada pengukuran berat, yang melibatkan: pembentukan, isolasi dan pengukuran berat
dari suatu endapan. Analisis gravimetri merupakan salah satu analisis kuantitatif
yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah konstituen di dalam sampel. Selain itu,
analisis gravimetri juga termasuk dalam analisis classical, yaitu suatu teknik dimana
signal sebanding dengan jumlah total absolut analit (massa, volume). Adapun
beberapa tahap yang dilakukan dalam percobaan gravimetri, yaitu preparasi sampel
serta membuat pereaksi, tahap pembentukkan endapan, proses aging, tahap
penyaringan, tahap pemijaran krus porselen kosong, tahap penimbangan krus
porselen kosong, tahap pemijaran krus dan endapan, dan tahap penimbangan
endapan. Tahap lain yang paling penting ialah kalkulasi (perhitungan) untuk
mengetahui massa analit sebanding dengan analit yang ada dalam sampel serta
sebanding dengan massa atau perubahan, mengetahui massa padatan yang
tersuspensi, dan hal-hal yang berkaitan dalam konsep kuantitatif.
Percobaan yang dilakukan pertama kali yaitu, preparasi sampel yang
berfungsi untuk menyiapkan bahan-bahan dan sampel untuk praktikum. Langkah
pertama yaitu dibersihkan terlebih dahulu pipet volume dengan aquades. Selanjutnya
ketika digunakan, filler dikeluarkan terlebih dahulu agar tidak ada zat-zat yang
tersisa atau lebih steril. Lalu, diambil sedikit demi sedikit larutan sampel untuk
membilas pipet volume dan dipastikan semua dinding dari pipet volume terbasahi
oleh sampel, agar tidak tercampur dengan larutan lain. Setelah dibilas, lalu pipet
sampel 25 mL, secara pelan-pelan sampai menunjukkan tanda 25 mL pada pipet
volume dan diperhatikan garis pas 25 mL pada pipet volume. Paskan volume 25 mL
dengan meniskus bawah harus tepat pada garis tanda. Lalu, kita masukkan larutan ke
wadah sampel (beaker gelas 250 ml). Selanjutnya, tekan pada filler maka larutan
akan masuk semua ke dalam beaker gelas tersebut. Tambahkan HCl pekat (0,3 – 0,6
mL) menggunakan pipet tetes biasa, diteteskan 10 tetes setara dengan 4 ml.
Penambahan HCl itu sebagai katalis untuk membentuk endapan BaSO4. Perlakuan
selanjutnya menambahkan larutan pereaksi yaitu BaCl2 5%. Adapun yang dimaksud
dengan 5 % adalah 5 gram BaCl 2 dalam 100 ml pelarut. Jadi, dibuat larutan BaCl 2
sebanyak 5 gram dengan aquades sampai batas 100 ml beaker gelas. Larutan diaduk
sampai padatan BaCl2 larut dan homogen. Larutan di beri sampel dan di simpam di
tempat yang aman. Tujuan dari larutan pereaksi ini adalah sebagai agen pengendap
yang bereaksi dengan sampel Na2SO4 untuk membentuk BaSO4 sebagai endapan,
seperti pada reaksi Na2SO4 + BaCl2 → 2NaCl + BaSO4.
Tahap pengendapan yang dilakukan dengan memanaskan larutan sampel
yang diletakkan batang pengaduk dengan ditutup gelas arloji dan larutan pereaksi
BaCl2 menggunakan hotplate. Setelah pemanasan dilakukan sampai larutan hangat,
kemudian lakukan tahap pengendapan pada sampel dengan meneteskan secara
perlahan larutan pereaksi BaCl2 sampai tidak terdapat endapan lagi pada sampel
dengan ditandai dengan tidak keruhnya larutan sampel. Apabila ketika ditambahkan
BaCl2 sudah tidak ada kekeruhan pada sampel maka, tahap pengendapan dapat
dihentikan. Kemudian lakukan proses aging dengan tetap memanaskan larutan
hingga 1 jam dengan memperhatikan volume sampel tidak kurang dari 100 mL.
Proses pendiaman tersebut agar BaSO4 terpisah dengan larutan secara perlahan-lahan
mengendap menjadi endapan BaSO4. Pemanasan juga dilakukan untuk menambah
kelarutan reaksi yang bertambah seiring dengan bertambahnya temperatur. Setelah
satu jam, embun pada gelas arloji dicuci kembali dimasukkan ke dalam gelas sampel.
Setelah itu, larutan sampel diteteskan larutan BaCl 2 untuk mengetes kembali apakah
larutan sampel sudah mengendap sempurna atau belum. Jika hasil tetesan tidak
menimbulkan keruhan ataupun endapan maka endapan sudah terbentuk sempurna.
Setelah satu jam, embun pada gelas arloji dicuci kembali dimasukkan ke dalam gelas
sampel. Setelah itu, larutan sampel diteteskan larutan BaCl 2 untuk mengetes kembali
apakah larutan sampel sudah mengendap sempurna atau belum. Jika hasil tetesan
tidak menimbulkan keruhan ataupun endapan maka endapan sudah terbentuk
sempurna.
Tahap yang dilakukan selanjutnya yaitu tahap penyaringan yang dilakukan
dengan menggunakan kertas saring whatman 40 dengan bantuan pinset diletakkan
dalam corong gelas. Kemudian, larutan sampel disaring ke dalam gelas erlenmeyer
untuk memisahkan filtrat dan endapan. Setelah endapan sudah terpisah dari filtrat,
diambil sedikit filtrat dan ditambahkan 2 tetes pereaksi AgNO 3 dan HNO3 untuk
memastikan filtrat yang diperoleh tidak mengandung ion Cl-. Setelah filtrat terbukti
tidak terdapat endapan putih setelah ditetes kan pereaksi, proses pemijaran krus
porselen kosong dilakukan sebanyak 3 kali. Krus porselen kosong dipanaskan diatas
bunsen nyala selama 10-15 menit kemudian krus porselen dibiarkan pada suhu ruang
sampai hangat dan diletakkan krus porselen ke dalam desikator. Krus porselen
kosong ditunggu sampai dingin dan diambil untuk ditimbang. Hasil yang didapat dari
penimbangan pertama sebesar 33,9443 gram.
Tahap penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring whatman
40 dengan bantuan pinset diletakkan dalam corong gelas. Kemudian, larutan sampel
disaring ke dalam gelas erlenmeyer untuk memisahkan filtrat dan endapan. Filtrat
ditambahkan 2 tetes pereaksi AgNO3 dan HNO3 untuk memastikan filtrat yang
diperoleh tidak mengandung ion Cl-. Setelah filtrat terbukti tidak terdapat endapan
putih setelah ditetes kan pereaksi, proses pemijaran krus porselen kosong dilakukan
sebanyak 3 kali. Krus porselen kosong dipanaskan diatas nyala bunsen selama 10-15
menit. Krus porselen dibiarkan pada suhu ruang sampai hangat dan diletakkan krus
porselen ke dalam desikator. Krus porselen kosong ditunggu sampai dingin dan
diambil untuk menimbang krus porselen. Hasil penimbangan menunjukkan
penimbangan pertama sebesar 33,9443 g. Tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan sampai penimbangan konstan (selisih 0,2 mg). Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam analisis gravimetri, yaitu pembetukkan endapan, sifat-sifat
endapan untuk meminimalisir kontaminasi endapan dengan tujuan mendapatkan
endapan yang murni atau hampir murni.
Tahap yang dilakukan setelah tahap penyaringan yaitu tahap pemijaran
endapan dilakukan dengan memasukkan kertas saring yang berisi endapan ke dalam
krus porselen kosong yang telah ditimbang konstan terlebih dahulu. Kemudian, krus
porselen berisi kertas endapan dipanaskan diatas nyala api bunsen. Setelah
dipanaskan selama 15 menit krus porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator.
Pemanasan ini dilakukan sampai endapan didalam krus porselen menjadi putih
sempurna setelah kertas saring terbakar menjadi arang. Proses pemijaran ini
berlangsung kurang lebih selama 30 menit sampai endapan putih sempurna.
Kemudian dibiarkan pada suhu ruang dan dimasukkan kembali ke dalam desikator,
ditunggu selama 15 menit dan ditimbang endapan BaSO 4 pada timbangan analitik.
Hasil penimbangan menunjukkan penimbangan pertama sebesar 34,3569 gram.
Tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan sampai penimbangan konstan
(selisih 0,2 mg). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis gravimetri, yaitu
pembetukkan endapan, sifat-sifat endapan untuk meminimalisir kontaminasi endapan
dengan tujuan mendapatkan endapan yang murni atau hampir murni.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:


