Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KIMIA ANALITIK FISIK

KONTAMINASI ENDAPAN

SAMRIANI

H01219 2 001

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan petunjuk dan

Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang

Kontaminasi Endapan Sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Kimia Analitik Fisik.

Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

kepada para sahabat, dan keluarganya yang senantiasa berjuang dalam menyebarkan

al-haq di atas muka bumi ini. Semoga mereka senantiasa dalam rahmat Rabb-Nya.

Makalah ini secara khusus membahas tentang kontaminasi endapan seta

aplikasinya dalam penelitian. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih

banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya

kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki sebagai mahasiswa.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini

di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya

khususnya dan bagi pembaca umumnya. 

Makassar, 05 Mei 2020

Samriani

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
.................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
.................................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................
.................................................................................................................................
1
1.1 Latar belakang .......................................................................................................
...............................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
...............................................................................................................................
2
1.3 Tujuan Makalah .....................................................................................................
...............................................................................................................................
2
BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................................
.................................................................................................................................
3
2.1 Metode Pengendapan.............................................................................................
................................................................................................................................
3
2.2 Keadaan Optimum untuk pengendapan.................................................................
................................................................................................................................
6
2.3 Kontaminasi melalui adsorpsi................................................................................

ii
................................................................................................................................
7
2.4 Oklusi oleh adsorpsi...............................................................................................
................................................................................................................................
8
2.5 Meminimalkan kopresipitasi .................................................................................
9
2.6 Pemurnian Endapan...............................................................................................
10
2.7 Jurnal Penelitian Terkait........................................................................................
................................................................................................................................
11
BAB III. PENUTUP.......................................................................................................
.................................................................................................................................
19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................
...............................................................................................................................
19
3.2 Kritik dan saran......................................................................................................
...............................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
.................................................................................................................................
20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dua jenis kontaminasi endapan telah didefinisikan: '(I) kopresipitasi, di mana endapan

utama dan pengotor turun bersama-sama; dan (2) postpresipitasi, di mana endapan utama

mungkin awalnya murni, tetapi terkontaminasi oleh zat kedua setelahnya. Post-presipitasi

biasanya terjadi dari larutan jenuh.

Perlu dicatat bahwa kopresipitasi, menurut definisi, hanya mencakup kontaminasi

endapan oleh zat yang biasanya larut. Jadi fakta bahwa dua substansi dibawa bersama tidak

cukup untuk mengklasifikasikan fenomena tersebut sebagai kopresipitasi. Jika berilium oksida

diturunkan secara kuantitatif dengan sejumlah besar aluminium oksida hidro dalam kondisi

sedemikian sehingga keduanya tidak larut, kita berbicara tentang mengumpulkan daripada

kopresipitasi; ketika proporsi relatif dari kedua zat tersebut tidak besar, istilah presipitasi

simultan adalah sesuai. Dua kelas umum dari kopresipitasi telah diketahui : (I) Adsorpsi adalah

membawa kotoran dari permukaan partikel. Bahkan ketika kotoran pada permukaan partikel

koloid primer menjadi semacam permukaan internal dari koloid koagulasi, fenomena tersebut

masih dianggap sebagai proses adsorpsi. (2) Oklusi, kelas kedua, digunakan di sini untuk

menunjukkan penurunan kotoran di bagian dalam partikel primer, dengan mekanisme apa pun

yang mungkin terjadi.

Dua mekanisme tersebut adalah pembentukan larutan padat dan pertumbuhan endapan

di sekitar ion yang teradsorpsi. Inklusi, atau entrainment, kantung cairan induk yang sering
terjadi dalam kristalisasi garam terlarut, tetapi relatif sedikit penting dalam endapan analitik.

inklusi larutan induk dalam celah endapan koloid adalah jenis lain dari entrainment kotor; ini

dapat diminimalkan dengan pemilihan kondisi presipitasi yang tepat untuk menghasilkan bentuk

endapan yang lebih kompak.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

BAB IIApa yang dimaksud dengan kopresipitasi dan post-

presipitasi?

