Anda di halaman 1dari 7

Lainnya Buat Blog Masuk

dessy_nursetia
Life's for sharing. Let us share knowledge, experience, and happiness..^^

Sunday, March 18, 2012

Total Pageviews
PENENTUAN KADAR KARBOHIDAT DENGAN
METODE ANTHRONE 3 5 8 9 4 2 3 5
8 9 4 4
About Me

Dessy Nursetia
PENENTUAN KADAR KARBOHIDAT DENGAN METODE
Hi... I'm dessy Let's be friends
ANTHRONE ^^
View my complete profile

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kimia Pangan

Blog Archive

► 2017 (2)
► 2016 (12)
· Oleh :
► 2015 (8)
· Dessy Nursetiani Rahayu
► 2014 (17)
P17331111025
► 2013 (1)
· Krisha Nurul Anindita
▼ 2012 (4)
P17331111028
► May (1)
► April (1)
▼ March (2)
Penentuan Reducing Sugar
Metode Lane Eynon (hidrol...
PENENTUAN KADAR
KARBOHIDAT DENGAN
METODE ANTHRONE

► 2011 (1)
► 2010 (1)

Beranda

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Search This Blog


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
Search
JURUSAN GIZI
2012

Say yes !!

Jalani hari dengan semangat!!


Tetap optimis, tinggal menunggu keyakinan itu
akan menjadi kenyataan. Aamiinnn..
Biarkan saja yang ngga sejalan, karena hidup
1. Judul Praktikum : kita yang menentukan.. terus berusaha tunggu
Penentuan Kadar Karbohidrat dengan Metode Anthrone sebentar dan sabar..
Semua indah pada waktunya ^^

2. Tanggal Praktikum :
Sabtu, 14 Maret 2012 flower

3. Tujuan Praktikum :

a. Tujuan Umum
Mengetahui adanya kadar gula secara total, baik gula pereduksi maupun non
pereduksi pada bahan pangan dengan metode Anthrone.

b. Tujuan Khusus
- Menggunakan metode Anthrone dengan cara hidrolisa.
- Memahami reaksi–reaksi yang terjadi pada senyawa karbohidrat dengan
Subscribe To
metode Anthrone.
- Mengukur penyerapan warna yang terbentuk dengan spektrofotometer.
Posts
- Menghitung kadar gula pada bahan pangan dengan menggunakan kurva
Comments
standar.

4. Prinsip
Report Abuse

Anthrone, 9,10 dehidro-9 ketoanthrone bereaksi dengan karbohidrat


membentuk warna biru kehijauan. Warna yang dibentuk diukur serapannya Followers
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm.
Pengikut (7)

