240210150062
NA +
1,4 x
1 Tepung 36 25
104
Beras
NA +
-
2 Tepung 93 159
Tapioka
NA +
3 Tepung 5 7 -
Jagung
NA +
4 Tepung 34 8 3,4x103
Sagu
Agra Maharddhika
240210150062
NA +
5 Tepung 37 25 1,4x104
Ketan
NA +
6 Tepung 37 1 3,7x103
Beras
NA +
7 Tepung 32 TBUD -
Tapioka
NA +
8 Tepung 50 154 -
Jagung
NA +
9 Tepung 17 28 -
Singkong
Agra Maharddhika
240210150062
NA +
10 Tepung 68 TBUD -
Ketan
NA +
11 Tepung 207 91 5,6x104
Beras
(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2016)
beberapa jenis bakteri juga ada, jenis yang mempunyai spesies bersifat Amilolitik
misalnya Clostridium butyricium dan Bacillus Subtilis(Fardiaz, 1992).
Praktikum kali ini akan dilakukan uji amilolitik dengan menggunakan
berbagai jenis sampel tepung, yaitu tepung tapioka, tepung jagung, tepung beras,
dan tepung sagu, tepung ketan, tepung singkong. Masing-masing sampel
(sebanyak 1 gram) diencerkan hingga 10-3, lalu dari pengenceran 10-2 dan 10-
3
dituang ke dalam cawan petri. Medium yang digunakan adalah medium NA
yang khusus untuk menumbuhkan bakteri. Lalu diinkubasikan selama 2 hari pada
suhu 300C.
Pengamatan yang dilakukan setelah inkubasi adalah hitung jumlah koloni,
perhitungan SPC, dan pewarnaan gram serta amati warna bakteri, bentuk bakteri
dan jenis bakteri gram positif atau negatif. Indikator yang digunakan pada uji
amilolitik ini adalah yodium. Yodium 1% diteteskan tepat di atas koloni. Tujuan
petetesan larutan yodium 1% adalah untuk membuktikan apakah bakteri yang
tumbuh pada media adalah bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan
membentuk warna biru dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya
enzim amilase yang dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang
terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat aktivitas
enzim amilase. Areal berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukan
hidrolisis sebagian terhadap pati .
Menurut Fardiaz (1992), untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi
dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standart Plate
Counts (SPC). Ketentuannya adalah sebagai berikut :
Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni
Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni
yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu
koloni.
Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 30 dan 300.
Menurut Fardiaz (1992), dalam SPC ditentukan cara pelaporan dan
perhitungan koloni, diantaranya sebagai berikut :
Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada cawan petri,
berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu, jumlah koloni
pada pengenceran yang terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai
kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri,
berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu, jumlah koloni
pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih
dari 300 dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya
harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
Jika pada cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan jumlah
antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, dilaporkan rata-rata dari
kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. Jika
perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang
dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
Agra Maharddhika
240210150062
Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama (satuan)
dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar
dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh
karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kedua cawan
duplo dengan koloni di antara 30 dan 300. Hasil pengamatan uji amilolitik dapat
dilihat pada Tabel.1
NA +
1 3 23 2,0x104
Mentega
NA + 1%
2 lemak + TBUD TBUD -
Mentega
NA + 2,27
3 33 42
Margarin x104
NA + 1%
2,27
4 lemak + TBUD TBUD
x104
Margarin
NA +
5 38 11 -
Mentega
Agra Maharddhika
240210150062
NA + 1 %
6 Lemak + TBUD TBUD -
Mentega
NA + 2,27
7 17 15
Margarin x104
NA + Selai 9,53 x
8 45 186
Kacang 104
NA + 1%
lemak +
9 TBUD TBUD -
Selai
Kacang
NA +
10 TBUD 142 -
Kornet
NA + 1%
11 lemak + TBUD TBUD -
Kornet
Agra Maharddhika
240210150062
A. Margarin
Margarin adalah emulsi plastis atau cair (w/o) yang terdiri dari 80% lipida
dan 15000 SI. Vitamin A per 450 g. Lipida yang digunakan dapat minyak dari
biji-bijian, lemak sapi atau minyak ikan tergantung jenis mana yang banyak
dihasilkan di daerah tempat produksinya (Tjahjadi, C., dkk, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 3 dengan media
NA, pada sampel pengenceran 10-2 jumlah koloninya sebanyak 33 dan pada
Agra Maharddhika
240210150062
B. Pindakas
Pindakas biasanya dimakan sebagai teman dari roti. Pada sampel yang kita
gunakan pada praktikum kali ini memiliki rasa cokelat kacang. Cairan cokelat itu
sendiri mengandung kira-kira 55% lemak, 17% karbohidrat, 11 % protein, 6%
tanin, 2,5% asam organik, 2% kelembapan, dan cafein (Herudiyanto, 2006).
