TUJUAN
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum browning/reaksi pencoklatan adalah agar mahasiswa dapat
memahami konsep reaksi pencoklatan serta memahami pengaruh asam dan basa terhadap
sukrosa.
Tujuan dari praktikum karbohidrat adalah mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami proses dari gelatinisasi pada beberapa jenis tepung.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan browning/reaksi pencoklatan adalah untuk mengetahui
pengaruh perlakuan yang berbeda terhadap reaksi pencoklatan enzimatis pada permukaan
potongan buah apel serta mengetahui pengaruh panas, asam, dan alkali pada proses
karamelisasi.
Tujuan dari percobaan karbohidrat adalah untuk mengetahui suhu gelatinisasi pati dan
perubahan viskositasnya berdasarkan konsentrasi tepung tapioka dan tepung maizena.
Pertanyaan:
1. Bagaimana perubahan yang terjadi pada setiap perlakuan sampel apel? Kaitkan dengan
mekanisme terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis.
Jawab:
Setelah dilakukan percobaan terjadi perubahan pada setiap sampel. Pada sampel apel
di udara terbuka perubahan terjadi pada intensitas warna yang menjadi coklat muda dan
teksturnya menjadi sedikit keras. Pada sampel apel direndam vitamin C intensitas
warnanya masih terlihat kuning dan teksturnya agak keras. Pada sampel apel direndam
Na2SO3 intensitas warnanya juga masih tampak kuning dan teksturnya sangat keras. Pada
sampel apel direndam larutan gula perubahan intensitas warnanya menjadi coklat tua dan
teksturnya agak keras. Pada sampel apel di-blanching 30 detik intensitas warnanya
berubah menjadi coklat muda dan teksturnya sangat keras. Pada sampel apel di-blanching
3 menit intensitas warnanya berubah menjadi coklat dan teksturnya lembek.
Perubahan warna dan tekstur yang terjadi pada setiap sampel diakibatkan oleh adanya
reaksi dari pencoklatan enzimatis. Mekanisme dari reaksi reaksi pencoklatan enzimatis
yaitu melibatkan enzim polifenol oksidase yang bereaksi dengan substratnya dan
menghasilkan pigmen melanin yang berwarna coklat. Untuk terjadinya reaksi ini,
dibutuhkan enzim polifenol oksidase dan oksigen yang berinteraksi dengan substrat secara
spesifik. Reaksi ini biasanya terjadi ketika jaringan tanaman terpotong, terkupas, atau
mengalami kerusakan mekanis. Buah-buahan atau sayuran yang banyak mengandung
senyawa fenolik seperti catechin, tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, dan
leukoantosianin lebih rentan mengalami proses pencoklatan enzimatis
2. Sebutkan perlakuan yang dapat menghambat terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis, serta
jelaskan mekanisme penghambatan reaksi tersebut.
Jawab:
Reaksi pencoklatan enzimatis dapat memiliki dampak negatif pada produk pangan,
seperti hilangnya nilai gizi dan kerusakan pada rasa bahan pangan tersebut. Oleh karena
itu, dalam industri pangan, perlu dilakukan tindakan untuk meminimalkan penurunan
kualitas produk dengan mengendalikan proses pencoklatan enzimatis. Beberapa metode
yang dapat digunakan termasuk blanching, perendaman, menurunkan pH, menambahkan
larutan metabisulfit, dan menambahkan larutan gula.
Blanching adalah salah satu cara untuk mencegah pencoklatan enzimatis dengan
memanaskan bahan pangan pada suhu 80-90oC. Tujuan dari blanching adalah untuk
menginaktifkan enzim, sehingga pencoklatan tidak terjadi atau tidak berlanjut. Metode
lainnya adalah dengan perendaman, yang dapat meminimalkan kontak bahan pangan
dengan oksigen dan mencegah pencoklatan. Menurunkan pH juga bisa digunakan sebagai
cara untuk mencegah pencoklatan enzimatis, dengan menambahkan asam asetat atau asam
sitrat untuk menurunkan pH lingkungan di bawah 3. Penambahan larutan metabisulfit juga
dapat mencegah pencoklatan dengan membentuk ikatan disulfida dengan enzim PPO,
sehingga menghambat pengikatan dengan oksigen. Sedangkan larutan sirup gula dapat
membentuk lapisan atau mantel yang mencegah kontak bahan pangan dengan oksigen, dan
juga menurunkan pH lingkungan sehingga enzim PPO menjadi tidak aktif.
3. Bagaimana perubahan yang terjadi pada setiap perlakuan sampel gula? Kaitkan dengan
mekanisme terjadinya proses karamelisasi pada gula.
Jawab:
Perubahan yang terjadi pada setiap perlakuan sampel gula setelah diamati pada
sampel yang pertama yaitu akuades tidak terjadi perubahan intensitas warna yang
signifikan dikarenakan warnanya masih menunjukkan warna kuning. Pada sampel asam
asetat juga tidak terjadi perubahan warna dan masih menunjukkan warna kuning. Pada
sampel HCl 0,1 N terjadi perubahan intensitas warna yaitu menjadi coklat. Pada sampel air
kapur dan NaOH terjafi perubahan intensitas warnanya menjadi coklat muda.
Perubahan intensitas warna yang terjadi pada setiap sampel gula disebabkan oleh
adanya proses pencoklatan non enzimatis atau karamelisasi. Mekanisme atau proses
karamelisasi dimulai dengan menguapkan air dari sukrosa sehingga konsentrasinya
meningkat dan titik didihnya meningkat. Setelah semua air menguap, cairan yang tersisa
akan terdiri dari sukrosa yang meleleh. Sukrosa memiliki titik lebur sekitar 160 oC dan
ketika dipanaskan melebihi titik lebur tersebut, misalnya pada suhu 170 oC, karamelisasi
sukrosa akan terjadi.
4. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi pencoklatan enzimatis dan non
enzimatis. Jelaskan juga keuntungan dan kerugian reaksi pencoklatan dan karamelisasi di
bidang pangan.
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat reaksi pencoklatan enzimatis meliputi
kandungan komponen fenolik, aktivitas enzim polifenol oksidase, keberadaan oksigen, ion
logam, pH, dan suhu. Di sisi lain, faktor-faktor yang memengaruhi reaksi pencoklatan
non-enzimatis biasanya terjadi selama proses pengolahan makanan. Sebagai contoh,
proses karamelisasi pada gula merupakan proses pencoklatan yang disebabkan oleh reaksi
antara gula reduksi dan asam amino (komponen penyusun protein) pada suhu tinggi dan
waktu yang lama. Perlu dicatat bahwa gula dalam konteks makanan bukanlah merujuk
pada gula pasir atau gula jawa, melainkan termasuk dalam kategori karbohidrat. Beberapa
contoh gula kompleks termasuk tepung terigu dan pati (amilum). Selain itu, browning
dapat terjadi karena pelukaan sel yang menyebabkan enzim fenolase menjadi aktif (seperti
ketika dipotong atau dikupas), atau karena adanya logam yang berfungsi sebagai katalis
(seperti saat memotong dengan pisau berkarat), serta akibat kontak dengan udara (oksigen)
akibat pelukaan.
Proses pencoklatan memiliki pentingnya dalam pengolahan bahan makanan, karena
dapat membawa keuntungan maupun kerugian. Beberapa produk seperti kopi, teh, bir, dan
coklat dapat diterima dengan adanya pencoklatan. Meskipun demikian, pada umumnya
pencoklatan tidak diinginkan karena dapat merusak warna, aroma, dan kandungan gizi
pada produk makanan. Pada percobaan yang dilakukan pada apel, reaksi pencoklatan tidak
hanya merusak tampilan visual, tetapi juga dapat mengubah rasa dan menghilangkan
nutrisi pada buah apel. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nilai jual produk. Di sisi
lain, reaksi pencoklatan non enzimatis atau karamelisasi masih memiliki keuntungan, yaitu
dapat meningkatkan rasa pada masakan.
5. Bagaimana pengaruh konsentrasi tepung tapioka dan tepung maizena terhadap viskositas
pasta pati yang terbentuk? Kaitkan dengan pengujian lama pengosongan pada pasta pati.
Jawab:
Semakin tinggi konsentrasi dari tepung tapioka dan tepung maizena yang digunakan
maka viskositas dari pasta pati yang terbentuk akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
apabila semakin tinggi kadar amilosa maka viskositas maksimum pati akan semakin
tinggi. Dapat dilihat pula pada pengujian lama waktu pengosongan pasta pati yang
menunjukkan semakin tinggi konsentrasi dari tepung yang digunakan maka waktu
pengosongannya akan semakin lama. Pada tepung tapioka dengan konsentrasi 1% lama
waktu pengosongannya 7,13 sekon sedangkan tepung tapioka dengan konsentrasi 3% lama
waktu pengosongannya >2 menit. Terjadi pula pada tepung maizena dengan konsentrasi
1% lama waktu pengosongannya 5,47 sekon. Pada konsentrasi 3% lama waktu
pengosongannya 21,37 sekon dan dengan konsentrasi 5% lama waktu pengosongannya
>2 menit.
Di udara terbuka
Direndam vitamin
C
Direndam Na2SO3
Direndam larutan
gula
Di-blanching 30
detik
Di-blanching 3
menit