Viskometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur viskositas atau kekentalan suatu
larutan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa
gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya
cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya madu).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan
maupun gas.
Ada beberapa viscometer yang sering digunakan untuk menentukan viskositas suatu larutan,
yaitu :
1. Viskometer ostwald
2. Viskometer Hoppler
3. Viskometer Cup and Bo
4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield)
1. Viskometer ostwald
Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.
Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang sudah diketahui tingkat
viskositasnya.
Cara penggunaannya adalah :
1. Pergunakan viskometer yang sudah bersih.
2. Pipetkan cairan ke dalam viskometer dengan menggunakan pipet.
3. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati 2 batas.
4. Siapkan stopwatch , kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai penghitungan.
5. Catat hasil, Dan lakukan penghitungan dengan rumus.
6. Usahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak berisi
cairan.
2. Viskometer Hoppler
Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara dinding luar bob/rotor dan
dinding dalam mangkuk (cup) yang pas dengan rotor tersebut. Berbagai alat yang tersedia
berbeda dalam hal bagian yang berputar, ada alat dimana yang berputar adalah rotornya, ada
juga bagian mangkuknya yang berputar.
Alat viscotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar adalah bagian rotor.
Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan VT- 04 F :
1. VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan viskositas tinggi,
2. VT-03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah.
Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan kedalam
mangkuk, rotor dipasang .kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat cair dapat langsung dibaca
pada skala .
Viscometer Cone/ Plate adalah alat ukur kekentalan yang memberikan peneliti suatu
instrumen yang canggih untuk menentukan secara rutin viskositas absolut cairan dalam volume
sampel kecil. Cone dan plate memberikan presisi yang diperlukan untuk pengembangan data
rheologi lengkap.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:
1. Dipakai pada cone dan plate
2. ukuran sample
3. waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk menstabilkan pada pelat sebelum
terbaca
4. kebersihan kerucut dan plat
5. jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel
6. tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang lebih tinggi
7. shear rate ditempatkan untuk sampel
Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer
1. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction Manual
2. Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10% hingga 100% dari
Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan nilai mendekati 100% FSR.
3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk mencapai suhu setting
4. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP.
Catatan :
Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk instrument
cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
Toleransi dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range (FSR). FSR adalah
nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi setting Spindle dan Kecepatan
putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai
viscosity cairan yang bersangkutan
Menentukan viskositas emulsicampuran antara paraffin dan CMC dengan menggunakan
metode viscometer Brookfield synchroelektrik dan metode bola jatuh.
Berdasarkan pada penghambatan aliran cairan oleh sifat kekentalan (Viskositas) yang dimiliki
cairan, dimana cairan yang memiliki kekentalan yang berbeda, maka kaan memiliki resistensi alir
yang berbeda pula.
Landasan Teori
Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk mengalir. Rheologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga
rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi
erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu
cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir.
Viskositas dinyatakan dalam simbol η.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi,
emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga
untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama
untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan,
pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat
mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati
dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi
obat dalam tubuh.
Dasar-dasar rheologi
Umumnya polietilen hasil polimerisasi di plant diberi tambahan additive dan dipelletizing menjadi
bentuk pellet. Pellet tersebut selanjutnya siap untuk diproses menjadi berbagai macam bentuk
seperti yang diinginkan dengan menggunakan mesin fabrikasi yang cocok. Selama fabrikasi
plastik tersebut banyak dipengaruhi oleh kecepatan ekstrusi, setting temperature di tiap zone, melt
pressure dll, yang kesemuanya sering disebut sebagai ‘processability’. Processability polietilen
dari tinjauan rheologinya yaitu ilmu yang mempelajari aliran dan perubahan bentuk polietilen
dalam keadaan lelehan serta sifat-sifat alirannya.
Aliran dan perubahan bentuk viscoelastik
a. Kekentalan (viscosity)
Fluida adalah persenyawaan yang mengalami deformasi (perubahan bentuk) secara kontinyu jika
dikenakan shear stress. Resistensi yang dikeluarkan oleh fluida terhadap beberapa deformasi
disebut viscositas. Untuk gas dan beberapa cairan dengan Berat Molekul yang rendah jika pada
temperature dan tekanan tertentu viscositasnya tetap maka bahan tersebut dikenal sebagai fluida
Newtonian.
b. Kekenyalan (Elastisitas)
Apabila sebuah pegas diberi tegangan yang besarnya sebanding dengan strain dan kemudian
dilepaskan maka momennya akan segera dikembalikan dan tegangan menjadi hilang, sifat ini
disebut ‘elastis’ dan benda yang mempunyai sifat ini disebut benda elastis dan dinyatakan dalam
persamaan sbb,
s = E.g
Persamaan ini terkenal sebagai hukum Hooke, dimana;
s = Stress , E = Strain, g = Modulus Young
c. Viscoelastic
Sifat dari benda yang merupakan gabungan antara viscositas cairan (yang tidak menun-jukkan
sifat elastisitas) dan elastisitas dari padatan (yang tidak menunjukkan kekentalan/ viscositas)
disebut viscoelastis. Polietilen adalah salah satu benda yang bersifat viscoelastis.
Pergeseran Fluida
Mengalirnya fluida didalam istilah teknis dikenal dengan nama geseran fluida (Shear flow).
Didalam pergeseran fluida yang tetap ada 3 hal yaitu:
1. Tegangan geser (Shear stress)
dimana,
tyx = Tegangan geser (Shear stress)
F = Gaya
A = Luas penampang
2. Kecepatan geser (Shear rate)
dimana;
g = Kecepatan geser (Shear rate)
3. Kekentalan geser (Shear viscosity)
dimana,
m = Kekentalan geser (Shear viscosity)
Model-model fluida
Fluida mempunyai sifat-sifat spesifik yang umumnya memenuhi model-model seperti berikut:
a. Model Newtonian
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Air
Persamaan yang berlaku adalah
dimana :
tyx = shear stress
dVx/dy = shear rate
m = viskositas
b. Model Bingham
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Pasta gigi
Persamaan yang berlaku adalah
dg syarat ltyxl > to
b. Melt fracture
Melt fracture terjadi jika polietilen diextrude pada kecepatan geser yang tinggi sehingga
menyebabkan produk mempunyai permukaan yang tidak halus, bentuk tidak teratur dan extrusion
tidak stabil. Melt fracture akan merusak kenampakan bentuk produk. Melt fracture dapat diukur
dengan alat rheometer, atau mudahnya melt fracture dapat dilihat secara langsung pada
permukaan lelehan yang sudah dingin. Tegangan yang menyebabkan terjadinya melt fracture
disebut ‘tegangan geser kritis’ (sC) dan kecepatan geser pada waktu itu ‘kecepatan geser kritis’
(gc). Sementara hubungan antara tegangan geser kritis dan kecepatan geser kritis adalah
gc = sC / h
Kecepatan geser kritis dapat dinaikkan pada temperature yang sama yaitu dengan menurunkan
viscositas lelehan (h) secara khusus, hal ini dapat dilakukan dengan meperlebar Distribusi Berat
Molekulnya.
c. Melt Tension
Melt tension adalah tension/tegangan dari resin pada keadaan meleleh (bentuk extruded) dari
orifice pada beban konstan, pengukuran dilakukan dengan menarik extruded pada kecepatan
konstan. Melt tension merupakan fungsi MI atau Swell ratio dan nilainya akan meningkat seiring
dengan pertambahan viscositas dan elastisitas. Secara khusus semakin rendah MI atau semakin
lebar Distribusi BM nya maka semakin besar nilai melt tensionnya.