5. Reaksi :

Ikuti

Translate

Select Language Select Lan


Powered by Translate
Powered by Translate

6. Tinjauan Pustaka :

Karbohidrat adalah penyumbang utama dari komponen yang membentuk


produk pangan baik sebagai komponen alami maupun bahan yang
ditambahkan. Penggunaannya sangat luas dan jumlah penggunaannya cukup
besar (Fennema 1996) baik untuk pemanis, pengental, penstabil, gelling agents
dan fat replacer (Christian dan Vaclavik 2003). Karbohidrat dapat dimodifikasi
baik secara kimia dan biokimia dan modifikasi itu digunakan untuk memperbaiki
sifat dan memperluas penggunaannya.
Karbohidrat digunakan dalam kimia untuk senyawa dengan formula
Cm(H2O)n, tetapi kini rumus molekul itu tidak secara kaku digunakan untuk
mendefinisikan karbohidrat (Kennedy dan White 1988). Sebelumnya beberapa
ahli kimia memasukkan formaldehid dan glikoaldehid sebagai karbohidrat,
namun sekarang istilah karbohidrat dalam biokimia, tidak mengikutsertakan
senyawa yang kurang dari tiga atom karbon. Southgate (1978) menggunakan
definisi karbohidrat sebagai senyawa yang tersusun oleh polihidroksi aldehid,
keton, alkohol, asam dan turunan sederhananya serta polimernya yang memiliki
ikatan polimer tipe asetal.
Total karbohidrat yang ada dalam bahan pangan perlu diketahui dengan
alasan: standards of identity (pangan harus memiliki komposisi yang sesuai
dengan regulasi pemerintah); nutritional labelling (menginformasi konsumen
mengenai kadar nutrisi dalam bahan pangan); detection of adulteration (tiap
tipe pangan memiliki 'fingerprint' karbohidrat); food quality (sifat fisikokimia dari
pangan seperti kemanisan, penampakan, stabilitas dan tekstur tergantung tipe
dan stabilitas karbohidrat yang ada); ekonomi (agar lebih dapat menghemat
biaya produksi bahan yang digunakan pada industri) dan food processing
(efisiensi dari proses pangan banyak tergantung pada jenis dan kadar
karbohidrat). Dalam berbagai studi mengenai bahan makanan penting untuk
mengetahui persentasi kadar karbohidrat pada pangan yang diujikan sehingga
nilai karbohidrat pada bahan lain dapat dikonversi menjadi nilai total pangan.
Total karbohidrat atau total karbohidrat menurut Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (2005) meliputi gula, pati, serat pangan dan komponen
karbohidrat lain. Pernyataan jumlah total karbohidrat dalam gram penyajian
yang dinyatakan dengan nilai gram terdekat, jika penyajian kurang dari 0,5
gram, jumlah kadarnya dapat dinyatakan sebagai nol dan jika penyajian lebih
dari 0,5 gram dibulatkan ke kelipatan 1 gram terdekat. Total karbohidrat dapat
dinyatakan dengan total karbohidrat by difference.
Total karbohidrat dalam pengukuran karbohidrat dengan metode
langsung dinyatakan dalam bentuk persen yang setara dengan glukosa. Satuan
glukosa (glucose equivalent) juga dapat diganti dengan larutan gula lain yang
dijadikan sebagai larutan standar.
Metode yang telah dikembangkan untuk analisis karbohidrat sangat
banyak, dan tergantung juga oleh jenis analisis (kuantitatif atau kualitatif) dan
tipe karbohidrat yang dianalisis. Sehingga metode pengukuran karbohidrat
sangat beragam mulai dari metode kromatografi dan elektroforesis
(Kromatografi Lapis Tipis, Kromatografi Likuid Kinerja Tinggi dan Kromatografi
Gas); metode kimia (metode titrasi Lane Eynon, metode gravimetri Munson
Walker, metode Luff Schoorl, metode kolorimetri seperti anthrone sulfat dan
fenol sulfat); metode enzimatis; metode fisik (polarimetri, indeks refraktif,
densitas dan infra merah) serta metode immunoassay.
Penggunaan Metode Anthrone untuk analisis total karbohidrat mulai
berkembang sejak penggunaan pertama kali oleh Dreywood pada tahun 1946
untuk uji kualitatif. Dasar dari reaksi ini adalah kemampuan karbohidrat untuk
membentuk turunan furfural dengan keberadaan asam dan panas, yang
kemudian diikuti dengan reaksi dengan anthrone yang menghasilkan warna biru
kehijauan (Sattler dan Zerban 1948) dalam Brooks et al (1986).
Anthrone, C6H4COC6H4CH2, adalah turunan dari anthraquinone.
Senyawa ini diproduksi oleh reduksi katalitik dari anthraquinone oleh asam
hidroklorat dengan keberadaan logam timah. Senyawa ini mungkin ada dalam
bentuk keto atau enol, yang masing-masing dikenal dengan nama anthrone and
anthranol.
Mekanisme pembentukan warna anthrone dengan gula telah diteliti. Hurd
dan Isenhour (1932) dan Wolfrom et al (1948) mempostulasikan bahwa
karbohidrat dan turunannya mengalami pembentukan cincin dalam keberadaan