1. Apakah yang dimaksud dengan adsorbsi dan oklusi?

2. bagaimana kontaminasi endapan terbentuk melalui adsorbsi dan oklusi?

3. Bagaimana cara meminimalkan kopresipitasi?

4. Bagaimana proses pemurnian endapan dari kontaminan?

II.1 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui kontaminasi

endapan secara umum dan beberapa contoh penelitian yang terkait. Selain itu, tujuan lainnya

adalah mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan dan

pengotor-pengotor atau kontaminan yang mungkin terbentuk dalam endapan sehingga bisa

mencegahnya dengan teknik tertentu tergantung sifat kimia dari pengotor tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Pengendapan

Pengendapan dilakukan sedemikin rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya

misalnya Ag diendapkan sebagai AgCl atau Zn diendapkan sebagai Zn(NH4)PO4.6H2O,

selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai AgCl atau ZnP2O7. Aspek yang terpenting dan perlu

diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai kelarutan yang  sangat kecil

sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi.  Kedua, sifat fisik endapan sedemikian rupa, sehingga

mudah dipisahkan dari dari larutanya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan

pengotor, ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan

komposisi kimia tertentu.

Pada temperatur tertentu kelarutan zat pelarut tertentu didefenisikan sebagai jumlahnya

bila dilarutkan pada pelarut tertentu didefenisikan sebagai jumlahnya bila dilarutkan pada pelarut

yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu. Hal ini

tergantung pada ukuran partikel. Larutan lewat jenuh adalah larutan dengan konsentrasi zat

terlarut lebih besar dbandingkan dalam keadaan setimbangan pada suhu tertentu . larutan ewat

jenuh merupakan keadaan yang  tidak stabil dan dapat diubah menjadi keadaan kesetimbangan

dengan menambahkan Kristal zat terlarut yang disebut sebagai seeding

Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebap kelarutan bertambah

dengan bertambahnya temperature. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer yang


ditambahkan pereaksi perlahan dengan pengadukan yang teratur, partikel yang terbentuk ebih

dahulu berperan sebagai pusat pengendapan. Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar

suatu reagen ditambahkan agar kelarutan endapan bertambah besar.

Beberapa proses yang dapat mengakibatkan pengotoran endapan pada analisis gravimetri

antara lain : kopresipitasi (larutan padat, absorpsi, oklusi) dan pos presipitasi.

1.      Kopresipitasi

Dalam arti luas, kopresipitasi adalah ikut mengendapnya dua atau lebih zat pada waktu

yang sama. Hasilnya penambahan larutan perak nitrat ke dalam larutan yang mengandung

natrium klorida dan natrium bromida akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr.

Dalam kimia analisis khusunya dalam menyatakan pengotoran suatu endapan, istilah

kopresipitasi biasanya digunakan dalam arti yang lebih khusus. Dalam hal ini, diartikan sebagai

ikut mengendapnya satu atau lebih zat asing bersama endapan dari komponen zat uji. Padahal zat

asing tersebut yang digunakan. Misalnya kalsium sebagian ikut mengendap pada pengendapan

besi (III) sebagai hidroksida dengan menetralkan larutan asam hingga pH 4 sampai 5. Pada

kondisi yang sama, tanpa besi, kalsium tidak akan mengendap.

2.      Larutan Padat

Dua zat padat larut satu sama lain membentuk larutan padat. Keduanya dapat membentuk

kristal campuran dimana zat yang satu berada dalam kisi kristal yang lain. Hal ini biasanya

terjadi bila kedua zat tersebut isomorf.

Misalnya ion kromat dan sulfat mempunyai struktur, ukuran, muatan dan konfigurasi

elektronik yang serupa, sehingga endapan barium sulfat akan berwarna kuning apabila

diendapkan dari larutan yang juga mengandung kromat.