1. Proses pendiaman BaCl2 dengan larutan sampel agar terpisah dengan larutan
secara perlahan-lahan mengendap menjadi endapan BaSO4.
2. Reaksi sampel berupa Na2SO4 dengan penambahan BaCl2 yang berperan sebagai
agen pengendap menghasilkan 2NaCl dan BaSO4.
3. Kalkulasi (perhitungan) yang dilakukan untuk hasil endapan menghasilkan
0,4126 g.
4. Tahap pemijaran berfungsi untuk krus porselen yang berisi endapan maupun
kosong bertujuan untuk menyamakan suhu krus dengan desikator karena apabila
perbedaan suhu yang tinggi dapat menyebabkan krus tersebut bisa pecah
5.
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin. 2015. Kimia Analitik Analisis Gravimetri. Laporan Praktikum Dasar-


Dasar Kimia Analitik. Makassar.

Chadijah, Sitti. 2012. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Jurnal Kimia Analitik. Vol 4 (5) :
45-47.

Darma, Wira, 2018. Analisis Jenis dan Kadar Saponin Ekstrak Akar Kuning
(Fibraurea chloroleuca Miers) Secara Gravimetri. Jurnal Pendidikan Kimia
dan Ilmu Kimia. Vol 3 (1): 51-59.

Day, Jr dan Underwood. 1986. Quantitative Analysis. terj. Hilarius Wibi dan Lemeda
Simarmata. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Harjadi,W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan dari Basic


Concepts of Analytical Chemistry, oleh A. Saptrorahardjo. Jakarta: UI-Press.

Lajeng, dkk. 2014. Penentuan klorida dengan metode gravimetri. Jurnal Pendidikan
Kimia. 2(1): 2-6.

Rusdiman. 2010. Kimia Dasar Analitik. Jakarta: AIGI.

Widiarto, Sony. 2009. Kimia Analitik I. Lampung: Kimia Unila.


LAMPIRAN

1. Penentuan berat sampel BaSO4


Berat BaSO4 = Krus porselin berisi endapan – Krus porselin kosong
= 34,3569 g – 33,9443 g
= 0,4126 g

2. Kadar endapan BaSO4


Berat krus porselin berisi endapan−Berat krus porselin kosong
% BaSO4 = ×
V sampel
106
= 2,75 × 103 g/mol

3. Penentuan berat Ba dalam BaSO4


Ar Ba
Berat Ba = Berat BaSO4 ×
Mr BaSO 4
137
= 0,4126 g ×
233
= 0,2426 g

4. Kadar Ba dalam BaSO4


Berat Ba
% Ba = × 100%
Berat sampel
0,2426 g
= × 100%
0,4126 g
= 58,79 %

Anda mungkin juga menyukai