asam kuat dari mineral, seperti yang ditunjukkan untuk glukosa.
Tiap tahap adalah pemecahan dari glukosa(I) menjadi 5-
(hydroxymethyl)-2-furaldehyde(IV) menunjukkan dehidrasi baik pada double
bond atau pembentukan cincin. Wolfrom et al. (1948) menunjukkan bukti
spektroskopik untuk senyawa intermediate (II) dan (III) pada reaksi ini Sattler 8
and Zerban (1948) menyarankan bahwa pembentukan warna hijau pada reaksi
anthrone tergantung oleh keberadaan 5-(hidroksimetil)-2-furaldehid, atau
senyawa furfural yang mirip, yang dibentuk oleh reaksi asam sulfat pada
karbohidrat.
Momose et al. (1957) melakukan kromatografi pada ekstrak benzene dari
pewarna terhadap alumina dan menunjukkan bahwa bagian yang dapat larut
dari benzene-terdiri dari beberapa pewarna yang memberikan pewarnaan yang
berbeda dengan asam sulfat. Mereka menentukan berat molekul dari salah satu
pewarna utama yaitu kurang lebih 530, dan mempostulasikan formula dari
pewarna itu (C47H30O3). Mereka menyimpulkan bahwa 3 mol anthrone
bereaksi dengan 1 mol glukosa.
Dari data analisis dan spektrum inframerah dari pewarna, dan
mekanisme reaksinya dipertimbangkan, mereka menduga struktur yang
mungkin adalah 1,2,5,-atau 1,3,5,-trianthronylidenepentane.
Ludwig dan Goldberg (1956) melaporkan adaptasi dari Metode Anthrone
kolorimetri untuk analisis total karbohidrat secara kuantitatif pada pangan.
Metode yang digunakan relatif cepat dan akurat serta lebih baik daripada
metodologi analisis karbohidrat sebelumnya, yaitu metode
Somogyi-Shaffer-Hartmann yang menggunakan teknik teknik iodometri
dan prinsip gula pereduksi. Mereka menunjukkan bahwa persiapan hidrolisis
dan deproteinisasi tidak perlu dilakukan ketika teknik anthrone digunakan.
Uji Anthrone ini memiliki kelebihan dalam hal sensitifitas dan
kesederhanaan ujinya (Koehler 1952).Sejumlah kecil karbohidrat dapat
memberikan warna yang terdeteksi dengan menggunakan spektrofotometer.
Dreywood (1946) melakukan uji spesifisitas dari reaksi dan membuat daftar 18
jenis karbohidrat, termasuk beberapa turunan selulosa, yang memberikan hasil
positif. Dia juga melaporkan hasil negatif terhadap kelompok besar
nonkarbohidrat, termasuk sejumlah resin sintetik nonselulosa, asam organik,
aldehid, fenol, lemak, terpena, alkaloid, dan protein. Nonkarbohidrat yang
menunjukkan hasil positif hanya furfural, tetapi hasil positif ini cepat menghilang
karena warna hijau dikaburkan oleh presipitat coklat. Morris (1948) juga
menunjukkan spesifisitas anthrone untuk karbohidrat sangat tinggi, dan dia
melaporkan reaksi positif untuk semua mono-, di-, dan polisakarida murni yang
diujikan, juga sampel of dekstrin, dekstran, pati, polisakarida tumbuhan dan
gum, polisakarida tipe II dan II dari pneumococcus, glukosida, dan senyawa
asetat dari mono-, di-, dan polisakarida.
Kekurangan dari Metode Anthrone adalah ketidakstabilan dari reagen
(anthrone yang dilarutkan dalam asam sulfat), sehingga perlu dilakukan
persiapan reagen yang baru setiap hari.
Dreywood (1946) memperhatikan bahwa panas yang dihasilkan oleh
pelarutan asam sulfat merupakan bagian yang penting dalam uji. Morris (1948)
melihat signifikansi dari panas pada reaksi anthrone dan menunjukkan bahwa
pada sejumlah karbohidrat yang diberikan, intensitas warna bervariasi dengan
jumlah panas yang dihasilkan. Oleh karena itu kurva standar juga perlu dibuat
setiap hari.
Nilai total karbohidrat tidak dapat dinyatakan dalam persen karbohidrat,
tetapi lebih baik dinyatakan dengan istilah glucose equivalents per cent, karena
kepekatan warna yang dihasilkan dari reaksi anthrone bervariasi dengan tipe
gula yang ada. Kepekatan warna yang sama contohnya, ditunjukkan oleh 100
µg. glukosa, 105 µg. maltosa, dan 111 µg glikogen. Gula murni lain selain
glukosa dapat dikalkulasi dengan faktor konversi. Tetapi jika terdapat campuran
karbohidrat yang tidak diketahui pada bahan pangan faktor konversi itu tidak
dapat digunakan, dan hasilnya bukan persentase karbohidrat absolut,
melainkan ekuivalen glukosa, yang dapat bervariasi dari nilai persentasi
karbohidrat yang sebenarnya dengan jumlah yang tidak dapat ditentukan.
Keganjilan ini tidak signifikan ketika nilai glucose equivalents per cent
digunakan hanya sebagai basis untuk mengkonversi nilai total karbohidrat
menjadi nilai total pangan (Beck dan Bibby 1961). Untuk tujuan ini glucose
equivalents per cent hanya sebagai indeks dari persentasi absolute dari
masing-masing karbohidrat dalam pangan.