Kandungan lemak pada pindakas berdasarkan SNI 01-2979-1992 adalah 5-
55% . Kandungan lemak ini cukup tinggi, berasal dari lemak nabati. Pada sampel
pindakas dengan media NA oleh kelompok 8 jumlah koloni yang terhitung pada
pengenceran 10-2 yaitu 45 dan pengenceran 10-3 yaitu 186. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur karena jika semakin diencerkan maka jumlah bakteri akan
semakin berkurang. Hal ini bisa disebabkan karena adanya kontaminasi udara
luar. Kemudian jumlah koloni pada NA+1% lemak lebih banyak atau tidak bisa
untuk dihitung seperti pada kelompok 9. Hal ini dikarenakan adanya tambahan
lemak pada medium ini yang dibutuhkan mikroorganisme lipolitik untuk
berkembang biak. Penambahan lemak juga untuk menetralisasi atau mengurangi
karbohidrat yang mungkin terdapat padakomponen NA. Hal ini untuk mencegah
terjadinya fermentasi pada karbohidrat yang menghambat pertumbuhan mikroba
lipolitik (Pelczar, 1986), sehingga bakteri lipolitik dapat tumbuh lebih optimal.
Dugaan bakteri yang sesuai dengan pengamatan yaitu Pseudomonas, Alcaligenes,
atau Serratia.
C. Mentega
Mentega bukan merupakan suatu lemak, tetapi suatu bahan pangan
berlemak dalam bentuk emulsi water in oil (W/O) dan kedalamnya ditambahkan
bahan-bahan bukan lemak (non falty solid) dalam jumlah kecil, misalnya garam
dapur, vitamin, zat warna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat)
(Herudiyanto, 2006).
Lemak yang digunakan adalah lemak dari susu hewan, terutama lemak susu
sapi. Lemak yang dicampur dengan air dalam perbandingan tertentu akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena sistem emulsi tersebut akan pecah
dalam waktu singkat. Sistem emulsi ini dapat distabilkan dengan
penambahan emulsifiying agent, misalnya lesitin, monogliserida, atau kuning
telur (Herudiyanto, 2006).
Agra Maharddhika
240210150062
D. Kornet
Definisi kornet menurut SNI 01-3775-2006 adalah produk yang dibuat dari
potongan daging sapi segar atau beku, tanpa tulang, boleh dicampur dengan
daging bagian kepala dan jantung yang memenuhi persyaratan dan
peraturan berlaku, dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang
diizinkan melalui proses curing dan dikemas dalam wadah kedap udara (hermetis)
dan disterilkan. Kandungan lemak pada kornet cukup rendah, yaitu maksimal
12%.
Berdasarkan percobaan oleh kelompok 10 dengan media NA pada
pengenceran 10-2 jumlah koloni lebih banyak sehingga tidak bisa untuk dihitung
dan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni yang terhitung sebanyak 142 hal ini
sesuai literatur jika pengenceran 10-2 lebih menghasilkan banyak
mikroorganisme. Kemudian pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 11
dengan menggunakan media NA + 1% lemak, keduanya tidak bisa untuk
dihitung, hal ini dikarenakan adanya tambahan lemak pada medium ini yang
dibutuhkan mikroorganisme lipolitik untuk berkembang biak.
V. KESIMPULAN
Kerusakan yang terjadi akibat sifat amilolitik ini antara lain saat terjadi reaksi
hidrolisis, pati akan mencair dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan cita
rasa dan tekstur dari makanan tersebut.
Setelah ditetesi yodium 1%, warna areal bening menunjukkan patti terhidrolisis
sempurna. Warna koloni biru menunjukkan pati tidak terhidrolisis. Warna koloni
coklat menunjukkan pati terhidrolisis sebagian.
Untuk mendeteksi terjadinya hidrolisis pati oleh mikroorganisme yang tumbuh,
koloni yang terbentuk ditetesi dengan larutan yodium 1%.
Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung terigu adalah Bacillus subtilis.
Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung beras adalah Clostridium
butyricium dan E.coli
Bakteri yang tumbuh pada tepung maizena adalah E.coli
Dugaan yang terdapat pada masing-masing sampel sesuai dengan hasil
pengamatan (lipolitik) diantaranya:
-Butter Orchid: Pseudomonas, Alcaligenes, atau Serratia.
-Mentega: Bacillus.
-Pindekas: Pseudomonas, Alcaligenes, atau Serratia.
-Korned Pronas Serratia atau Micrococcus.
Koloni berwarna merah menunjukan bahwa pada setiap sampel terdapat bakteri
pengurai lemak dan dapat mengakibatkan kebusukan pada makanan.
Koloni berwarna putih, kemungkinan adalah bakteri proteolitik.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, FG., dkk. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Agra Maharddhika
240210150062