Anda di halaman 1dari 19

VISKOMETER

Viskometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur viskositas atau kekentalan suatu
larutan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa
gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya
cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viskositasnya tinggi (misalnya madu).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk
silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan
maupun gas.
 Ada beberapa viscometer yang sering digunakan untuk menentukan viskositas suatu larutan,
yaitu :  
1. Viskometer ostwald 
2. Viskometer  Hoppler 
3.  Viskometer Cup and Bo
4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield)

1.   Viskometer ostwald

  Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
dalam melewati 2 tanda ketika mengalir karena  gravitasi melalui viskometer Ostwald.
 Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang sudah diketahui tingkat
viskositasnya.
  Cara penggunaannya adalah :
1. Pergunakan viskometer yang sudah bersih.
2. Pipetkan cairan ke dalam viskometer dengan menggunakan pipet.
3. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati 2 batas.
4. Siapkan stopwatch , kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai penghitungan.
5. Catat hasil, Dan lakukan penghitungan dengan rumus.
6. Usahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak berisi
cairan.
2.   Viskometer  Hoppler

 Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan hukum


stokes (berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair).
 Prosedur Kerja Dengan Viskosimeter Hoppler
1. Ukur diameter bola
2. Timbang massa bola
3. Ukur panjang tabung viscometer dari batas atas - batas  bawah
4. Tentukan massa jenis masing- masing cairan
5. Ukur temperature alat viskositas Hoppler
6. Isi tabung dengan aquades dan dimasukkan bola
7. Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan
8. Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan
9. Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah
10. Tabung dibalik
 Ulangi prosedur 3 – 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada temperature lain dan cairan
yang lain

3.   Viskometer Cup and Bob

 Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara dinding luar bob/rotor dan
dinding dalam mangkuk (cup) yang pas dengan rotor tersebut. Berbagai alat yang tersedia
berbeda dalam hal bagian yang berputar, ada alat dimana yang berputar adalah rotornya, ada
juga bagian mangkuknya yang berputar.
 Alat viscotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar adalah bagian rotor.
Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan VT- 04 F :
1. VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan viskositas tinggi, 
2. VT-03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah.
 Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji dimasukkan kedalam
mangkuk, rotor dipasang .kemudian alat dihidupkan. Viskositas zat cair dapat langsung dibaca
pada skala .

4.   Viskometer Cone and Plate (Brookefield)


  Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian
dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam
kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar.

   Viscometer Cone/ Plate adalah alat ukur kekentalan yang memberikan peneliti suatu
instrumen yang canggih untuk menentukan secara rutin viskositas absolut cairan dalam volume
sampel kecil. Cone dan plate memberikan presisi yang diperlukan untuk pengembangan data
rheologi lengkap.
    Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:
1.    Dipakai pada cone dan plate
2.    ukuran sample
3.    waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk menstabilkan pada pelat sebelum
terbaca
4.    kebersihan kerucut dan plat
5.    jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel
6.    tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang lebih tinggi
7.    shear rate ditempatkan untuk sampel
 Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer
1.    Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction Manual
2.    Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan antara 10% hingga 100% dari
Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih standard dengan nilai mendekati 100% FSR.
3.    Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk mencapai suhu setting
4.    Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP. 

Catatan :
        Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran diambil.
         Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan untuk instrument
cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas 5.000 cP.
 Toleransi dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range (FSR). FSR adalah
nilai maksium yang mampu diukur oleh alat dengan kombinasi setting Spindle dan Kecepatan
putar spindle yang kita tetapkan. Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1% dari nilai
viscosity cairan yang bersangkutan

1.    TUJUAN PRAKTIKUM

    Menentukan viskositas emulsicampuran antara paraffin dan CMC dengan menggunakan
metode viscometer Brookfield synchroelektrik dan metode bola jatuh.