7. Alat dan Bahan


a. Alat b. Bahan
- Gelas arloji - Larutan bahan (Ubi 5 gram)
- Kompor listrik - Larutan anthrone (2 gram/1 dalam
- Gelas kimia H2SO4 pekat)
- Gelas ukur - Larutan standar glukosa
- Mortar - Akuades (H2O)
- Labu seukuran ukuran (250 ml, 100 - HCl pekat
ml)
- Krustang
- Pipet volumetrik 1 ml
- Erlenmeyer
- Pipet tetes
- Red ball
- Corong
- Kertas saring
- Batang pengaduk
- Alat spektrofotometer

8. Prosedur Praktikum
a. Timbang bahan sebanyak 5 gram + 3 ml HCL p tambahkan H2O sehingga
volume mencapai 100 ml, kemudian pipet 5 ml bahan yang sudah disaring
dilarutkan dalam 250 ml H2O.
b. Pipet tepat 1 ml larutan bebas protein masukan kedalam tabung reaksi.
c. Tambahkan 3 ml larutan anthrone , kocok hingga homogen.
d. Tutup tabung reaksi dengan sebuah kelereng, panaskan tabung reaksi
dalam penangas air mendidih selama 10 menit.
e. Dinginkan dan baca intensitas warna yang terbentuk pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 620 nm.
f. Buatlan blanko dengan prosedur yang sama hanya tanpa larutan bahan.
g. Buat kurva standar glukosa dengan larutan standar dari berbagai
konsentrasi (30 uq, 40 uq, 50 uq, 60 uq, 70 uq). Warna yang terbebtuk
dibaca pada spektrofotometer.
9. Hasil Perhitungan :
Absorbansi (A) pada ubi (bahan) = 1,534 A
Absorbansi (A) pada blanko = 0,213 A
Data kadar larutan glukosa standar dengan absorban
Kelompok Kadar larutan glukosa Absorbansi (A) pada
standar (µl/100 ml) glukosa standar=620
(x) nm
(y)
1 10 µl 0,176
2 20 µl 0,354
3 30 µl 0,263
4 40 µl 0,250
5 50 µl 0,162
6 60 µl 0,371
7 70 µl 0,229
Jumlah 280 µl 1,805

Kurva standar hubungan kadar glukosa-absorbansi

A = 33,89
B = 23,67

1. Y = a +bx 5. Y = a + bx
= 33,89 + 23,67 . 10 = 33,89 + 23,67 . 50
= 270,59 = 1217,39

2. Y = a +bx 6. Y = a + bx
= 33,89 + 23,67 . 20 = 33,89 + 23,67 . 60
= 507,29 = 1454,09
3. Y = a + bx 7. Y = a + bx
= 33,89 + 23,67 . 30 = 33,89 + 23,67 . 70
= 743,99 = 1690,79
4. Y = a + bx
= 33,89 + 23,67 . 40
= 980,69

