Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 1

KELOMPOK 1

KRISTALISASI DAN REKRISTALISASI

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Retno Dwi Ariani, M.Si.

Praktikan:
Alita Selvi Prihantoro (K3319008)

Indah Wahyuni (K3319037)

Iqbal Candra Maulana (K3319040)

Sahda Nabilah Qurrotul’aini (K3319061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2020
I. JUDUL
Kristalisasi dan Rekristalisasi
II. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memisahkan campuran dengan metode kristalisasi
2. Mahasiswa dapat memurnikan kristal hasil kristalisasi dengan metode rekristalisasi
III. DASAR TEORI
Garam merupakan salah satu bahan kimia yang sering dimanfaatkan oleh manusia
khususnya dalam bidang konsumsi. NaCl merupakan komponen utama penyusun garam
dapur. Komponen lainnya merupakan pengotor, biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+,
SO42-. Zat-zat pengotor tersebut terikat dengan pelarut sehingga tersuspensi dan dapat
dipisahkan melalui penyaringan.
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan
toleransinya. Kristalisasi dapat terjadi pembentukan partikel-partikel padat dalam uap
seperti pada pertumbuhan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalam
pembentukan Kristal dari larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar.
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula molekul zat
terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi diantara molekul
zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih besar diantara molekul
pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energi. Kristalisasi dari zat akan menghasilkan
kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat kristal senyawanya. Dan
pembentukan Kristal ini akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.
Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen
sehingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristalisasi dapat juga dipakai sebagai salah
satu cara pemurnian karena lebih ekonomis. Operasi kristalisasi terbagi menjadi:
1. Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh)
2. Pembuatan inti kristal
3. Pertumbuhan Kristal
Syarat kristalisasi, yaitu:
1. Larutan harus jenuh. Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada
suhu tertentu, sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah
seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya
konsentrasinya telah maksimal jika larutan jenuh suatu zat padat didinginkan perlahan-
lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh
atau lewat jenuh.
2. Larutan harus homogen. Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun
didiamkan dalam waktu lama.
3. Adanya perubahan suhu. Penurunan suhu secara drastis atau kenaikan suhu secara dratis
tergantung dari bentuk kristal yang didinginkan. 
Kristalisasi ada lima macam, yaitu :
1. Kristalisasi penguapan. Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan
tahan terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
2. Kristalisasi pendinginan. Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan
larutan. Pada saat suhu larutan turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi
akan membeku terlebih dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan. Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat,
sedangkan zat padat tetap tinggal di atas saringan sebagai residu.
3. Pemanasan dan pendinginan. Metode ini merupakan gabungan dari dua metode diatas.
Larutan panas yang Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan.
Sebagian pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga
larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
4. Penambahan bahan (zat) lain. Untuk pemisahan bahan organik dari larutan seringkali
ditambahkan suatu garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang
dinginkan sehinga terjadi desakan dan membuat bahan padat menjadi terkristalisasi.
5. Reaksi kimia. Pembentukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah melampaui
titik jenuhnya. Titik jenuh larutan adalah suatu titik ketika penambahan partikel terlarut
sudah tidak dapat menyebabkan partikel tersebut melarut, sehingga terbentuk larutan
jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel
terlarut pada suatu larutan pada suhu tertentu. Contohnya adalah NaCl ketika mencapai
titik jenuh maka akan terbentuk kristal. Berkurangnya air karena penguapan,
menyebabkan larutan melewati titik jenuh dan mempercepat terbentuknya kristal.
Faktor yang mempengaruhi kristalisasi, yaitu:
1. Laju pembentukan inti (nukleous) adalah laju pembentukan inti dinyatakan dengan
jumlah inti yang terbentuk dalamsatuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka
banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi
yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
2. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang
terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan
terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal adalah:
1. Derajat lewat jenuh. Makin tinggi derajat lewat jenuh, maka makin besar kemungkinan
untuk membentuk inti baru. Sehingga makin cepat untuk membentuk kristal.
2. Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total. Jika kecepatan pembentukan kristal
tinggi, maka jumlah inti yang dihasilkan ke dalam bentuk kristal akan semakin banyak.
Semakin luas permukaan total kristal, maka semakin banyak larutan yang ditempatkan
pada kisi kristal.
3. Pergerakan antara larutan dan kristal. Transportasi molekul atau ion dalam larutan
(bahan yang akan dikristalisasi) dalam larutan ke permukaan kristal dengan cara difusi
dapat berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan akan semakin
besar.
4. Banyaknya pengotor. Adanya pengotor akan memperlambat kecepatan untuk
membentuk kristal. Pada metode penguapan, pembentukan kristal lebih lama dibanding
dengan metode pegendapan.
5. Kondisi lewat dingin larutan. Semakin dingin larutan waktu induksi (waktu yang
diperlukan sampai inti kristal terbentuk) akan semakin pendek.
6. Suhu. Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.
7. Sumber inti kristal. Inti yang terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki
kecendrungan mempercepat kristalisasi.
8. Viskositas. Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya
konsentrasi larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan
berkurangnya pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah panas
sebagai energi pembetukkan inti kristal.
9. Kecepatan pendinginan. Pendinginan yang cepat akan menghasilkan inti kristal yang
lebih banyak dibandingkan pendinginan lambat.
10. Kecepatan agitasi. Proses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti
kristal. Agitasi menyebabkan pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien.
Mekanisme kristalisasi, yaitu:
1. Pembuatan larutan lewat jenuh. Bila larutan telah mencapai derajat saturasi tertentu,
maka di dalam larutan akan terbentuk zat padat kristaline. Oleh sebab itu, derajat
supersaturasi larutan merupakan faktor terpenting dalam mengontrol operasi kristalisasi.
Cara mencapai supersaturasi:
a. Pendinginan yaitu mendinginkan larutan yang akan dikristalka sampai keadaan
supersaturasi dimana konsentrasi larutan lebih besar dari konsentrasi larutan jenuh
pada suhu tersebut.
b. Penguapan solvent. Larutan disiapkan dalam evaporator untuk dipekatkan, lalu
dikristalkan dengan pendingn. Cara ini digunakan untuk zat yang mempunyai kurva
kelarutan agak dalam.
c. Evaporasi adiabatis. Larutan dalam keadaan panas bila dimasukan ke dalam ruang
vacuum, maka terjadi penguapan dengan sendirinya, sebab tekanan totalnya menjadi
lebih rendah dari tekanan uap solvent pada suhu itu. Penguapan dan turunya suhu
disertai kristalisasi.
d. Penambahan zat lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan dikristalisasi,
misalnya larutan NaOH ditambah gliserol, maka kelarutan NaOH menjadi turun dan
larutan NaOH mudah diendapkan.
2. Pembentukan inti kristal. Pembentukan inti kristal secara sistematis meliputi :
a. Primary nukleus. Proses pembentukan inti kristal karena larutan telah mencapai
derajat supersaturasi yang cukup tinggi.
b. Homogen nukleus.  Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan
supersaturasi tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan molekul-molekul
solute sendiri
c. Heterogen nukleus. Pembentukan inti kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi,
namun dapat dipercepat dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu dan
sebagainya.
d. Secondary nukleus (Contact Nucleation)
Pembentukan inti kristal dengan akibat dari :
1. Tumbukan antarkristal induk
2. Tumbukan antarkristal dengan katalisator
3. Gerakan antara permukaan kristal yang relatif lebih kecil. 
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan
pelarut (solven) yang sesuai. Prinsip dasar yang digunakan yaitu perbedaan kelarutan
antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya.
Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan
dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.
Rekristalisasi merupakan metode yang paling sering digunakan untuk memurnikan
senyawa dalam bentuk padatan. Rekristalisasi juga dapat diaplikasikan dalam proses
pemurnian garam. Rekristalisasi garam diawali dengan pelarutan garam dengan
menggunakan air panas yang kemudian disaring untuk memisahkan pengotor.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan
senyawa tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai
adalah sebagai berikut:
1. Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
2. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat
pencemarnya.
3. Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan Kristal yang
terbentuk.
4. Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut
tidak terurai.
Tahap – tahap rekristalisasi adalah:
1. Pelarutan: melarutkan zat pengotor pada kristal.
2. Penyaringan: memisahkan zat pengotor dari larutan kristal yang murni.
3. Pemanasan: menguapkan dan menghilangkan pelarut dari kristal.
4. Pendinginan : mengkristalkan kembali kristal yang lebih murni.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam percobaan kristalisasi adalah gelas beker, batang
pengaduk, corong kaca, cawan porselin, dan alat pemanas atau hot plate. Sedangkan alat
yang digunakan dalam percobaan rekristalisasi yaitu dua buah gelas beker 200 mL, satu
set pemanas atau hot plate, cawan porselin, corong, neraca ohaus, erlenmeyer, dan
pengaduk.
Bahan yang diperlukan dalam percobaan kristalisasi adalah NaCl, akuades, dan kertas
saring. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan rekristalisasi yaitu garam
dapur (NaCl), kristal CaO, larutan Ba(OH)2, larutan (NH4)2CO3, larutan HCl encer, kertas
saring, dan kertas lakmus.
V. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja dalam percobaan kristalisasi yaitu melarutkan 1 sendok garam dapur
dalam 10 mL akuades, kemudian menyaringnya. Selanjutnya, menguapkan filtrat yang
telah diperoleh dalam cawan porselin diatas pemanas hingga hampir kering atau masih
mengandung sedikit air. Menyingkirkan pemanas dan membiarkan semua air menguap
lalu membandingkan kristal yang terbentuk dengan kristal semula.
Adapun prosedur kerja dalam percobaan rekristalisasi yaitu memanaskan 10 mL
akuades dalam gelas beker 200 mL hingga mendidih untuk beberapa saat. Kemudian,
menimbang 2 gram garam dapur (NaCl), memasukkan ke dalam air panas sambil
mengaduknya. Lalu memanaskan kembali hingga mendidih kemudian menyaringnya agar
diperoleh filtrat. Selanjutnya, menambahkan 0,25 gram kalsium oksida (CaO) dan
menambahkan beberapa tetes larutan Ba(OH)2 sampai tidak terbentuk endapan lagi.
Menambahkan larutan (NH4)2CO3 tetes demi tetes sambil mengaduknya hingga keruh.
Kemudian, menyaring larutan tersebut dengan corong dan kertas saring dan menetralkan
filtratnya dengan larutan HCl encer (kenetralan larutan diuji dengan kertas lakmus).
Setelah itu, menguapkan filtrat dengan cawan porselin sampai kering sehingga akan
diperoleh kristal NaCl yang warnanya lebih putih dari garam dapur awal. Terakhir,
menimbang kristal tersebut dan menghitung rendemen rekristalisasi NaCl yang telah
dilakukan.
VI. HASIL PENGAMATAN
A. Kristalisasi
I. Tabel Hasil Pengamatan
No Langkah Kerja Hasil Pengamatan
1 Melarutkan 1 sendok garam dapur dalam  Massa NaCl (a) = 0,8 gram
10 mL akuades, kemudian menyaringnya.  Massa kertas saring (b) =
2 Menguapkan filtrat yang telah diperoleh
0,66 gram
dalam cawan porselin diatas pemanas
 Massa kristal + kertas
hingga hampir kering atau masih
saring (c) = 0,72 gram
mengandung sedikit air.
3 Menyingkirkan pemanas dan membiarkan
semua air menguap.
4 Membandingkan kristal yang terbentuk
dengan kristal semula.