2.    PRINSIP PERCOBAAN

    Berdasarkan pada penghambatan aliran cairan oleh sifat kekentalan (Viskositas) yang dimiliki
cairan, dimana cairan yang memiliki kekentalan yang berbeda, maka kaan memiliki resistensi alir
yang berbeda pula.

3.    DASAR TEORI


Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar resistensi suatu zat  cair 
untuk  mengalir  semakin  besar  pula  viskositasnya.  Rheologi  adalah  ilmu  yang mempelajari
sifat aliran zat cair atau deformasi zat padat. Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu
dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu seperti pada gambar berikut :
Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain.Lapisan
terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan kecepatankonstan,sehingga
setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding langsung denganjaraknya
terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan
yangdipisahkan dengan jarak dx adalah dv/dx atau kecepatan geser (rate of share). Sedangkan
gayasatuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkanzat cair tersebut adalah F/A atau tekanan
geser (shearing stress)
Menurut Newton :
F/A     =  dv/dx
F/A     = ηdv/dx
η          =  F/Adv/dx
η          = koefisien viskositas, satuan Poise
Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh suhu. Viskositas gas meningkat dengan bertambah
tingginya suhu, sedangkan viskositas zat cair menurun denganmeningginya suhu. Hubungan
antara viskositas dengan suhu tampak pada persamaan Arrhenius :
A         : konstanta yang tergantung pada berat molekul dan volume molar zat cair
Ev        : energi aktivasi
R         : konstanta gas
T          : suhu mutlak
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspense, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskosita cairan
semacamini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat alirannya
dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Untuk menentukan viskositasnya diper-
gunakan viscometer rotasi Stormer.           
Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan non Newton terbagi dalam dua kelompok,
yaitu :
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu.Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
a) Aliran plastik
b) Aliran pseudoplastik
c) Aliran dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu.
Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
a) Tiksotropik
b) Antitiksotropik
c) Rheopeksi
Peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat cair disebut
viskometer. Ada dua jenis viskometer, yaitu :

1.      Viskosimeter Satu Titik


Viskosimeter ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu titik pada
rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan menghasilkan garislurus. Alat ini hanya
dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton.Yang termasuk dalam jenis ini
misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh, penetrometer, plastometer ,dll.
2.      Viskosimeter Banyak Titik
Dengan viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga kecepatangeser
sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis ini dapat jugadigunakan baik
untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun nonNewton. Yang termasuk ke
dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter rotasi tipe Stormer, Brookfield, Rotovico, dll.
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan
tidak tergantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu, vis-kositanya cukup ditentukan pada satu
kecepatan geser. Viskometer yang dapat dipergunakan untuk keperluan itu adalah viskometer
kapiler atau bola jatuh.  Apabila digambarkan antara kecepatan geser terhadap tekanan geser,
maka diperoleh grafik garis lurus melalui titik nol. Contoh cairan Newton adalah minyak jarak,
kloroform, gliserin, minyak zaitun, dan air.
Viskometer  bola  jatuh  merupakan  viskosimeter  satu  titik  yang  digunakan  untuk menentukan
viskosita cairan newton. Viskosimeter ini bekerja pada satu titik kecepatan geser, sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Pada viskometer ini sampel  dan  bola  diletakkan  dalam 
tabung   gelas  dan  dibiarkan  mencapai  temperatur keseimbangan dengan air yang berada
dalam jaket di sekelilingnya pada temperatur konstan. Tabung dan jaket air tersebut kemudian
dibalik, yang akan menyebabkan bola berada padapuncak tabung gelas dalam. Waktu bagi bola
tersebut untuk jatuh antara dua tanda diukur dengan teliti dan diulangi beberapa kali. 
Prinsip kerja dari  viskometer bola jatuh adalah mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan
dalam tabung pada suhu tetap. Viskometer Hoeppler, merupakan alat yang ada dalam
perdagangan berdasarkan pada prinsip ini.  Pada viskosimeter Hoeppler tabungnya dipasang
miring sehingga kecepatan bola jatuh akan berkurang sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih
teliti. Viskometer ini cocok digunakan untuk cairan yang mempunyai viskositas yang sukar diukur
dengan viskosimeter kapiler.
Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.
Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990).

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI


Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, kita diharapkan mampu untuk :
Menerangkan arti viskositas dan rheologi
Membedakan cairan Newton dan cairan Non-Newton
Menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton

Landasan Teori
Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk mengalir. Rheologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga
rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi
erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu
cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir.
Viskositas dinyatakan dalam simbol η.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi,
emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga
untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama
untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan,
pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat
mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati
dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi
obat dalam tubuh.
Dasar-dasar rheologi
Umumnya polietilen hasil polimerisasi di plant diberi tambahan additive dan dipelletizing menjadi
bentuk pellet. Pellet tersebut selanjutnya siap untuk diproses menjadi berbagai macam bentuk
seperti yang diinginkan dengan menggunakan mesin fabrikasi yang cocok. Selama fabrikasi
plastik tersebut banyak dipengaruhi oleh kecepatan ekstrusi, setting temperature di tiap zone, melt
pressure dll, yang kesemuanya sering disebut sebagai ‘processability’. Processability polietilen
dari tinjauan rheologinya yaitu ilmu yang mempelajari aliran dan perubahan bentuk polietilen
dalam keadaan lelehan serta sifat-sifat alirannya. 
Aliran dan perubahan bentuk viscoelastik
a. Kekentalan (viscosity)
Fluida adalah persenyawaan yang mengalami deformasi (perubahan bentuk) secara kontinyu jika
dikenakan shear stress. Resistensi yang dikeluarkan oleh fluida terhadap beberapa deformasi
disebut viscositas. Untuk gas dan beberapa cairan dengan Berat Molekul yang rendah jika pada
temperature dan tekanan tertentu viscositasnya tetap maka bahan tersebut dikenal sebagai fluida
Newtonian.
b. Kekenyalan (Elastisitas)
Apabila sebuah pegas diberi tegangan yang besarnya sebanding dengan strain dan kemudian
dilepaskan maka momennya akan segera dikembalikan dan tegangan menjadi hilang, sifat ini
disebut ‘elastis’ dan benda yang mempunyai sifat ini disebut benda elastis dan dinyatakan dalam
persamaan sbb,
s = E.g
Persamaan ini terkenal sebagai hukum Hooke, dimana;
s = Stress , E = Strain, g = Modulus Young
c. Viscoelastic
Sifat dari benda yang merupakan gabungan antara viscositas cairan (yang tidak menun-jukkan
sifat elastisitas) dan elastisitas dari padatan (yang tidak menunjukkan kekentalan/ viscositas)
disebut viscoelastis. Polietilen adalah salah satu benda yang bersifat viscoelastis.
Pergeseran Fluida
Mengalirnya fluida didalam istilah teknis dikenal dengan nama geseran fluida (Shear flow).
Didalam pergeseran fluida yang tetap ada 3 hal yaitu:
1. Tegangan geser (Shear stress)
dimana,
tyx = Tegangan geser (Shear stress)
F = Gaya
A = Luas penampang
2. Kecepatan geser (Shear rate)
dimana;
g = Kecepatan geser (Shear rate)
3. Kekentalan geser (Shear viscosity)
dimana,
m = Kekentalan geser (Shear viscosity)

Beberapa parameter yang berpengaruh terhadap Shear viscosity:


a. Melt Index
Melt index merupakan penggambaran/representasi dari Berat Molekul. Pada polietilen linear
(tanpa percabangan rantai panjang) dengan peningkatan Berat Molekul atau penurunan Melt
index maka akan terjadi penurunan pada Shear viscosity.

b. Percabangan rantai panjang (LCB)


Apabila Polietilen (PE) yang mempunyai rantai cabang panjang (LCB) dibandingkan dengan PE
yang linear (tanpa LCB) maka akan terlihat bahwa PE dengan LCB mempunyai,
- Shear viscosity yang lebih rendah.
- Kecenderungan terjadinya melt fracture yang lebih rendah pada kecepatan geser yang tinggi.
- Konsumsi tenaga ekstrusi yang lebih rendah.