10. Pembahasan Hasil :


Hasil dari praktikum yang telah dilakukan, penentuan kadar gula secara
total dengan metode Anthrone dapat diketahui dengan terbentuknya warna
biru kehijauan pada sampel yang di uji dan kemudian warna yang terbentuk
diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620
nm. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, larutan bahan (ubi) berubah
warna menjadi berwarna biru kehijauan setelah dipanaskan pada tabung
reaksi dalam penangas air mendidih selama 10 menit, penggunaan penangas
air ini agar tidak terjadinya penguapan yang berlebihan pada larutan bahan.
Selain itu, larutan bahan sebelumnya juga ditambahkan 3 ml HCL pekat dan 3
ml larutan anthrone. Penambahan HCL pekat ini agar proses hidrolisis pada
pangan lebih cepat, juga berfungsi sebagai penarik protein dan lemak pada
bahan pangan yang dapat mempengaruhi kadar gula.
Hasil dari pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer,
absorbansi pada larutan bahan (ubi) adalah 1,534 A, absorbansi pada blanko
adalah 0,213 A. Sedangkan kadar larutan glukosa standar dengan absorban
dapat dilihat pada data diatas. Tetapi, hasilnya ternyata tidak sesuai dimana
seharusnya semakin tinggi kadarnya semakin tinggi pula absorbannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tejadinya ketidak sesuaian itu
diantaranya, faktor penimbangan bahan yang kurang atau melebihi dari yang
seharusnya, pemipetan yang tidak sesuai, faktor pengenceran yang terlalu
pekat sehingga pembacaan warna absorbannya tinggi.

11. Kesimpulan :
Dari hasil praktikum diketahui hasil dari pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometer, absorbansi pada larutan bahan (ubi) adalah
1,534 A, absorbansi pada blanko adalah 0,213 A. Nilai dari standar gula yang
didapatkan menggunakan spektofotometer adalah 10 uq=0,176 A, 20
uq=0,354 A, 30uq=0,263 A, 40uq=0,250 A, 50uq=0,162 A, 60 uq=0,371 A,
70uq=0,229 A. Hasil yang didapatkan sangat tidak sesuai karena nilai
absorbannya naik turun tidak stabil. Oleh karena itu, dibutuhkan perhitungan
khusus agar bisa membuat kurva standar glukosa dan didapatkan hasil 10
uq=270,59 A, 20 uq=507,29 A, 30 uq=743,99 A, 40uq=980,69 A, 50
uq=1217,39 A, 60uq=1454,09 A, 70uq=1690,79 A. Pada hasil perhitungan
tersebut dapat dibuat kurva garis lurus karena perbedaan nilai absorban yang
cukup signifikan dalam setiap kenaikan konsentrasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tejadinya ketidak sesuaian itu diantaranya, faktor
penimbangan bahan yang kurang atau melebihi dari yang seharusnya,
pemipetan yang tidak sesuai, faktor pengenceran yang terlalu pekat sehingga
pembacaan warna absorbannya tinggi.

12. Daftar Pustaka :

-
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53643/BAB%20I%20Penda
huluan.pdf

- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18804/4/Chapter%20II.pdf

- http://eprints.undip.ac.id/4939/1/Analisis_Pangan_Buku.pdf

-
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53643/BAB%20III%20Meto
dologi%20Penelitian.pdf

at March 18, 2012

No comments:
Post a Comment

Enter your comment...

Comment as: Google Account

Publish Preview

Newer Post Home Older Post

Subscribe to: Post Comments (Atom)

DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR


GOLONGAN I BAHAN MAKANAN SUMBER KARBOHIDRAT 1 Satuan Penukar = 175 Kalori dan 4 g
Protein dan 40 g Kh Bahan Makanan Bera...

BAHAN TAMBAHAN PANGAN


BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Teknologi Pangan Oleh: ...

LAPORAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)


LAPORAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) PADA OSENG TEMPE
KACANG MERAH o leh : Dessy...

Pedoman Gizi Seimbang

Simple love ^^

Tuhan, terima kasih atas nikmat-Mu hari ini..


Jadikanlah kami diantara orang-orang yang bersyukur kerpada-Mu dalam keadaan apapun..

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai