Anda di halaman 1dari 13

Agra Maharddhika

240210150062

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Amilolitik


Media & Jumlah Koloni Gambar
Kel. SPC
Sampel 10-2 10-3 10-2 10-3

NA +
1,4 x
1 Tepung 36 25
104
Beras

NA +
-
2 Tepung 93 159
Tapioka

NA +
3 Tepung 5 7 -
Jagung

NA +
4 Tepung 34 8 3,4x103
Sagu
Agra Maharddhika
240210150062

NA +
5 Tepung 37 25 1,4x104
Ketan

NA +
6 Tepung 37 1 3,7x103
Beras

NA +
7 Tepung 32 TBUD -
Tapioka

NA +
8 Tepung 50 154 -
Jagung

NA +
9 Tepung 17 28 -
Singkong
Agra Maharddhika
240210150062

NA +
10 Tepung 68 TBUD -
Ketan

NA +
11 Tepung 207 91 5,6x104
Beras
(Sumber, Dokumentasi Pribadi 2016)

4.1 Uji Bakteri Amilolitik


Praktikum kali ini mengenai uji amilolitik,Praktikum ini dilaksanakan
dengan tujuan agar praktikan dapat membedakan jenis-jenis mikroba amilolitik
dari berbagai tepung serta praktikan dapat mengerjakan penguji sifat amilolitik
mikroorganisme. Karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida dan
polisakarida. Bentuk monosakaridamenghasilkan glukosa, disakarida seperti
fruktosa, galaktosa dan sukrosa, dan polisakarida. Polisakarida dalam bahan
pangan berfungsi sebagai penguat tekstur dan sebagai sumber energi. Beberapa
polisakarida ialah selulosa, kitin, glikogen dan pati. Amilum merupakan
karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida. Polisakarida merupakan
makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida yang dihubungkan
dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai materi
simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk
menyediakan gula bagi sel. Kemampuan untuk memanfaatkan gula atau unsur
yang berhubungan dengan konfigurasi yang berbeda dari glukosa merupakan hasil
kemampuan organisme untuk mengubah substrat menjadi perantara-perantara
sebagai jalur untuk fermentasi glukosa. Amilum terdapat pada pati. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan glukosa dengan ikatan α-glikosidik.
Saat terjadi reaksi hidrolisis, pati akan mencair dan pada akhirnya mengakibatkan
perubahan cita rasa dan tekstur dari makanan tersebut. Pati merupakan salah satu
karbohidrat kompleks terdapat dalam jumlah tinggi pada golongan umbi, seperti
kentang dan pada biji-bijian, seperti jagung (Lehninger, 1982). Pati merupakan
polimer molekul-molekul glukosa dengan ikatan α-glikosidik yang dapat berantai
lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik
kerjanya
Bakteri Amilolitik merupakan mikroorganisme yang mampu memecah
pati menjadi menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk
glukosa. Kebanyakan mikroorganisme Amilolitik tumbuh subur pada bahan
pangan yang banyak mengandung pati atau karbohidrat, misalnya pada berbagai
jenis tepung. Kebanyakan jenis mikroorganisme amilolitik adalah kapang, tetapi
Agra Maharddhika
240210150062