3.      Adsorpsi
Pada permukaan dari partikel endapan, terdapat gugusan aktif yang dapat menarik dan

mengikat zat yang sebenarnya tidak dapat mengendap. Tentu saja pengotoran ini bertambah.

Oleh karena itu endapan kristal kasar pada analisis gravimetri lebih disukai daripada krisal halus.

Meskipun pengotoran ini mudah dihilangkan dengan pencucian, namun pada endapan yang

gelatinous dimana pengotoran ini sering terjadi, pencucian ini jarang berhasil.

4.      Oklusi

Ikut mengendapnya kotoran  yang terperangkap di bagian dalam dari partikel endapan

disebut oklusi. Proses ini termasuk juga (dalam arti luas) pembentukan dari larutan padat seperti

diuraikan di atas. Akan tetapi istilah ini lebih khusus digunakan untuk oklusi mekanik, termasuk

terperangkapnya cairan induk dan ion pada pertumbuhan endapan gelatinous dan pengotoran ini

tidak mungkin dihilangkan sama sekali dengan proses pencucian.

5.      Pospresipitasi

Pada pospresipitasi, endapan semula dikotori oleh endapan zat lain yang terbentuk

kemudian. Pengotoran ini terjadi karena kontaminasi merupakan larutan lewat jenuh larutan

magnesium oksalat yang lewat jenuh masih dapat dipertahankan untuk tidak mengendap dalam

jangka waktu tertentu.

Misalnya pada pengendapan kalsium sebagai oksalat dari larutan yang mengandung

magnesium. Bila kalsium oksalat tidak segera disaring setelah pengendapan, magnesium, oksalat

terserap pada permukaan kalsium oksalat, maka ia tidak dapat larut kembali. Sedangkan bila

tanpa adanya kalsium, Pemisahan endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut disebut

kopresipitasi. Hal ini berhubungan dengan absorbs pada permukaan partikel dan

terperangkapnya (oklusi) zat asing selama proses pembentukan Kristal dari partikel primernya.

Adsorbs banyak terjadi pada endapan gelatin dan sedikit pada pengendapan mikro Kristal,
misalkan AgI pada perak asetat dan endapan BaSO4 pada alkali nitrat. Pengotoran dapat juga

disebapkan oleh postpresipitasi, yaitu pengendapan yang terjadi  pada permukaan endapan

pertama. Hal ini terjadi pada zat yang sedikit larut kemudian membentuk larutan lewat jenuh. Zat

ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya, misal: pengendapan CaC 2O4.

Dengan adanya  Mg2+,    MgC2O4  akan terbentuk bersama-sama dengan CaC2O4. Lebih lama

waktu kontak, maka lebih besar endapan yang terjadi.

            Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua fenomena yang berbeda. Sebagai contoh

pada postpresipitasi, semakin lama waktunya, maka kontaminasi bertambah, sedangkan pada

kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat pangadukan larutan hanya pada

postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi. Kemungkinan bertambahnya kontaminasi sangat

besar pada postpresipitasi dibanding pada kopresipitasi.

2.2 Keadaan Optimum untuk pengendapan

Aturan-aturan umum yang diikuti adalah sebagai berikut:

a) Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk memperkecil

kesalahan akibat kopresipitasi.

b) Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang tetap. Ini berguna

untuk pertumbuhan Kristal yang teratur. Untuk kesempurnaan reaksi,pereaksi yang

ditambahkan harus berlebih. Urutan-urutan pencampuran harus teratur dan sama.

c) Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada

temperature tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam endapan organic.

d) Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan pemanas

uap untuk menghindari adanya kopresipitasi.

e) Endapan harus dicuci dengan larutan encer.


f) Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan

ulang.

2.3 Kontaminasi melalui adsorpsi

Adsorpsi merupakan sumber utama kontaminasi endapan yang mempunyai permukaan

yang besar, contohnya, flokulasi koloid (logam sulfida, perak halida, hidrous oksida). Koagulasi

(atau flokulasi) dimana partikel-partikel menyatu dan membentuk gumpalan-gumpalan yang

lebih besar dari material yang akan terpisah dari larutan, melalui penghilangan muatan yang

dikontribusikan oleh lapisan primer.