II. Perhitungan
c−b
Rendemen = x 100%
a
0,72 gram−0,66 gram
= x 100%
0,8 gram
0,06 gram
= x 100%
0,8 gram
= 0,075 x 100 %
= 75 %
B. Rekristalisasi
I. Tabel Hasil Pengamatan
No Langkah Kerja Hasil Pengamatan
1. Memanaskan 10 mL akuades dalam gelas Akuades : bening
beker 200 mL hingga mendidih untuk beberapa
saat.
2. Menimbang 2 gram garam dapur (NaCl), NaCl : putih agak kusam
memasukkan ke dalam air panas sambil NaCl larut dalam air
mengaduknya. Memanaskan kembali hingga
mendidih kemudian menyaringnya agar
diperoleh filtrat.
3. Menambahkan 0,25 gram kalsium oksida CaO : putih sedikit keruh
(CaO)
4. Menambahkan beberapa tetes larutan Ba(OH)2 Masih terdapat endapan
sampai tidak terbentuk endapan lagi.
5. Menambahkan larutan (NH4)2CO3 tetes demi Larutan keruh, endapan
tetes sambil mengaduknya hingga keruh. hitam, bau menyengat.
6. Menyaring larutan tersebut dengan corong dan Larutan berwarna bening
kertas saring dan menetralkan filtratnya dengan
larutan HCl encer (kenetralan larutan diuji
dengan kertas lakmus).
7. Menguapkan filtrat dengan cawan porselin Diperoleh kristal NaCl
sampai kering sehingga akan diperoleh kristal yang lebih putih daripada
NaCl yang warnanya lebih putih dari garam garam dapur awal
dapur awal.
8. Menimbang kristal tersebut dan menghitung Massa sampel (a) = 0,06
rendemen rekristalisasi NaCl yang telah gram
dilakukan. Massa kertas saring (b) =
0,66 gram
Massa kristal + kertas
saring (c) = 0,669 gram
II. Perhitungan
Massa sampel (a) = 0,06 gram
Massa kertas saring (b) = 0,66 gram
Massa kristal + kertas saring (c) = 0,669 gram
Rendemen = c – b x 100% = 0,669 gram – 0,66 gram x 100% = 15%
a 0,06 gram