Model-model fluida
Fluida mempunyai sifat-sifat spesifik yang umumnya memenuhi model-model seperti berikut:
a. Model Newtonian
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Air
Persamaan yang berlaku adalah
dimana :
tyx = shear stress
dVx/dy = shear rate
m = viskositas

b. Model Bingham
Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Pasta gigi
Persamaan yang berlaku adalah
dg syarat ltyxl > to

c. Model Perpangkatan (Power Law)


Contoh fluida yang memenuhi model ini adalah Polymer
Persamaan yang berlaku adalah
jika :
¨ n = 1 Newtonian dimana m=m
¨ n <> 1 Dilatant

Sifat bentuk lelehan


a. Swell Ratio
Disamping MI dan HLMI, sifat bentuk lelehan lain yang penting untuk Polietilen adalah swell ratio.
Swell ratio ditentukan dengan mengukur diameter extruded yang sudah dingin yang keluar dari
orifice pada waktu mengukur MI atau HLMI. Swell ratio digunakan sebagai index elastisitas
lelehan. PE mempunyai kecenderungan semakin lebar Distribusi Berat Molekulnya dan semakin
banyak jumlah cabang rantai panjangnya maka swell rationya semakin besar.

b. Melt fracture
Melt fracture terjadi jika polietilen diextrude pada kecepatan geser yang tinggi sehingga
menyebabkan produk mempunyai permukaan yang tidak halus, bentuk tidak teratur dan extrusion
tidak stabil. Melt fracture akan merusak kenampakan bentuk produk. Melt fracture dapat diukur
dengan alat rheometer, atau mudahnya melt fracture dapat dilihat secara langsung pada
permukaan lelehan yang sudah dingin. Tegangan yang menyebabkan terjadinya melt fracture
disebut ‘tegangan geser kritis’ (sC) dan kecepatan geser pada waktu itu ‘kecepatan geser kritis’
(gc). Sementara hubungan antara tegangan geser kritis dan kecepatan geser kritis adalah
gc = sC / h
Kecepatan geser kritis dapat dinaikkan pada temperature yang sama yaitu dengan menurunkan
viscositas lelehan (h) secara khusus, hal ini dapat dilakukan dengan meperlebar Distribusi Berat
Molekulnya.

c. Melt Tension
Melt tension adalah tension/tegangan dari resin pada keadaan meleleh (bentuk extruded) dari
orifice pada beban konstan, pengukuran dilakukan dengan menarik extruded pada kecepatan
konstan. Melt tension merupakan fungsi MI atau Swell ratio dan nilainya akan meningkat seiring
dengan pertambahan viscositas dan elastisitas. Secara khusus semakin rendah MI atau semakin
lebar Distribusi BM nya maka semakin besar nilai melt tensionnya.

d. Draw Down
Batasan draw down paling seering digunakan pada pemrosesan pelapisan (coating process)
untuk HDPE gejala ini ditunjukkan oleh exrtuded parison dari blow molding yang jatuh karena
adanya gravitasi. Apabila harga draw down tinggi maka akan mengakibatkan distribusi tebal tidak
merata pada sisi sebelah atas dan bawah dari produk. Hal ini menjadikan masalah pada
pembuatan produk berukuran besar yang mana parison menjadi berat, draw down sangat erat
berhubungan dengan melt tension

e. Spinnability
Hampir ada kemiripan antara melt tension dan spinability, melt tension merupakan besarnya
tension dari resin dalam keadaan lelehan yang keluar dari orifice pada kecepatan pembebanan
yang tetap. Sedangkan spinability adalah kecepatan untuk memutus resin jika ditarik pada
percepatan yang tetap. Spinability sangat berguna pada industri monofilament, yaitu untuk
mengetahui kecepatan pemrosesan tertinggi.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2 yaitu Sistem Newton dan Sistem
Non-Newton.

Sistem Newton
Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk
tumpukan kartu seperti pada gambar berikut :

Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan
terbawah tetap diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan kecepatan konstan,
sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding langsung dengan
jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua lapisan
yang dipisahkan dengan jarak (dx) adalah (dv/dx) atau kecepatan geser (rate of share).
Sedangkan gaya satuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat cairan tersebut adalah (F’/A)
atau Shearing stress.
F'/A=η dv/dx atau η=(F'⁄A)/(dv⁄dx)
Viskositas (η) merupakan perbandingan antara Shearing stress (F’/A) dan Rate of shear (dv/dx).
Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2.
Cairan Newton adalah cairan yang mengikuti hukum Newton di mana nilai shearing stress
sebanding dengan nilai rate of shear (kecepatan geser), sehingga viskositasnya tetap pada suhu
ddan tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada kecepatan geser, jadi viskositasnya cukup
ditentukan pada satu kecepatan geser.

Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.

Sistem Non-Newton
Hampir seluruh sistem dispersi termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi,suspensi, dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton. Viskositas cairan
semacam ini bervariasi pada setiap kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat alirannya
dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Untuk menentukan viskositasnya
dipergunakan viskometer rotasi Stormer. Berdasarkan grafik sifat alirannya (rheogram), cairan
Non-Newton terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu (kurva naik berhimpit dengan kurva turun).
Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
Aliran Plastik
Kurva aliran plastik tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress (atau akan
memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik
tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan plastik tidak akan mengalir sampai
shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield
value, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak
mengalir).
U=([(F'⁄(A)-f]))/(dv⁄dx)
Di mana : 
U = viskositas plastik
f = yield value

Kurva aliran plastik


Aliran Pseudoplastik
Aliran pseudoplastik ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan sisntesis
seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat, metil selulosa, dan natrium karboksimetil
selulosa. Aliran pseudoplastik diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini
berkebalikan dengan sistem plastik, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi.
Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga
tunggal.

Kurva aliran pseudoplastik

Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan
konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan
meningkatnya rate of shear. Jika shearing stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali
ke keadaan fluiditas aslinya.

Kurva aliran dilatan

Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu (kurva naik tidak berhimpit dengan kurva turun).
Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni :
Aliran Tiksotropik
Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada di sebelah kiri kurva naik. Fenomena ini umumnya
dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan pseudoplastik. Kondisi ini disebabkan
karena terjadinya perubahan struktur yang tidak segera kembali ke keadaan semula pada saat
tekanan geser diturunkan. Sifat aliran semacam ini umumnya terjadi pada partikel asimetrik
(misalnya polimer) yang memiliki banyak titik kontak dan tersusun membentuk jaringan tiga
dimensi. Pada keadaan diam, sistem akan membentuk gel dan bila diberi tekanan geser, gel akan
berubah menjadi sol.

Kurva aliran tiksotropik

Aliran Rheopeksi
Pada aliran rheopeksi, kurva menurun berada di sebelah kanan kurva naik. Hal ini terjadi karena
pengocokan perlahan dan teratur akan mempercepat pemadatan suatu sistem dilatan. Bentuk
keseimbangan aliran rheopeksi adalah gel.

Kurva aliran rheopeksi


Aliran Antitiksotropik
Bila dilakukan pengukuran dengan penambahan dan penurunan tekanan geser secara berulang-
ulang pada sistem ini akan diperoleh suatu viskositas yang terus bertambah sampai akhirnya
suatu saat akan konstan.
Kurva aliran antitiksotropik

Metoda Penentu Viskositas Dan Rheologi


Viskosimeter Satu Titik
Viskosimeter ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya dihasilkan satu titik pada
rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik nol akan menghasilkan garislurus. Alat ini hanya
dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton.Yang termasuk dalam jenis ini
misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh, penetrometer, plate plastometer ,dll.
Viskosimeter Titik Ganda
Dengan viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga kecepatan geser
sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter jenis ini dapat juga digunakan baik
untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun Non-Newton. Yang termasuk
ke dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter rotasi tipeStromer, Brookfield, Rotovisco, dll.

Alat Penentu Viskositas Dan Rheologi


Viskometer Hoeppler (Bola Jatuh)
Prinsip dari alat ini yaitu suatu bola gelas atau bola besi jatuh ke bawah dalam suatu tabung gelas
yang hampir vertikal, mengandung cairan yang diuji pada temperatur konstan. Laju jatuhnya bola
yang mempunyai kerapatan dan diameter tertentu adalah kebalikan fungsi viskositas sampel
tersebut dapat dihitung dengan rumus :
ŋ = t (Sb – St) . B
Dimana :
ŋ = viskositas (poise)
t = waktu interval dalam detik
Sb = berat jenis dari bola
St = berat jenis dari cairan
B = konstanta untuk bola tertentu

Viskometer rotasi (cup dan bob)


Dalam viskometer cup (mangkuk silinder) dan bob (silinder pemutar), sampel digeser dalam
ruangan di antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup di mana bob masuk persis
ditengah-tengahnya. Ada bermacam-macam alat tipe ini, yang perbedaannya terutama terletak
pada putaran bob yang dihasilkan oleh cup atau bobnya sendiri yang berputaran. Dalam
viskometer tipe couette, cupnya yang berputar. Tarikan sampel yang kental pada bob
menyebabkannya berputar. Resultan putarannya berbanding lurus dengan viskositas sampel.
Viskometer Mac Michael adalah salah satu contoh dari alat tersebut di atas. Viskometer tipe
Searle mempunyai prinsip cup-nya diam dan bob-nya berputar. Putaran yang dihasilkan oleh
tarikan sistem yang kental yang diteliti pada umumnya diukur dengan satuan per atau sensor
dalam batang penggerak yang berhubungan dengan bob. Contoh alat yang mempunyai prinsip
demikian adalah Viskometer Rotovisco. Alat tersebut juga dapat dimodifikasikan agar bekerja
sebagai suatu alat cone and plate. Viskometer yang populer yang kerjanya berdasarkan prinsip
Searle adalah alat Stormer dan Brookfield.
III. TEORI
3.1 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh
suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui
pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka berarti viskositas dari cairan itu
rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas
tinggi. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung silinder.
Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan
maupun gas. Menurut poiseulle, jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan
waktu. (Dudgale. 1986)
Viskositas biasanya diterima sebagai “kekentalan” atau penolakan terhadap penuangan.
Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dapat dipikir sebagai cara untuk
mengukur gesekan fluid. Prinsip dasar penerapan viskositas digunakan dalama sifat alir zat cair
atau rgeologi. Rheologi merupakan ilmu tentang sifat alir suatu zat. Rheologi terlibat dalam
pembuatan, pengemasan atau pemakaian, konsistensi, stabilitas dan ketersediaan hayati
sediaan. (Moechtar, 1990)
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga cairan
mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripadagas. Viskositas gas bertambah dengan
naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur. Koefisien
viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik
dengan naiknya tekanan (Martin, 1993).
Viskositas merupakan fungsi dari waktu yang artinya dengan bertambahnya waktu viskositas
semakin meningkat. Sifat ini penting diketahui sewaktu material cetak dicampur atau saat
dimasukkan ke dalam mulut karena viskositas material cetak kosistensi light pada 5 menit setelah
pencampuran akan sama dengan kosistensi regular pada 3 menit. (Martin, 1993)
Makin tinggi viskositas maka akan semakin besar tahanannya. Bila viskositas gas meningkat
dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru menurun jika temperatur dinaikkan.
(Martin, 1993).
Pada hukum aliran viskositas Newton menyatakan hubungan antara gaya-gaya mekanika dari
suatu aliran viskos. Geseran dalam viskositas (fluida) adlah konstan sehubungan dengan
gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara
tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut
dengan viskositas. Aliran viskositas dapat digambarkan dengan dua buah bidang tersebut. Suatu
bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan
permukaan atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya,
maka tidak ada gaya tekan yang berkerja pada lapidan fluida. (Dudgale, 1986)
3.2 Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
3.2.1 Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh
tekanan.

3.2.2 Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu.
Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas
cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
3.2.3 Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan
suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan
menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu
alirnya semakin cepat.
3.2.4 Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak
laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga
tinggi.
3.2.5 Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
3.2.6 Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada
trigliseridanya naik pada keadaan yang sama. (Bird, 1987)
3.3 Berdasarkan hukum Newton tentang sifat alir cairan, maka tipe aliran dibedakan menjadi 2,
yaitu:
3.3.1 Newtonian
Cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan viskositas.
3.3.2 Non Newtonian
Aturannya tidak mengikuti aturan viskositas. Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling
besar atau mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan bukan
cairan Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau jika perlu memecah strukturnya.
(Wiroatmojo, 1988)
3.4 Macam-macam Viskositas
a. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas dinamik disebut
juga koefisien viskositas.
b. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya. Viskositas ini
dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m²/s pada SI.
c. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau suspensi biasanya
dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan murni. Untuk mengukur besarnya
viskositas menggunakan alat viskometer. Berbagai tipe viskometer dikelompokkan menurut
prinsip kerjanya. (Dudgale. 1986)
3.5 Cara Menentukan Viskositas
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada
beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain:
3.5.1 Viskometer Brookfield
Pada viscometer ini nilai viskositas didapatkan dengan mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder
(spindle) yang dicelupkan ke dalam sample. Viskometer Brookfield memungkinkan untuk
mengukur viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry. Alat ukur kekentalan (yang
juga dapat disebut viscosimeters) dapatmengukur viskositas melalui kondisi aliran berbagai bahan
sampel yang diuji. Untuk dapat mengukur viskositas sampel dalam viskometer Brookfield, bahan
harus diam didalam wadah sementara poros bergerak sambil direndam dalam cairan. (Atkins
1994)
Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan.
Sebuah spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Bentuk dari
spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan Shear Rate. Oleh karena itu untuk
membuat sebuah hasil viskositas dengan methode pengukuran Rotational harus dipenuhi
beberapa hal sebagai berikut:
a. Jenis Spindle
b. Kecepatan putar Spindle
c. Type Viscometer
d. Suhu sample
e. Shear Rate (bila diketahui)
f. Lama waktu pengukuran (bila jenis sample-nya Time Dependent). (Sukardjo. 1997)
Viskometer Brookfield merupakan salah satu viscometer yang menggunakan gasing atau
kumparan yang dicelupkan kedalam zat uji dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang
berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan umumnya
dilengkapi dengan kecepatan rotasi. (FI IV,1038). Prinsip kerja dari viscometer Brookfield ini
adalah semakin kuat putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar.
(Moechtar,1990)
3.5.2 Viskometer Oswald
Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu
untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Didalam percobaan diukur waktu aliran untuk volume V (antara tanda a dan b) melalui pipa kapiler
yang vertical. Jumlah tekanan (P) dalam hokum Poiseuille adalah perbedaan tekanan antara
permukaan cairan, dan berbanding lurus dengan r. (Moechtar,1990)
3.5.3 Viskometer Hoppler
Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak
atau tinggi tertentu. Karena adanya gravitasi benda yang jatuh melalui medium yang berviskositas
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan
maksimum akan dicapai jika gaya gravitasi (g) sama dengan gaya tahan medium (f) besarnya
gaya tahan (frictional resistance) untuk benda yang berbentuk bola stokes. (Moechtar,1990)
3.5.4 Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding dalam
dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya
aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga
menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990)
3.5.5 Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan
hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang
berputar (Moechtar,1990).
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap, tidak dipengaruhi oleh kecepatan
geser. Sehingga untuk menentukan viskositas cairan Newton dapat ditentukan hanya
menggunakan satu titik rate og shear saja. Cairan non Newton ini dibagi ke dalam ke dalam dua
kelompok, yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi waktu, diantaranya:
a. Aliran plastis
b. Aliran pseudoplastis
c. Aliran dilatan
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu, diantaranya:
a. Aliran thisotropik
b. Aliran rhepeksi
c. Aliran antihitksotropik
Viskositas cairan non Newton bervariasi pada setiap rate of shear, sehingga untuk mengetahui
sifat alirannya harus dilakukan pengamatan pada berbagi rate of shear. Nilai viskositas dinyatakan
dalam viskositas spesifik, kinematik dan instrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan
membandingkansecara langsung kecepatan aluran suatu larutan dengan pelarutnya. Viskositas
kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun
kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler. Untuk penentuan
viskometer larutan primer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde.
(Wiroatmojo, 1988)
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Viskositas spesifik
ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan
pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan. Baik
viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas
dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer kapiler.
Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah
viskometer Ubbelohde. (Wiroatmojo, 1988)