beberapa jenis bakteri juga ada, jenis yang mempunyai spesies bersifat Amilolitik
misalnya Clostridium butyricium dan Bacillus Subtilis(Fardiaz, 1992).
Praktikum kali ini akan dilakukan uji amilolitik dengan menggunakan
berbagai jenis sampel tepung, yaitu tepung tapioka, tepung jagung, tepung beras,
dan tepung sagu, tepung ketan, tepung singkong. Masing-masing sampel
(sebanyak 1 gram) diencerkan hingga 10-3, lalu dari pengenceran 10-2 dan 10-
3
dituang ke dalam cawan petri. Medium yang digunakan adalah medium NA
yang khusus untuk menumbuhkan bakteri. Lalu diinkubasikan selama 2 hari pada
suhu 300C.
Pengamatan yang dilakukan setelah inkubasi adalah hitung jumlah koloni,
perhitungan SPC, dan pewarnaan gram serta amati warna bakteri, bentuk bakteri
dan jenis bakteri gram positif atau negatif. Indikator yang digunakan pada uji
amilolitik ini adalah yodium. Yodium 1% diteteskan tepat di atas koloni. Tujuan
petetesan larutan yodium 1% adalah untuk membuktikan apakah bakteri yang
tumbuh pada media adalah bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan
membentuk warna biru dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya
enzim amilase yang dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang
terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat aktivitas
enzim amilase. Areal berwarna coklat kemerahan di sekeliling koloni menunjukan
hidrolisis sebagian terhadap pati .
Menurut Fardiaz (1992), untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi
dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standart Plate
Counts (SPC). Ketentuannya adalah sebagai berikut :
 Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni
 Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni
yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu
koloni.
 Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 30 dan 300.
Menurut Fardiaz (1992), dalam SPC ditentukan cara pelaporan dan
perhitungan koloni, diantaranya sebagai berikut :
 Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada cawan petri,
berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu, jumlah koloni
pada pengenceran yang terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai
kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
 Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri,
berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu, jumlah koloni
pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih
dari 300 dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya
harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
 Jika pada cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan jumlah
antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, dilaporkan rata-rata dari
kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. Jika
perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang
dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
Agra Maharddhika
240210150062

 Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama (satuan)
dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar
dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh
karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kedua cawan
duplo dengan koloni di antara 30 dan 300. Hasil pengamatan uji amilolitik dapat
dilihat pada Tabel.1

4.1.1 Tepung Tapioka


Berdasarkan pangamatan yang dilakukan kelompok 2 dan 7, koloni bakteri
yang ditetesi dengan yodium berubah menjadi warna cokelat kemerahan. Tetapi
pada pengenceran 10-2ada yang berubah menjadi bening, hal ini menunjukkan
bahwa pati yang terhidrolisis di sekeliling koloni akan terlihat areal bening,
sebagai akibat aktivitas enzim amilase.
Zona cokelat kemerahan menunjukan bakteri amilolitik yang tumbuh
hanya mampu menghidrolisis pati sebagian, dengan kata lain amilosa sudah
terhidrolisis dan amilopektinnya belum terhidrolisis, yaitu polimer glukosa kurang
dari 20. Maka yodium bereaksi dengan amilopektin membentuk warna cokelat
kemerahan. Bakteri yang tumbuh pada areal bening dan pada zona merah
kecoklatan memiliki ciri-ciri spiral dan gram negatif serta kokus dan gram negatif,
jika dilihat dari literatur tidak ada bakteri amilolitik yang memiliki ciri-ciri
tersebut, tetapi ketika ditetesi yodium 1%, pati dapat terhidrolisis. Jadi kesimpulan
yang dapat diambil adalah terjadi kesalahan ketika melakukan pewarnaan gram
dan kemungkinan merupakan bakteri kontaminan.

4.1.2 Tepung Jagung


Kandungan pati (amilum) dalam tepung jagung mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji jagung (Anonimf, 2011). Karbohidrat dalam bentuk
pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Tepung jagung yang
dijadikan sampel kemudian dilakukan pengenceran sampai tahap 10-3. Sampel
dengan pengenceran 10-2 dan 10-3kemudian ditanam pada media NA yang
memiliki spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri dengan menggunakan duplo per
pengenceran. Kemudian inkubasi sampel tersebut di dalam inkubator dengan suhu
30oC selama tiga hari. Bakteri yang tumbuh pada pengenceran 10-2 berwarna
kuning dan berbentuk bulat serta kapang yang tumbuh juga berbentuk bulat,
terlihat seperti serabut putih. Sedangkan pada pengenceran 10-3 didapat bakteri
dengan bentuk bulat dan berwarna putih. Selanjutnya, untuk mengetahui adanya
pertumbuhan bakteri amilolitik maka dilakukan uji yodium. Koloni yang awalnya
berwarna putih, setelah ditetesi yodium tidak menunjukkan perubahan warna
apapun. Sehingga, dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh bukan bakteri
amilolitik yang dapat memecah pati menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Bakteri amilolitik pada makanan dapat mengakibatkan perubahan pada cita rasa
makanan. Sampel tepung jagung dalam praktikum tidak ditemukan adanya
pertumbuhan bakteri amilolitik, jadi tepung jagung ini layak untuk dikonsumsi.
Agra Maharddhika
240210150062