VII. PEMBAHASAN
A. Kristalisasi
Pada percobaan kristalisasi ini menggunakan dua metode pemisahan yaitu pada
saat menyaring larutan garam menggunakan kertas saring dan saat pemanasan filtrat.
Pada pemisahan pertama yaitu dengan memisahkan larutan akuades dan garam yang
kemudian disaring dengan kertas saring. Kotoran garam tertinggal pada kertas saring
sehingga menunggu beberapa saat agar larutan mengendap. Penyaringan ini dilakukan
untuk memisahkan kotoran garam yang berupa partikel larutan garam (residu/sisa).
Kemudian hasil filtrate diletakkan di cawan porselin dan dipanaskan di atas pemanas
hingga hampir kering atau masih mengandung sedikit air. Setelah dipanaskan,
menghasilkan kristal garam halus. Kristal garam terbentuk karena akuades telah
menguap lalu campuran berada pada keadaan lewat jenuh sehingga terjadi
pengkristalan garam.
Pada percobaan kali ini, sebelum dilakukan pemanasan warna larutan adalah
bening dan bentuknya adalah cair. Setelah pemanasan, terjadi perubahan pada larutan
garam tersebut yaitu bentuknya menjadi kristal yang bewarna putih. Hal ini disebabkan
karena ketika pemanasan terjadi penguapan pada air garam tersebut sehingga air
semakin lama semakin habis. Ketika air tersebut habis, maka yang tersisa adalah garam
yang lebih murni, lebih bersih dan putih dari garam sebelum dilakukan pemanasan.
Fungsi pemanasan disini adalah untuk menguapkan air sehingga didapatkan garam
yang murni. Massa garam yaitu sebesar 0,8 gram , massa dari kertas saring adalah 0,66
gram serta massa Kristal dan kertas saring adalah 0,72 gram. Sehingga diperoleh
rendemen sebesar 75%.
B. Rekristalisasi
Percobaan kali ini merupakan pemurnian bahan melalui rekristalisasi dengan
menggunakan padatan kristal garam dapur (NaCl). NaCl merupakan kompenen utama
penyusun garam dapur, komponen penyusun lainnya biasanya berasal dari ion-ion
seperti Ca2+, Mg2+, Al3+, I-, dan SO42-. Pelarut yang digunakan dalam percobaan
rekristalisasi garam dapur kali ini adalah air (akuades). Pemilihan penggunaan air
sebagai pelarut dikarenakan kesamaan kepolaran antara air dengan NaCl dimana
keduanya sama-sama bersifat polar. NaCl merupakan senyawa ionik yang akan
membentuk ion-ionnya di dalam larutan. Selain itu, harga Ksp NaCl juga lebih besar
dibandingkan dengan hasil kali ion-ionnya. Agar daya larut antara NaCl dengan zat
pengotor cukup besar maka perlu ditambahkan zat-zat tertentu yang akan membentuk
senyawa terutama garam sukar larut dalam air.
Percobaan diawali dengan pelarutan 20 gram sampel NaCl dalam air mendidih.
Langkah tersebut berfungsi garam dapat larut sempurna sehingga zat pengotor dapat
lepas dan membentuk koloid dalam larutan sehingga dapat terkumpul saat penyaringan.
Dalam pelarutan juga disertai dengan proses pengadukan yang berfungsi agar
mempercepat pelepasan zat pengotor. Selain itu, proses pelarutan juga akan
menyebabkan NaCl terionisasi dalam air membentuk ion Na + dan Cl-. Reaksi yang
terjadi : NaCl (s) Na+ (aq) + Cl- (aq)
Langkah berikutnya adalah penambahan CaO ke dalam larutan NaCl.
Penambahan CaO berfungsi untuk membentuk garam sukar larut dalam air yang akan
mengendap sehingga memperbesar perbedaan daya larut angtara NaCl dan zat
pengotornya. Reaksi yang terjadi yaitu :
2NaCl (aq) + CaO (s) CaCl2 (s) + Na2O (aq)
Setelah penambahan CaO, berikutnya adalah penambahan Ba(OH)2 hingga tidak
terbentuk endapan lagi. Penambahan ini berfungsi untuk menghilangkan endapan,
mencegah terbentuknya endapan kembali akibat penambahan CaO, menjenuhkan
larutan, dan menghilangkan endapan dari CaO dan zat pengotornya. Reaksi yang terjadi
yaitu : CaCl2 (s) + Na2O (aq) + Ba(OH)2 (aq) BaCl2 (aq) + NaOH (aq) + CaO (aq)
Langkah berikutnya yaitu penambahan (NH4)CO3 sampai keruh. Fungsi
penambahan ini adalah untuk mengembalikan ion Cl- agar kembali membentuk NaCl
dengan cara mengikat Ba2+ dari BaCl2. Reaksi yang terjadi yaitu :
BaCl2 (aq) + 2NaOH (aq) + CaO (aq) + (NH4)CO3 (aq) 2NaCl (s) + Ba(OH)2 (aq) + CaCO3 (aq)
+ 2NH4OH (aq)
Berikutnya yaitu menyaring larutan dan menetralkan filtrat dengan larutan HCl
encer untuk menetralkan filtrat yang ditandai dengan tidak berubahnya warna kertas
lakmus merah. HCl berfungsi untuk menetralkan filtrate yang bersifat basa akibat
penambahan Ba(OH)2. Reaksi yang terjadi yaitu :
2NaCl (aq) + Ba(OH)2 (aq) + CaCO3 (aq) + 2NH4OH (aq) + 2HCl (aq) 2NaCl (aq) +