IX. DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika jilid I. Jakarta : Erlangga
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika, edisi II, Jilid 3. Jakarta: UI Press.
Moechtar. 1990. farmasi fisik. Yogyakarta : UGM-press.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika I . Jakarta : Rineka Cipta.
Wiroatmojo. 1988. Kimia Fisika. Jakarta: Depdikbud.

PERCOBAAN I
PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON

DENGAN VISKOSIMETER OSTWALD  


A.    Tujuan

1.         Mempelajari cara penentuan viskositas larutan newton dengan viskosimeter Ostwald

2.         Mempelajari pengaruh kadar laruta terhadap viskositas larutan

B.     Landasan teori

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.

Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.

Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat.

Cairan yangmengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan

cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar

( Sutiah, 2008)

Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya

mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan

sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana

perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter

inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskositas dapat digambarkan dengan dua buah

bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan

bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan

atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan

beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan

fluida (Dugdale, 1986)

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer.

Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

1.      Viskometer kapiler / Ostwald

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi

cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer

Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu
zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut

(Moechtar,1990).

2.       Viskometer Hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan

sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkanz

bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan

jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Moechtar,1990).

3.      Viskometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding

dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah

terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube

sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian

tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).

4.      Viskometer Cone dan Plate


Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian
dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam
kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar (Moechtar,1990).
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik, kinematik dan intrinsik. Viskositas
spesifik ditentukan dengan membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan
dengan pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan densitas larutan.
Baik viskositas spesifik maupun kinematik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran
viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis viskometer
kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan polimer, viskometer kapiler yang paling tepat adalah
viskometer Ubbelohde. (Rochima, 2007).
Gliserol adalah senyawa yang netral, dengan rasa yang manis, tidak berwarna,cairan
kental dengan titik lebur 20 oC dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290 oC.Gliserol dapat larut
sempurna dalam air dan alkohol, tapi tidak dalam minyak.Sebaliknya, banyak zat dapat lebih
mudah larut dalam gliserol dibanding dalam airmaupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupkan
pelarut yang baik (Petruci, 1989).
Asam lemak, bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati
atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada mahluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak makan (minyak goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan
nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak terhidrolisis) maupun
terikat sebagai gliserida. Minyak merupakan turunan ester dari gliserol dan asam lemak
(Olson  dkk, 1993).

Anda mungkin juga menyukai