d. Draw Down
Batasan draw down paling seering digunakan pada pemrosesan pelapisan (coating process)
untuk HDPE gejala ini ditunjukkan oleh exrtuded parison dari blow molding yang jatuh karena
adanya gravitasi. Apabila harga draw down tinggi maka akan mengakibatkan distribusi tebal tidak
merata pada sisi sebelah atas dan bawah dari produk. Hal ini menjadikan masalah pada
pembuatan produk berukuran besar yang mana parison menjadi berat, draw down sangat erat
berhubungan dengan melt tension
e. Spinnability
Hampir ada kemiripan antara melt tension dan spinability, melt tension merupakan besarnya
tension dari resin dalam keadaan lelehan yang keluar dari orifice pada kecepatan pembebanan
yang tetap. Sedangkan spinability adalah kecepatan untuk memutus resin jika ditarik pada
percepatan yang tetap. Spinability sangat berguna pada industri monofilament, yaitu untuk
mengetahui kecepatan pemrosesan tertinggi.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2 yaitu Sistem Newton dan Sistem
Non-Newton.
Sistem Newton
Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk
tumpukan kartu seperti pada gambar berikut :
Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan
terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan kecepatan konstan,
sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding langsung dengan
jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua lapisan
yang dipisahkan dengan jarak (dx) adalah (dv/dx) atau kecepatan geser (rate of share).
Sedangkan gaya satuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat cairan tersebut adalah (F’/A)
atau Shearing stress.
F'/A=η dv/dx atau η=(F'⁄A)/(dv⁄dx)
Viskositas (η) merupakan perbandingan antara Shearing stress (F’/A) dan Rate of shear (dv/dx).
Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2.
Cairan Newton adalah cairan yang mengikuti hukum Newton di mana nilai shearing stress
sebanding dengan nilai rate of shear (kecepatan geser), sehingga viskositasnya tetap pada suhu
ddan tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada kecepatan geser, jadi viskositasnya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser.
Sistem Non-Newton
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspensi, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskositas cairan
semacam ini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat alirannya
dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Untuk menentukan viskositasnya
dipergunakan viskometer rotasi Stormer. Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan
Non-Newton terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu (kurva naik berhimpit dengan kurva turun).
Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
Aliran Plastik
Kurva aliran plastik tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress (atau akan
memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik
tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan plastik tidak akan mengalir sampai
shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield
value, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak
mengalir).
U=([(F'⁄(A)-f]))/(dv⁄dx)
Di mana :
U = viskositas plastik
f = yield value
Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan
konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan
meningkatnya rate of shear. Jika shearing stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali
ke keadaan fluiditas aslinya.
Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu (kurva naik tidak berhimpit dengan kurva turun).
Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
Aliran Tiksotropik
Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada di sebelah kiri kurva naik. Fenomena ini umumnya
dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan pseudoplastik. Kondisi ini disebabkan
karena terjadinya perubahan struktur yang tidak segera kembali ke keadaan semula pada saat
tekanan geser diturunkan. Sifat aliran semacam ini umumnya terjadi pada partikel asimetrik
(misalnya polimer) yang memiliki banyak titik kontak dan tersusun membentuk jaringan tiga
dimensi. Pada keadaan diam, sistem akan membentuk gel dan bila diberi tekanan geser, gel akan
berubah menjadi sol.
Aliran Rheopeksi
Pada aliran rheopeksi, kurva menurun berada di sebelah kanan kurva naik. Hal ini terjadi karena
pengocokan perlahan dan teratur akan mempercepat pemadatan suatu sistem dilatan. Bentuk
keseimbangan aliran rheopeksi adalah gel.
3.2.2 Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu.
Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas
cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
3.2.3 Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan
suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan
menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu
alirnya semakin cepat.
3.2.4 Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak
laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga
tinggi.
3.2.5 Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
3.2.6 Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada
trigliseridanya naik pada keadaan yang sama. (Bird, 1987)
3.3 Berdasarkan hukum Newton tentang sifat alir cairan, maka tipe aliran dibedakan menjadi 2,
yaitu:
3.3.1 Newtonian
Cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan viskositas.
3.3.2 Non Newtonian
Aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling
besar atau mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan
cairan Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya.