BaCl2(aq) + Ca(OH)2 (aq) + 2NH3 (g) + H2O (l) + CO2 (g) + O2 (g)
Langkah berikutnya yaitu menguapkan filtrat hingga kering dengan cawan
porselin hingga terbentuk kristal lalu menghitung rendemennya. Berdasarkan
perhitungan, rendemen yang diperoleh yaitu sebesar 15%. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa zat pengotor yang masih terkandung pada kristal hasil
rekristalisasi masih berkisar 85%. Kurang optimalnya hasil percobaan ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain suhu air saat pelarutan garam dapur belum terlalu
panas sehingga garam dapur belum larut sempurna, pengadukan yang kurang optimal
dan tidak kontinyu, terkontaminasinya bahan-bahan yang digunakan, alat yang kurang
bersih, dan kurangnya ketelitian praktikan saat percobaan dilakukan.

VIII. KESIMPULAN
1. Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan
toleransinya.
2. Kristalisasi ada lima macam, yaitu:
a. Kristalisasi penguapan
b. Kristalisasi pendinginan
c. Pemanasan dan pendinginan
d. Penambahan bahan (zat) lain
e. Reaksi kimia
3. Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut
(solven) yang sesuai.
4. Proses rekristalisasi terdapat 4 tahap yaitu pelarutan, penyaringan, pemanasan, dan
pendinginan.
5. Hasil percobaan:
a. Rendemen kristalisasi = 75%
b. Rendemen rekristalisasi = 15%
IX. DAFTAR PUSTAKA
Donald M. W. (1980). Principles of Instrumental Analysis Second  Edition. USA:
Philadelphia.
Handojo, L. (1995). Teknologi Kimia. Jakarta: Pradnya Paramita. 
Harjono. (2008). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Jakarta
Muryati. (2008). Pemisahan dan Pemanfaatan Bitern Sebagai Salah Satu Upaya
Peningkatan Pendapatan Petani Garam. Buletin Penelitian dan Pengembangan
Industri. No. 2/Vol.II/Februari Semarang.
Rositawati, Agustina Leokristi, dkk. (2013). Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah
Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
Vol 2 (IV)
Underwood. (1996). Analisis kimia Kuantitatif Edisi V. Jakarta: Erlangga
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi mikro Edisi lima. Jakarta:
PT. Kalman Media Pustaka
X. LAMPIRAN
Empat Laporan Individu Praktikum Kimia Organik I berjudul Kristalisasi dan
Rekristalisasi

Anda mungkin juga menyukai