Endapan perak halida mengendap dengan alkali halida berlebih dan akan mengendapkan

ion halida yang terserap sebagai kisi ion dan ion logam alkali sebagai ion lawan. Pencucian

dengan asam nitrat encer dapat secara besar menggantikan ion logam alkali melalui penukaran

ion lawan. Hydrogen halide yang teradsorpsi menguap di atas pembakaran endapan. Jika ion

perak diserap pada kisi ion, pencucian tidaklah efektif untuk menghilangkan garam perak yang

terserap, yang mana tidak akan menguap pada saat pembakaran. Jumlah material yang terserap

dapat secara signifikan berkurang dengan menyimpannya selama pencernaan, ketika

rekristalisasi menyebabkan berkurangnya nilai dari total permukaan dan juga menimbulkan

struktur permukaan yang mendekati sempurna yang memiliki tendensi yang kecil untuk

menyerap kisi ion.

Kopresipitasi dengan hidrous oksida, seperti besi(III) dan aluminium, terjadi melalui

adsorpsi dan mungkin juga melalui pembentukan senyawa. Endapannya, mengendap dalam

amorphous (tak berbentuk) atau bentuk Kristal yang rapi dengan permukaan ekstensif, adsorpsi

jumlah besar dari air dan adsorpsi ion hidroksida sebagai ion penentu potensial (potential-

determining).
2.4 Oklusi oleh adsorpsi

Kolthoff memberikan konsep entrapment ion asing, meliputi bertambahnya endapan di

sekitar ion yang terserap, merupakan sumber kontaminasi penting, terutama endapan kristalin

seperti barium sulfat dan kalsium oksalat. Dasar dari konsep ini adalah oklusi bukanlah proses

kesetimbangan dan rekristalisasi selama penyimpanan dapat berpengaruh pada kemurnian. Ion

asing berada pada kisi yang cacat kecuali kalau terikat pada larutan padat.

Permukaan dimana adsorpsi zat dalam larutan terjadi termasuk pembentukan Kristal. Jika

hasil dari pembentukan berlanjut, material yang terserap tidak terlepas (desorbed), akan tertahan

dalam Kristal pada posisi dimana tidak akan berada pada permukaan. Tipe dari kopresipitasi ini

secara umum lebih penting dibandingkan adsorpsi yang berpengaruh pada semua endapan, tidak

hanya dengan permukaan yang besar. Sejak beberapa oklusi terjadi melalui mekanisme adsorpsi,

dapat secara kualitatif diprediksi dengan aturan yang sama. Terdapat faktor tambahan, order

dimana reagen bercampur diharapkan berpengaruh pada perluasan oklusi dari tipe particular ion.

Ketika endapan kation garam ditambahkan perlahan-lahan dalam larutan garam anion,

kopresipitasi kation asing adalah predominan. Sementara itu, oklusi anion asing diminimalisir,

karena di bawah keadaan sekitar konsentrasi endapan anion selama pembentukan Kristal secara

relative tinggi. Dengan demikian, oklusi kation asing dapat diminimalisir jika order penambahan

terseleksi sehingga endapan kation dalam larutan berlebih selama presipitasi dan pembentukan

Kristal.

Pengaruh order pencampuran oklusi anion digambarkan melalui data Weiser dan

Sherrick, yang menemukan bahwa oklusi klorida berkurang dari 15,8 ke 1,25 milimol per mol
barium sulfat dengan menambahkan barium ke sulfat dibanding sebaliknya. Rieman dan Hagen

membuat perbandingan variasi metode dari endapan barium sulfat; mereka menyimpulkan

bahwa metode Hintz han Weber, meliputi penambahan barium klorida dengan cepat ke dalam

larutan sulfat, memberikan hasil yang sangat baik untuk sulfat, terutama dengan adanya natrium

klorida. Hasil yang baik diperoleh dengan metode ini mengambil tempat kompensasi eror, hasil

yang tinggi dari beberapa tipe oklusi dan hasil yang rendah dari yang lainnya.

2.5 Meminimalkan kopresipitasi

1. Metode penambah dari kedua reagen. Jika diketahui bahwa baik sampel maupun endapan

mengandung suatu ion yang mengotori, larutan yang mengandung ion ini dapat ditambahkan

ke larutan lain. Dengan cara ini, konsentrasi pengotor dijaga serendah mungkin selama tahap-

tahap awal pengendapan. Dalam kasus hidrous oksida, muatan yang dibawa oleh partikel-

partikel utama dapat dikendalikan.

2. Pencucian. Pengotor-pengotor yang teradsorpsi dapat dihilangkan dengan mencuci kecuali

mereka terkepung. Dengan endapan-endapan mirip dadih dan yang bersifat gelatin, seseorang

harus mempunyai suatu elektrolit dalam larutan pencuci untuk menghindari peptisasi.

3. Pencernaan. Teknik ini bermanfaat sekali bagi endapan kristalin, cukup bermanfaat bagi

endapan mirip dadih, tetapi tidak digunakan bagi endapan yang bersifat gelatin.

4. Pengendapan kembali. Jika zatnya bisa dilarutkan kembali (sepeti garam dari asam lemah

dalam asam kuat), ia dapat disaring, dilarutkan kembali dan diendapkan kembali. Ion

pengotor akan berada dalam suatu konsentrasi yang rendah selama pengendapan kedua, dan

karenanya jumlah yang lebih kecil akan dikopresipitasi.

5. Pemisahan. Pengotor itu bisa dipisahkan atau sifat kimiawinya diubah dengan suatu reaksi

tertentu sebelum endapan terbentuk.


2.6 Pemurnian Endapan

Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu menghasilkan zat murni. Ada dua jenis

kontaminasi yang telah ditetapkan, yaitu (1) kopresipitasi yang artinya endapan dan kotoran

mengendap secara bersamaan, (2) Post-presipitasi (pasca-pengendapan) dimana awalnya

endapannya murni, namun terkontaminasi karena adanya substansi atau zat yang berikutnya.

Post-presipitasi biasanya terjadi pada larutan yang lewat jenuh. Dengan kata lain, Post-presipitasi

adalah pengotoran pada pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama.

Secara garis besarnya ada dua bagian kopresipitasi yang diakui (1) adsorpsi kotoran yang

mengendap di permukaan partikel (adsorpsi permukaan). Namun demikian, partikel tersebut

tidak tumbuh di luar dimensi koloid dan akhirnya akan mengendap sebagai koloid yang

berkoagulasi. (2) Oklusi dimana partikel-partikel asing terkepung sewaktu proses pertumbuhan

Kristal. Jadi dengan bertumbuhnya ukuran partikel, maka pengotor tersebut bisa tertutup dalam

Kristal.

      Tujuan mencuci endapan adalah menghilangkan kontaminasi pada permukaan. 

Komposisi larutan pencuci tergantung pada kecenderungan terjadinya pepitisasi.  Untuk

pencucian digunakan larutan elektrolit kuat, dan dia harus mengandung ion sejenis dengan

endapan untuk mengurangi kelarutan endapan.  Larutan tersebut juga harus mudah menguap agar

mudah untuk menimbang endapanya. Garam ammonium dapat digunakan sebagai cairan pencuci

dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Larutan yang mencegah terbentuknya koloid yang mengakibatkan dapat lewat kertas saring,

misal: penggunaan ammonium nitrat untuk mencuci endapan feri hidroksida


b. Larutan yang mengurangi kelarutan dari endapan.

c. Larutan yang dapat mencegah hidrolisis garam dari asam lemah atau basa lemah

            Setiap endapan harus dicuci sebelum diubah menjadi bentuk timbang. Tujuannya untuk

menghilangkan kotoran-kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang

terbawa secara mekanik. Teknik pencucian yang baik :

1. Memasukkan cairan pencuci ke dalam penyaring sampai sedikit di atas endapan, kemudian

dibiarkan cairan melewati kertas saring sampai habis. Setelah habis baru ditambah cairan

untuk pencucian berikutnya. Demikian sampai endapan bersih, dikerjakan berulang kali.