4.1.3 Tepung Beras


Tepung beras terbuat dari butir beras yang digiling. Kandungan pati dalam
tepung beras sangat tinggi sekitar 76-96 % (Herudiyanto, 2006). Berdasarkan
pangamatan yang dilakukan kelompok 1, 6, dan 11, koloni bakteri yang ditetesi
dengan yodium berubah menjadi warna cokelat kemerahan. Zona cokelat
kemerahan menunjukan bakteri amilolitik yang tumbuh hanya mampu
menghidrolisis pati sebagian, dengan kata lain amilosa sudah terhidrolisis dan
amilopektinnya belum terhidrolisis, yaitu polimer glukosa kurang dari 20. Maka
yodium bereaksi dengan amilopektin membentuk warna cokelat kemerahan.
Perkiraan bakteri yang tumbuh pada tepung beras adalah Clostridium
butyricium dan E.coli.

4.1.4 Tepung Singkong


Tepung singkong merupakan alternatif bahan baku berbagai kudapan yang
potensial mengingat banyaknya tersedia bahan baku singkong di negara kita.
Tepung ini dapat menggantikan tepung terigu hingga 100% alias tidak
memerlukan substitusi tepung lain untuk menggantikan terigu. Berdasarkan hasil
pengamatan di ketahui bahwa jumlah koloni kelompok 9 yang tumbuh pada
media sebanyak 17 koloni pada pengenceran 10-2 dan 28 koloni pada pengenceran
10-3 dengan nilai SPC tidak di ketahui.

4.1.5 Tepung Ketan


Berbahan dasar pohon aren, proses pembuatan tepungnya berbeda dengan
tepung tapioka. Sagu ini dihasilkan dari bagian tengah pohon aren yang dibelah
kemudian dikerok bagian tengahnya, lalu diendapkan dengan air hingga
menghasilkan sagu, lalu dikeringkan. Berdasarkan hasil pengamatan di ketahui
bahwa jumlah koloni kelompok 5 yang tumbuh pada media sebanyak 37 koloni
pada pengenceran 10-2 dan 25 koloni pada pengenceran 10-3 dengan nilai SPC
1,4x104. Sedangkan kelompok 10 yang tumbuh pada media sebanyak 68 koloni
pada pengenceran 10-2 dan TBUD koloni pada pengenceran 10-3 dengan nilai SPC
1,4x104.

4.1.6 Tepung Sagu


Tepung ketan merupakan bahan pokok pembuatan kue-kue Indonesia yang
banyak digunakan sebagaimana juga hal dengan tepung beras.
Tepung ketan saat ini sangat mudah untuk mendapatkannnya karena
banyak dijual dipasaran dalam bentuk tepung yang halus dan kering. Berdasarkan
hasil pengamatan di ketahui bahwa jumlah koloni kelompok 4 yang tumbuh pada
media sebanyak 34 koloni pada pengenceran 10-2 dan 48 koloni pada pengenceran
10-3 dengan nilai SPC 3,4 x 103

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Bakteri Lipolitik


Media & Jumlah Koloni Gambar
Kel. SPC
Sampel 10-2 10-3 10-2 10-3
Agra Maharddhika
240210150062