(Wiroatmojo, 1988)
3.4 Macam-macam Viskositas
a. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas dinamik disebut
juga koefisien viskositas.
b. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya. Viskositas ini
dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
c. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau suspensi biasanya
dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan murni. Untuk mengukur besarnya
viskositas menggunakan alat viskometer. Berbagai tipe viskometer dikelompokkan menurut
prinsip kerjanya. (Dudgale. 1986)
3.5 Cara Menentukan Viskositas
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada
beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain:
3.5.1 Viskometer Brookfield
Pada viscometer ini nilai viskositas didapatkan dengan mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder
(spindle) yang dicelupkan ke dalam sample. Viskometer Brookfield memungkinkan untuk
mengukur viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry. Alat ukur kekentalan (yang
juga dapat disebut viscosimeters) dapatmengukur viskositas melalui kondisi aliran berbagai bahan
sampel yang diuji. Untuk dapat mengukur viskositas sampel dalam viskometer Brookfield, bahan
harus diam didalam wadah sementara poros bergerak sambil direndam dalam cairan. (Atkins
1994)
Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan.
Sebuah spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Bentuk dari
spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan Shear Rate. Oleh karena itu untuk
membuat sebuah hasil viskositas dengan methode pengukuran Rotational harus dipenuhi
beberapa hal sebagai berikut:
a. Jenis Spindle
b. Kecepatan putar Spindle
c. Type Viscometer
d. Suhu sample
e. Shear Rate (bila diketahui)
f. Lama waktu pengukuran (bila jenis sample-nya Time Dependent). (Sukardjo. 1997)
Viskometer Brookfield merupakan salah satu viscometer yang menggunakan gasing atau
kumparan yang dicelupkan kedalam zat uji dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang
berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan umumnya
dilengkapi dengan kecepatan rotasi. (FI IV,1038). Prinsip kerja dari viscometer Brookfield ini
adalah semakin kuat putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar.
(Moechtar,1990)
3.5.2 Viskometer Oswald
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu
untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk volume V (antara tanda a dan b) melalui pipa kapiler
yang vertical. Jumlah tekanan (P) dalam hokum Poiseuille adalah perbedaan tekanan antara
permukaan cairan, dan berbanding lurus dengan r. (Moechtar,1990)
3.5.3 Viskometer Hoppler
Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak
atau tinggi tertentu. Karena adanya gravitasi benda yang jatuh melalui medium yang berviskositas
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan
maksimum akan dicapai jika gaya gravitasi (g) sama dengan gaya tahan medium (f) besarnya
gaya tahan (frictional resistance) untuk benda yang berbentuk bola stokes. (Moechtar,1990)
3.5.4 Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding dalam
dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya
aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga
menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990)
3.5.5 Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan
hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang
berputar (Moechtar,1990).
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap, tidak dipengaruhi oleh kecepatan
geser. Sehingga untuk menentukan viskositas cairan Newton dapat ditentukan hanya
menggunakan satu titik rate og shear saja. Cairan non Newton ini dibagi ke dalam ke dalam dua
kelompok, yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu, diantaranya:
a. Aliran plastis
b. Aliran pseudoplastis
c. Aliran dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu, diantaranya:
a. Aliran thisotropik
b. Aliran rhepeksi
c. Aliran antihitksotropik
Viskositas cairan non Newton bervariasi pada setiap rate of shear, sehingga untuk mengetahui
sifat alirannya harus dilakukan pengamatan pada berbagi rate of shear. Nilai viskositas dinyatakan
dalam viskositas spesifik, kinematik dan instrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan
membandingkansecara langsung kecepatan aluran suatu larutan dengan pelarutnya. Viskositas
kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun
kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan
viskometer larutan primer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde.
(Wiroatmojo, 1988)
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Viskositas spesifik
ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan
pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik
viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas
dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler.
Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah
viskometer Ubbelohde. (Wiroatmojo, 1988)
PERCOBAAN I
PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON
B. Landasan teori
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat.
Cairan yangmengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan
cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar
( Sutiah, 2008)
Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya
mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan
perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter
inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskositas dapat digambarkan dengan dua buah
bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan
bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan
atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan
beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer.
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu
zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut
(Moechtar,1990).
2. Viskometer Hoppler
sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkanz
bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding
dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube
tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).