2. Dengan cara dekantasi. Endapan dan cairan pencuci diaduk dan dibiarkan mengendap,

setelah mengendap cairan dituang ke dalam penyaring, endapan dibiarkan di dalam gelas

piala, tambahkan lagi cairan pencuci, diaduk, dibiarkan mengendap. Kemudian cairan di atas

endapan dituang ke dalam penyaring sampai habis. Pekerjaan ini diulang berkali-kali sampai

endapan bersih. Kemudian yang terakhir endapa dipindahkan secara kuantitatif ke dalam

penyaring.

2.7 Jurnal Penelitian Terkait

Berikut ini akan disajikakan beberapa penelitian terkait kontaminasi endapan.

1. Pengendapan Uranium dan Thorium Hasil Pelarutan Slag II


Anggraini, M., Sarono, B., Waluyo, S., Rusydi, dan Sujono,
2015, Eksplorium, 36(2): 125-132.

Proses peleburan timah menghasilkan limbah berupa slag II dalam jumlah besar. Slag

II adalah limbah pengolahan timah yang mengeras menyerupai batu dan mengandung Sn, Si,

serta unsur radioaktif berupa uranium dan thorium [1]. Pemanfaatan slag II sebagai bahan

pengganti agregat/split/batu pecah tidak diperbolehkan karena slag II mengandung unsur

radioaktif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemisahan unsur radioaktif dari slag II tersebut.
a. Metodologi

Bongkahan slag II dengan ukuran bijih lebih dari 20 mesh digiling dengan crusher kemudian

dihaluskan dengan disk mill dan diayak sehingga diperoleh slag II ukuran bijih -20 + 48 mesh.

Slag II berukuran -20 + 48 mesh dilebur dengan NaOH dengan perbandingan 1 : 2 pada suhu

700C selama 2 jam. Hasil peleburan kemudian dihaluskan menggunakan mortal dan diayak

sehingga diperoleh slag II berukuran lolos 325 mesh (-325 mesh). Slag II hasil peleburan

dilarutkan dengan H2SO4 pada perbandingan 1:1, selama 60 menit pada suhu 43C dan

dihasilkan larutan yang mengandung uranium dan thorium. Larutan ini digunakan sebagai umpan

pengendapan.

Pengendapan bertujuan untuk memisahkan uranium dan thorium pada larutan sulfat.

Proses pengendapan dilakukan dengan memvariasikan beberapa kondisi proses antara lain:

variasi reagen (NaOH dan NH4OH), variasi konsumsi reagen (variasi pH) pada pH 4; 4,5; 5; 5,5;

6; 6,5; 7, variasi suhu pelarutan, pada suhu 30, 40, 45, 50, 55, 60, 70, dan 80°C, dan variasi

waktu pelarutan selama 10, 15, 30, 45, 60, 75, 90, dan 120 menit. Endapan dan filtrat yang

dihasilkan dianalisis dengan ICP-OES.


Gambar 1. Diagram alir proses pemisahan uranium dan thorium slag II peleburan timah.

Penentuan kondisi optimal proses pemisahan uranium dan thorium dengan metode pengendapan

larutan hasil pelarutan slag II dilihat berdasarkan kesempurnaan reaksi pengendapan.

Kesempurnaan reaksi pengendapan uranium dan thorium dapat ditentukan berdasarkan recovery

pengendapan. Recovery dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut

%Rec𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = recovery unsur (%), WU = berat unsur dalam umpan (g), WR = berat unsur dalam

endapan (g).
Penentuan berat uranium, thorium, LTJ dan fosfat hasil pengendapan dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut

W= berat unsur (g), Cu = kadar unsur (mg/L), Vf = volume filtrat (mL).

b. Hasil dan Pembahasan

Uranium dan thorium dalam slag II yang telah melalui proses peleburan dengan NaOH

dan pelarutan dengan H2SO4 akan berubah menjadi larutan uranium dan thorium sulfat. Uranium

dan thorium dalam larutan sulfat dapat dipisahkan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan

reagen basa, yaitu NaOH dan NH4OH. Reaksi antara uranium dan thorium dengan NaOH dan

NH4OH dapat mengendapkan uranium dan thorium secara bersamaan. Oleh sebab itu, perlu

dicari kondisi optimum yang dapat memisahkan kedua unsur tersebut. Pada penelitian ini

dilakukan variasi pH. Pada PH tertentu, reaksi uranium dan thorium dengan reagen basa

menghasilkan endapan thorium, sedangkan uranium tetap dalam larutan. Larutan hasil reaksi

uranium-thorium dengan NaOH dan NH4OH variasi pH dianalisis dengan ICP-OES pada limit

deteksi < 10 ppb terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data hasil analisis unsur dalam larutan dengan ICP-OES (variasi pH).
Kadar uranium dalam larutan hampir sama dengan kadar thorium pada kondisi reaksi

dengan NaOH pada pH 4. Sedangkan reaksi dengan NH4OH pada pH yang sama, kadar uranium

lebih kecil dibandingkan kadar thorium. Kadar uranium dan thorium semakin berkurang dengan

peningkatan pH reaksi. Peningkatan kondisi pH reaksi menyebabkan uranium dan thorium

terendapkan secara bersamaan. Efektifitas proses pemisahan uranium dan thorium dapat dilihat

dari persen recovery yang dihasilkan pada proses ini. Recovery pemisahan uranium dan thorium

variasi pH dengan reagen basa terlihat pada Gambar 3. Kondisi pengendapan pada suhu (T) 27°C

dan waktu (t) 60 menit.

Uranium dan thorium akan bereaksi dengan reagen basa membentuk uranium dan

thorium hidroksida. Ksp uranium hidroksida (UO2(OH)2) sebesar 1,1x10-22 dan thorium

hidroksida (Th(OH)4) sebesar 4x10-45. Nilai Ksp kedua unsur tersebut sangat kecil sehingga

kedua unsur tersebut mudah mengendap. Nilai Ksp thorium lebih kecil dibandingkan nilai Ksp

uranium. Pada kondisi tertentu thorium akan mengendap terlebih dahulu sedangkan uranium

tetap berada dalam filtrat sehingga uranium dan thorium dapat dipisahkan.

Pengaruh pH terhadap hasil reaksi pengendapan uranium dan thorium dengan NaOH

maupun NH4OH hampir sama seperti terlihat pada Gambar 3 (a dan b). Uranium dan thorium

terpisah pada pH 4, baik pada penambahan reagen NaOH maupun NH4OH. Pada penelitian ini

dipilih NH4OH sebagai reagen pengendapan karena penanganan hasil samping reaksi NH 4OH

dengan unsur dalam slag II lebih mudah dibandingkan dengan NaOH. Hasil samping reaksi

antara NH4OH dengan unsur dalam slag II berupa (NH 4)2SO4 yang dapat dihilangkan dengan

proses pemanasan. (NH4)2SO4 akan menguap menjadi gas NH4. Hasil samping reaksi NaOH

dengan unsur dalam slag II berupa Na2SO4 dan SO2. Na2SO4 jika dipanaskan akan menghasilkan
endapan Na yang akan menjadi pengotor dan perlu pengolahan lebih lanjut untuk menghilangkan

Na dari endapan.

Gambar 3. Kurva recovery pengendapan variasi pH (a) reagen NaOH (b) reagen NH4OH.

Selain kondisi pH, kondisi optimum pengendapan juga dapat dipengaruhi oleh suhu dan

waktu pengendapan. Suhu pengendapan yang semakin tinggi menyebabkan efektifitas reaksi

uranium-thorium sulfat dengan NH4OH maupun NaOH akan semakin berkurang. Semakin
tinggi suhu maka ion OH yang akan mengikat uranium dan thorium menjadi uranium dan

thorium hidroksida akan berkurang. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan ion OH berubah

menjadi gas sehingga tidak ada cukup OH untuk mengikat uranium dan thorium menjadi

uranium dan thorium hidroksida. Waktu pengendapan berpengaruh pada lamanya reaksi antara

uranium dan thorium sulfat dengan NH4OH atau NaOH. Semakin lama waktu reaksi maka

reaksi akan berjalan sempurna. Akan tetapi, suatu reaksi akan mencapai keadaan setimbang pada

waktu optimum. Reaksi yang telah mencapai keadaan setimbang ditandai dengan tidak ada

perubahan pada hasil reaksi apabila waktu reaksi ditambahkan. Pengaruh suhu dan waktu

pengendapan ditentukan berdasarkan kadar uranium dan thorium dalam filtrat. Tabel 2 dan Tabel

3 menunjukan kadar uranium dan thorium dalam larutan dengan variasi suhu dan waktu

pengendapan.

Tabel 2. Data hasil analisis unsur dalam larutan dengan ICP-OES (variasi suhu).

Tabel 3. Data hasil analisis unsur dalam larutan dengan ICP-OES (variasi waktu).
Tabel 2 dan 3 menunjukan bahwa kadar uranium dan thorium dalam filtrat tidak

terdeteksi untuk semua kondisi variasi suhu dan waktu pengendapan. Hal ini berarti kadar

uranium dan thorium dalam filtrat sangat kecil atau kurang dari limit deteksi ICP-OES (< 10

ppb). Kadar uranium dan thorium yang kecil menandakan bahwa uranium dan thorium telah

mengendap sehingga kadar uranium dan thorium dalam filtrat sangat kecil. Pada penelitian ini,

pengaruh suhu dan waktu pengendapan terhadap hasil proses pemisahan uranium dan thorium

sulfat tidak dapat diketahui karena perubahan kadar uranium dan thorium dalam filtrat sangat

kecil.

c. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa uranium dan thorium dapat

dipisahkan dengan metode pengendapan. NH4OH digunakan sebagai reagen pengendapan

dengan kondisi optimum proses pada pH 4. Suhu dan waktu reaksi tidak mempengaruhi proses.

Recovery pengendapan yang dihasilkan adalah 93,84% uranium dan 84,33% thorium.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kesimpulan secara umum dari makalah ini adalah spektroskopi NMR merupakan salah

satu alat yang digunakan untuk mengetahui struktur suatu molekul senyawa yang diukur.

Tentunya dilengkapi dengan data hasil pengukuran spektroskopi lain seperti UV, FTIR dan MS

sangat membantu. Dalam menginterpretasikan data spektrum NMR ada beberapa parameter

penting yang harus dikuasai, diantaranya adalah lingkungan kimia, multiplisistas sinyal, nilai

konstanta kopling, dan luas integrasi sinyal.

1.2 Kritik dan saran

Dengan selesainya penyusunan makalah ini maka saya selaku penyusun sangat berharap

kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran terhadap isi dari makalah ini sebagai bentuk

partisipasi. Selain itu, demi memperbaiki kesalahan dan melengkapi materi yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M., Sarono, B., Waluyo, S., Rusydi, dan Sujono, 2015, Pengendapan Uranium dan
Thorium Hasil Pelarutan Slag II, Eksplorium, 36(2): 125-132.

Laitinen, H. A. dan Harris, W. E., tanpa tahun, Chemical Analysis An Advanced Text and
Reference, McGraw-Hill Book Company, New York
Utami, T. F. Y., 2008, Analisis Kuantitatif Secara Gravimetri (online, diakses tanggal 20
Oktober 2009)

Anda mungkin juga menyukai