NA +
1 3 23 2,0x104
Mentega

NA + 1%
2 lemak + TBUD TBUD -
Mentega

NA + 2,27
3 33 42
Margarin x104

NA + 1%
2,27
4 lemak + TBUD TBUD
x104
Margarin

NA +
5 38 11 -
Mentega
Agra Maharddhika
240210150062

NA + 1 %
6 Lemak + TBUD TBUD -
Mentega

NA + 2,27
7 17 15
Margarin x104

NA + Selai 9,53 x
8 45 186
Kacang 104

NA + 1%
lemak +
9 TBUD TBUD -
Selai
Kacang

NA +
10 TBUD 142 -
Kornet

NA + 1%
11 lemak + TBUD TBUD -
Kornet
Agra Maharddhika
240210150062

4.2. Pembahasan Uji Lipolitik


Praktikum kali ini akan dilakukan uji lipolitik. Uji lipolitik dilakukan untuk
mengisolasi dan menguji sifat mikroorganisme lipolitik. Mikroba lipolitik adalah
mikroba yang memecah atau menghidrolisis lemak, fosfolipid dan turunannya
(Winarno, 1983). Lipid misalnya trigliserida merupakan sumber energi bagi
sejumlah mikroorganisma. Untuk mendapatkan energi dari lipid, mikroba
menghasilkan enzim lipase dan esterase yang memecah ikatan ester menghasilkan
gliserol dan asam lemak. (Pradhika, 2008). Banyak bakteri yang bersifat aerobik
dan proteolitik aktif juga bersifat lipolitik. (Fardiaz, 1992).
Jenis-jenis mikroorganisme yang mempunyai sejumlah spesies bersifat
lipolitik misalnya bakteri Pseudomonas, Alcaligenes, dan Staphylococcus; kapang
yang termasuk jenis Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus, dan Penicillium; serta
khamir yang termasuk jenis Candida, Rhodotorula, dan Hansenula. Salah satu
contoh yang bersifat kuat misalnya P. fluorescens. (Buckle dkk, 1985)
Uji lipolitik dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis sampel, yaitu
kornet, margarin, pindakas, dan mentega. Masing-masing sampel ditimbang
sebanyak 1 gram kemudian diencerkan hingga 10-3, lalu dari pengenceran 10-
2 dan 10-3 dituang ke dalam cawan petri yang masing-masing
ditambahkan media, yaitu cawan petri 1 berisi NA dan cawan petri 2 berisi NA +
1% lemak. Agar (NA) adalah jenis media umum yang biasa digunakan untuk
membiakkan bakteri. Secara cepat, masing-masing cawan petri ditambahkan 2
tetes indikator NR (Neutral Red), kemudian digoyangkan dan biarkan membeku.
Lalu diinkubasikan selama 2 hari pada suhu 300C. Pada kultur ditambahkan 1
tetes Indikator Neutral Red (NR). Indikator Neutral Red ini digunakan karena
dapat menghasilkan warna merah jika lemak dalam medium dihidrolisis menjadi
asam-asam lemak yang menyebabkan pH medium menurun, sehingga warna
merah akibat penurunan pH tersebut terbentuk. Jadi Neutral Red juga disebut
indikator pengukur pH. (Sumanti dan Sukarminah, 2008)
Pengamatan yang dilakukan setelah inkubasi adalah hitung jumlah koloni,
perhitungan SPC, dan pewarnaan gram serta amati warna bakteri, bentuk bakteri
dan jenis bakteri gram positif atau negatif. Koloni mikroorganisme pemecah
lemak akan memecah lemak menjadi gliserol dan asam-asam lemak sehingga
menurunkan pH medium, yang mengakibatkan warna merah pada bagian bawah.

A. Margarin
Margarin adalah emulsi plastis atau cair (w/o) yang terdiri dari 80% lipida
dan 15000 SI. Vitamin A per 450 g. Lipida yang digunakan dapat minyak dari
biji-bijian, lemak sapi atau minyak ikan tergantung jenis mana yang banyak
dihasilkan di daerah tempat produksinya (Tjahjadi, C., dkk, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 3 dengan media
NA, pada sampel pengenceran 10-2 jumlah koloninya sebanyak 33 dan pada
Agra Maharddhika
240210150062

pengenceran 10-3 jumlah koloninya yaitu sebanyak 44 lalu pengamatan oleh


kelompok 7 dengan media yang sama pada pengenceran 10-2 jumlah koloni yang
terhitung sebanyak 17 sedangkan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni yang
terhitung sebanyak 15. Hal ini dapat dibedakan pada pengenceran 10-2 seharusnya
konsentrasi sampel lebih besar dibandingkan dengan pengenceran 10-3 karena
semakin diencerkan semakin berkurang jumlah mikroorganisme yang tumbuh,
jika jumlah koloni lebih besar pada pengenceran 10-3 hal ini bisa dikarenakan
karena sudah terkontaminasi. Berbeda dengan kelompok 4 yang menggunakan
media NA + 1 % lemak pada pengenceran 10-2 dan 10-3 jumlah koloninya tidak
dapat untuk dihitung hal ini dikarenakan karena jumlah koloni yang terlalu banyak
dapat disebabkan penambahan media dengan 1% lemak membuat jumlah
mikroorganisme lebih banyak. Atau bisa dikarenakan karena praktikkan yang
kurang aseptis dalam pengerjaan.

