Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

PROSES KRISTALISASI H2C2O4 DENGAN METODE PENGUAPAN SOLVEN

A. TUJUAN 1. Untuk mengetahui proses kristalisasi. 2. Untuk mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap kristalisasi H2C2O4. 3. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran kristal dengan mikroskop elektronik.

B. DASAR TEORI a. PENGERTIAN DAN PRINSIP KRISTALISASI Definisi Kristalisasi Kristalisasi atau penghabluran (crystallization) ialah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat (kristal) di dalam suatu fase yang homogen. Kristalisasi merupakan metode yang praktis untuk mendapatkan bahan-bahan kimia murni dalam kondisi yang memenuhi syarat baik untuk pengemasan ataupun untuk penyimpanan. Kristalisasi dapat juga digunakan untuk memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristal itu sendiri merupakan susunan atom yang beraturan dan berulang, yang bentuknya dapat berupa kubik, tetragonal, orthorombik, heksagonal, monoklin, triklin dan trigonal. Bentuk itu nantinya, tergantung dari proses downstream (pemurnian) yang dilakukan dan juga spesifikasi produk yang diharapkan pasar.

Prinsip Kristalisasi Pada dasarnya, kristalisasi yaitu pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh (supersaturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh adalah kondisi dimana pelarut (solven) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute pada suhu tetap. Kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya.

011100301

Page 1

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

b. PEMBAGIAN TAHAPAN OPERASI KRISTALISASI 1. Membuat Larutan Lewat Jenuh Bila larutan telah mencapai derajat saturasi tertentu, maka di dalam larutan akan terbentuk zat padat kristaline. Oleh sebab itu derajat supersaturasi larutan merupakan faktor terpenting dalam mengontrol operasi kristalisasi. Cara mencapai supersaturasi: Pendinginan Yaitu mendinginkan larutan yang akan dikristalkan sampai keadaan supersaturasi dimana konsentrasi larutan lebih besar dari konsentrasi larutan jenuh pada suhu tersebut. Penguapan Solvent Larutan disiapkan dalam evaporator untuk dipekatkan, lalu dikristalkan dengan pendingin. Cara ini digunakan untuk zat yang mempunyai kurva kelarutan agak dalam. Evaporasi Adiabatis Larutan dalam keadaan panas bila dimasukan ke dalam ruang vacuum, maka terjadi penguapan dengan sendirinya, sebab tekanan totalnya menjadi lebih rendah dari tekanan uap solvent pada suhu itu. Penguapan dan turunya suhu disertai kristalisasi.Penambahan zat lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan dikristalisasi, misalnya larutan NaOH ditambah gliserol, maka kelarutan NaOH menjadi turun dan larutan NaOH mudah diendapkan.

2. Pembentukan Inti Kristal Nukleasi ialah lahirnya suatu benda yang sangat kecil yang merupakan suatu fase baru di dalam fase yang telah ada, dimana fase yang telah ada itu lewat jenuh. Dalam keadaan cair (temperatur relatif tinggi dan ada cukup energi), atomatom tidak memiliki susunan teratur tertentu, selalu mudah bergerak. Setelah temperatur mulai turun, energi atom semakin rendah dan makin sulit bergerak, serta mulai mengatur kedudukan relatifnya terhadap atom lain, mulai membentuk inti kristal dan lattice. Dengan semakin turunnya temperatur, semakin banyak atom yang bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk inti baru. Setiap inti akan

011100301

Page 2

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

tumbuh menarik atom-atom lain dari cairan atau dari inti yang tidak sempat tumbuh untuk mengisi tempat kosong pada lattice yang akan terbentuk. Macam-Macam Nukleasi a. Nukleasi Primer Pada dasarnya, fenomena nukleasi sama dengan kristalisasi dari larutan, kristalisasi cairan, kondensasi tetesan kabut di dalam uap yang lewat dingin, dan pembangkitkan gelembung di dalam zat cair panas lanjut. Dalam semua hal itu, nukleasi merupakan akibat dari fluktuasi lokal yang berlangsung cepat pada skala molekul di dalam fase homogen yang berada di dalam keseimbangan metastabil.Nukleasi primer ini merupakan proses pembentukan inti kristal karena larutan telah mencapai derajat supersaturasi yang cukup tinggi. Ada 2 macam nukleasi primer, yaitu: 1. Nukleasi homogen Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan supersaturasi tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan molekul-molekul solute sendiri. 2. Nukleasi heterogen Pembentukan inti kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi, namun dapat dipercepat dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu dan sebagainya.

b. Nukleasi Sekunder Nukleasi sekunder adalah pembentukan inti yang dipengaruhi oleh kristalkristal makroskopik yang sudah ada di dalam magma. Ada dua macam nukleasi sekunder yang dikenal; yang pertama disebabkan oleh geser fluida, dan yang satu lagi oleh tubrukan antara sesama kristal yang ada atau antara kristal dengan dinding kristalisator (crystallizer ) dan impeler putar atau daun agitator. Nukleasi geser fluida Bila larutan lewat jenuh bergerak dengan kecepatan agak tinggi melewati permukaan kristal yang sedang bertumbuh, tegangan-tegangan (shear stress) pada lapisan batas dapat menyebabkan embrio atau inti itu tersapu dan muncul sebagai kristal baru. Jika tidak ada kejadian itu, embrio atau inti itu mestinya menjadi bagian dari kristal yang sedang bertumbuh tadi.
011100301 Page 3

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

Nukleasi kontak Jenis ini merupakan nukleasi yang paling lazim terdapat di dalam kristalisator industri, karena terjadi pada lewat jenuh rendah, dimana laju pertumbuhan kristal adalah optimum untuk menghasilkan kualitas yang baik. Nukleasi kontaklebih mudah dikendalikan tanpa mengalami operasi yang stabil. Energi yang diperlukan untuk menumbuk kristal itu rendah sekali, yaitu hanya kira-kira beberapa ratus erg saja, dan efeknya tidak terlihat pada muka kristal.

3. Pertumbuhan Kristal Pertumbuhan kristal adalah suatu proses difusi, yang dimodifikasi oleh pengaruh permukaan padat tempat pertumbuhan itu berlangsung. Molekul-molekul atau ionion zat terlarut mencapai muka kristal yang bertumbuh itu dengan cara difusi melalui fase zat cair. Umumnya kristal yang berukuran > 100 kecepatan tumbuhnya tidak tergantung pada ukuran dan dapat dinyatakan dengan : r = a (C)b di mana : r C a,b : kecepatan tumbuhnya kristal : derajat saturasi (mol/L) : kontanta

Derajat saturasi merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuhan kristal. Larutan yang berderajat saturasi tinggi, perbedaan konsentrasi antara permukaan kristal dengan permukaan akan tinggi sehingga r dan C juga semakin tinggi.

c. Proses Kristalisasi 1. Pendinginan Larutan yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu diturunkan.Pendinginan dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum penyaringan dan pendinginan sesudah penguapan. 2. Penguapan Solvent

011100301

Page 4

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut. Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal. Metode ini digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat pada pelarutnya.Penguapan bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa yang terdapat pada filtrat. 3. Evaporasi Adiabatis Metode ini digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan dalam tempat vakumyang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap solvennya. Pada suhu saat larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan cepat dan penguaapan itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis. 4. Salting Out Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan. Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut.Peningkatan harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat elektrolit. (Cahyono, 1998) d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kristal 1. Laju pembentukan inti (nukleous) Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikelpartikel koloid. Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi dengan: Pendinginan yang cepat Pengadukan yang baik Memakai larutan murni Temperatur yang tinggi Konsentrasi yang tinggi Pemberian kristal halus sebagai bibitan

2. Laju pertumbuhan kristal


011100301 Page 5

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh. (Donald, 1980) e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembentukan Kristal Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal adalah : Derajat lewat jenuh. Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada. Pergerakan antara larutan dan kristal. Viskositas larutan. Jenis serta banyaknya pengotor. (Handojo, 1995) f. Struktur Morfologi dan Kemurnian Endapan Pengendapan bisa dilakukan untuk pemisahan , untuk melakukan pemisahan ini suatu reagansia yang sesuai ditambahkan, yang membentuk endapan dengan hanya satu atau beerapa ion yang ada dalam larutan, kemudian endapan dapat disaring dan dicuci, tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan yaitu bentuk dan ukuran kristal. Bentuk kristal struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarumjarum. Sangat menguntungkan karena mudah dicuci setelah disaring. (Vogel, 1985) g. Kelarutan Endapan Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan endapan berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaring atau sentrifug. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan komposisi pelarutnya. (Vogel, 1985) h. Larutan Jenuh Spesifikasi larutan jenuh adalah larutan yang titik bekunya tidak mengganggu. Kejenuhan membuat kristalisasi sangat efektif dengan penyaringan dan pemisahan. (Fischer, 1957)
011100301 Page 6

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang sudah ditentukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut dan zat-zat yang tidak terlarut. (Keenan, 1990) Asam Oksalat Asam Oksalat, berat molekul 90,04, adalah asam dikarboksilat yang paling sederhana. Tidak berbau dalam bentuk anhidrat, higroskopis, dan tak berwarna. Ini berada pada bentuk dua polymorphic, dengan kata lain, belah ketupat atau bentuk dan monoklin atau bentuk . Penyubliman dari monoklin dihidrat memberikan kristal monoklin. Penghabluran dari satu zat pelarut, contohnya, asam asetat, memberikan struktur belah ketupat. Kristal belah ketupat atau berbentuk piramid adalah secara termodinamika stabil pada suhu kamar. Kristal belah ketupat menunjukkan titik leleh dan densitas sedikit lebih tinggi dibandingkan bentuk monoklin. Asam Oksalat ada tersedia secara komersial sebagai suatu dihidrat padat C2H2O4.2H2O, berat molekul 126,07. Produk komersil meliputi prisma monoklin tak berwarna atau butir halus mengandung asam oksalat anhidrat 71,42 wt% dan 28,58 wt% air. Asam Oxalat dihidrat disimpan di daerah dingin pada kelembapan relative 50 - 70% untuk mencegah caking. Sifat Kimia dan Fisik Asam Oksalat

011100301

Page 7

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

C. ALAT DAN BAHAN 1. ALAT a. Gelas Arloji b. Batang pengaduk c. Neraca analitik d. Kompor listrik e. Aluminium foil plate f. Gelas ukur 25 ml g. Gelas beaker h. Sendok sungu i. Preparat
011100301 Page 8

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

j. Pipet tetes k. Mikroskop elektronik

2. BAHAN a. H2C2O4 b. Aquades

D. PROSEDUR KERJA 1. Padatan H2C2O ditimbang sebanyak 0,5 ; 1 ; 1,5 gram sebanyak masing masing 3 kali. Kemudian masing- masing dilarutkan dalam aluminium plate dengan aquades sebanyak 25 ml 2. Larutan garam tersebut dipanaskan selama 15 menit dengan variasi suhu sambil dilakukan pengadukan. Adapun variasi suhunya adalah suhu 30oC, 40 oC dan 50 oC 3. Setelah dipanaskan, larutan H2C2O4 dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop elektronik. 4. Ukuran dan bentuk kristal yang diamati. 5. Pengambilan data pada larutan garam tersebut dilakukan sebanyak 2 kali atau hingga solven benar-benar telah menguap seluruhnya.

E. DATA PENGAMATAN (terlampir)

F. PERHITUNGAN Kelarutan H2C2O4 dalam air adalah 102 g/L (20 oC) Batas massa H2C2O4 yang harus dilarutkan dalam 25 mL aquades:
102 g x 1000 mL 25 mL x 25 mL 102 g 1000 mL

x 2,55 g

Karena jika melewati 2,55 g maka akan melewati batas kelarutan H2C2O4 maka praktikan menggunakan massa 0,5 g; 1 g dan 1,5 g.

011100301

Page 9

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

G. PEMBAHASAN Praktikum ini dilakukan untuk untuk mengetahui proses kristalisasi H2C2O4, untuk mengetahui pengaruh suhu pemanasan dan konsentrasi terhadap kristalisasi H2C2O4 dan untuk mengetahui bentuk kristal H2C2O4 dengan pengamatan menggunakan mikroskop elektronik. Metode kristalisasi yang digunakan pada percobaan ini adalah metode penguapan solven. Prinsip metode penguapan solven adalah larutan yang telah lewat jenuh diuapkan terus menerus sehingga terbentuk kristal yang diinginkan. Langkah yang pertama ialah melarutkan sejumlah H2C2O4 menggunakan aquades 25 mL. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan larutan H2C2O4. Dan untuk mempercepat proses pelarutan maka dilakukan pemanasan terhadap larutan H2C2O4. Pada praktikum kali ini dilakukan variasi suhu dan variasi konsentrasi untuk mengetahui proses pembentukan kristal H2C2O4 . Variasi suhu yang digunakan adalah suhu 30 C, 40 C, 50 C, sedangkan variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0.5 gr, 1 gr, 1.5 gr. Menurut hasil pengamatan, baik pada larutan dengan suhu 30C, 40C, maupun 50C terbentuk kristal. Namun jumlah kristal yang terbentuk pada larutan dengan suhu 50C lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kristal yang terbentuk pada larutan dengan suhu 40C, dan pembentukan kristal pada suhu 40C lebih banyak bila dibandingkan dengan pembentukan kristal pada suhu 30C. Begitu juga pada konsentrasi 1,5 g lebih banyak daripada 1 g dan pada konsentrasi 1 g lebih banyak dari 0,5 g. Semakin banyaknya kristal yang terbentuk dikarenakan kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya kalor (panas) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik antar molekul-molekul air dan terjadi kelarutan. Semakin banyak zat yang terlarut maka akan semakin banyak kristal yang terbentuk. Selain itu proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari proses pemanasan itu sendiri yang membutuhkan tenaga dari luar. Senada dengan variasi suhu pada variasi konsentrasi juga demikian. Sebab selama tidak melebihi batas kelarutan maka pelarutan akan optimal dengan semakin mendekatinya ke batas kelarutan yang dizinkan. Pembentukan kristal dimulai dari tepi larutan. Hal ini dikarenakan suhu di tepi larutan lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu di tengah larutan. Perbedaan suhu ini
011100301 Page 10

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

disebabkan karena bentuk preparat yang cekung di bagian tengah, sehingga jumlah larutan di tengah preparat lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah larutan di tepi preparat, sehingga larutan yang berada di tepi preparat lebih cepat dingin bila dbandingkan dengan larutan yang berada di tengah preparat. Oleh karena itulah pembentukan kristal dimulai dari tepi larutan. Semakin cepat dingin maka akan semakin banyak kristal yang terbentuk. Hal ini dikarenakan penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat. Istilah ini sering disebut pembangkitan supersaturasi yaitu dengan cara pengubahan suhu (Cooling), yaitu penurunan suhu apabila suatu

larutan jenuh diturunkan suhunya maka konsentrasi jenuh larutan tersebut akan turun, sehingga kondisi supersaturasi tercapai dan kristal mulai terbentuk. Pengamatan yang kedua dilakukan setelah dilakukan pemanasan kembali selama 15 menit. Pada pengamatan yang kedua ini kristal yang terbentuk bertambah banyak. Hal ini disebabkan karena sebagian pelarutnya telah menguap, sehingga larutan menjadi lebih pekat. Oleh sebab itu pembentukan kristalnya menjadi lebih banyak. Begitu seterusnya hingga diperoleh kristal tanpa solven seperti pada gambar terakhir. Pengamatan yang terakhir adalah mengenai bentuk kristal yang terbentuk. Bentuk kristal yang terbentuk adalah piramid atau belah ketupat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dimana ujung-ujung kristal runcing.

H. KESIMPULAN. 1. Kristalisasi merupakan proses pembentukan bahan padat dengan cara penjenuhan suatu larutan. Metode kristalisasi penguapan solven adalah larutan yang telah lewat jenuh diuapkan terus menerus sehingga terbentuk kristal yang diinginkan. 2. Semakin tinggi suhu pelarutan dan semakin besar konsentrasi akan menghasilkan semakin banyak kristal. 3. Bentuk geometri kristal H2C2O4 yang terbentuk adalah piramid atau belah ketupat. I. DAFTAR PUSTAKA Warsito, Bangun. 2013. Petunjuk Kristalisasi. Yogyakarta. STTN BATAN http://share.pdfonline.com/04afadab17fa4c98b11d5b4068fc38b2/percobaan%20sintesis %20asam%20oksalat.htm http://www.scribd.com/doc/64380494/Asam-Oksalat http://www.scribd.com/doc/139416850/rekristalisasi-asam-oksalat
011100301 Page 11

PRAKTIKUM ILMU BAHAN

Oktober 2013

http://www.merckmillipore.com/chemicals/de_DE/Merck-DE- /oxalic-acid http://eprints.uny.ac.id/9552/ http://info.fuadshifu.com/panas-pelarutan-asam-oksalat-2/

Yogyakarta, 30 Oktober 2013 Asisten, Praktikan,

Ir. Bangun Warsito

Tino Umbar

011100301

Page 12

Anda mungkin juga menyukai