B. Pindakas
Pindakas biasanya dimakan sebagai teman dari roti. Pada sampel yang kita
gunakan pada praktikum kali ini memiliki rasa cokelat kacang. Cairan cokelat itu
sendiri mengandung kira-kira 55% lemak, 17% karbohidrat, 11 % protein, 6%
tanin, 2,5% asam organik, 2% kelembapan, dan cafein (Herudiyanto, 2006).
Kandungan lemak pada pindakas berdasarkan SNI 01-2979-1992 adalah 5-
55% . Kandungan lemak ini cukup tinggi, berasal dari lemak nabati. Pada sampel
pindakas dengan media NA oleh kelompok 8 jumlah koloni yang terhitung pada
pengenceran 10-2 yaitu 45 dan pengenceran 10-3 yaitu 186. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur karena jika semakin diencerkan maka jumlah bakteri akan
semakin berkurang. Hal ini bisa disebabkan karena adanya kontaminasi udara
luar. Kemudian jumlah koloni pada NA+1% lemak lebih banyak atau tidak bisa
untuk dihitung seperti pada kelompok 9. Hal ini dikarenakan adanya tambahan
lemak pada medium ini yang dibutuhkan mikroorganisme lipolitik untuk
berkembang biak. Penambahan lemak juga untuk menetralisasi atau mengurangi
karbohidrat yang mungkin terdapat padakomponen NA. Hal ini untuk mencegah
terjadinya fermentasi pada karbohidrat yang menghambat pertumbuhan mikroba
lipolitik (Pelczar, 1986), sehingga bakteri lipolitik dapat tumbuh lebih optimal.
Dugaan bakteri yang sesuai dengan pengamatan yaitu Pseudomonas, Alcaligenes,
atau Serratia.

C. Mentega
Mentega bukan merupakan suatu lemak, tetapi suatu bahan pangan
berlemak dalam bentuk emulsi water in oil (W/O) dan kedalamnya ditambahkan
bahan-bahan bukan lemak (non falty solid) dalam jumlah kecil, misalnya garam
dapur, vitamin, zat warna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat)
(Herudiyanto, 2006).
Lemak yang digunakan adalah lemak dari susu hewan, terutama lemak susu
sapi. Lemak yang dicampur dengan air dalam perbandingan tertentu akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena sistem emulsi tersebut akan pecah
dalam waktu singkat. Sistem emulsi ini dapat distabilkan dengan
penambahan emulsifiying agent, misalnya lesitin, monogliserida, atau kuning
telur (Herudiyanto, 2006).
Agra Maharddhika
240210150062

Berdasarkan praktikum kelompok 1 dan 5 dengan media NA uji yang sesuai


dengan literatur adalah kelompok 5 karena pada pengenceran 10-2 jumlah koloni
lebih banyak yaitu 38 dan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni yang terhitung
sebanyak 11. Kemudian pada kelompok 2 dan 6 dengan menggunakan media
NA+1% lemak, kedua tidak bisa untuk dihitung hal ini karena penambahan lemak
yang dibutuhkan mikroorganisme lemak untuk tumbuh sehingga mikroorganisme
yang hidup lebih banyak.

D. Kornet
Definisi kornet menurut SNI 01-3775-2006 adalah produk yang dibuat dari
potongan daging sapi segar atau beku, tanpa tulang, boleh dicampur dengan
daging bagian kepala dan jantung yang memenuhi persyaratan dan
peraturan berlaku, dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang
diizinkan melalui proses curing dan dikemas dalam wadah kedap udara (hermetis)
dan disterilkan. Kandungan lemak pada kornet cukup rendah, yaitu maksimal
12%.
Berdasarkan percobaan oleh kelompok 10 dengan media NA pada
pengenceran 10-2 jumlah koloni lebih banyak sehingga tidak bisa untuk dihitung
dan pada pengenceran 10-3 jumlah koloni yang terhitung sebanyak 142 hal ini
sesuai literatur jika pengenceran 10-2 lebih menghasilkan banyak
mikroorganisme. Kemudian pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 11
dengan menggunakan media NA + 1% lemak, keduanya tidak bisa untuk
dihitung, hal ini dikarenakan adanya tambahan lemak pada medium ini yang
dibutuhkan mikroorganisme lipolitik untuk berkembang biak.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


 Bakteri Amilolitik banyak tumbuh pada bahan pangan yang mengandung pati.
 Ketika dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang paling banyak tumbuh adalah
bakteri gram negatif.
 Makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi mudah diserang oleh
mikroorganisme amilolitik karena karbohidrat lebih mudah dipecah dan
digunakan oleh mikroorganisme dibandingkan dengan protein dan lemak
Agra Maharddhika
240210150062

 Kerusakan yang terjadi akibat sifat amilolitik ini antara lain saat terjadi reaksi
hidrolisis, pati akan mencair dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan cita
rasa dan tekstur dari makanan tersebut.
 Setelah ditetesi yodium 1%, warna areal bening menunjukkan patti terhidrolisis
sempurna. Warna koloni biru menunjukkan pati tidak terhidrolisis. Warna koloni
coklat menunjukkan pati terhidrolisis sebagian.
 Untuk mendeteksi terjadinya hidrolisis pati oleh mikroorganisme yang tumbuh,
koloni yang terbentuk ditetesi dengan larutan yodium 1%.
 Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung terigu adalah Bacillus subtilis.
 Bakteri amilolitik yang tumbuh pada tepung beras adalah Clostridium
butyricium dan E.coli
 Bakteri yang tumbuh pada tepung maizena adalah E.coli
 Dugaan yang terdapat pada masing-masing sampel sesuai dengan hasil
pengamatan (lipolitik) diantaranya:
-Butter Orchid: Pseudomonas, Alcaligenes, atau Serratia.
-Mentega: Bacillus.
-Pindekas: Pseudomonas, Alcaligenes, atau Serratia.
-Korned Pronas Serratia atau Micrococcus.
 Koloni berwarna merah menunjukan bahwa pada setiap sampel terdapat bakteri
pengurai lemak dan dapat mengakibatkan kebusukan pada makanan.
 Koloni berwarna putih, kemungkinan adalah bakteri proteolitik.

DAFTAR PUSTAKA

Tjahjadi, C., dkk. 2008. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjadjaran,


Jatinangor.

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. PT. Gelora Aksara Pratama,


Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, 2002. Standar Nasional Indonesia, 01-3541


2002.Margarin. Jakarta

Winarno, FG., dkk. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Agra Maharddhika
240210150062

Badan Standarisasi Nasional, 1992. Standar Nasional Indonesia, 01-2979


1992.Mentega Kacang. Jakarta

Herudiyanto, Marleen. 2006. Bahan Ajar Pengantar Teknologi Pengolahan


Pangan. Jatinangor.

Buckle, K.A.,R.A. Edwards, G.H. Fleet, M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan.


Penerjemah : Hari Purnomo dan Afiono. Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press), Jakarta

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


Herudiyanto, Marleen. 2006. Bahan Ajar Pengantar Teknologi Pengolahan
Pangan. Jatinangor.

Badan Standarisasi Nasional, 1995. Standar Nasional Indonesia, 01-3744


1995.Mentega. Jakarta

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anonim. Mikrobiologi Dasar. Available at http://ekmon


saurus.wordpress.com/2008/11/bab-9-aktivitas-enzimatis.html (diakses
tanggal 1 juni 2014, pukul 13:24 WIB)

Badan Standarisasi Nasional, 2006. Standar Nasional Indonesia, 01-3775


2006.Kornet Daging. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai