Anda di halaman 1dari 10

Shaskia Nurul R.

240210150081

IV. Pembahasan
Kel.

Sampel

Jumlah koloni (pada pengenceran)


10-2

10-3

48

Ikan Asin
(NA)

4,8 x 103
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
6

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
12

SKM
(NA + 30%
sukrosa)

6 x 102

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
10

SPC
(CFU/ml)

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
7

Ikan Asin
(NA + 5%
NaCl)

1 x 103
(
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)

Kel.

Sampel

SKM
(NA)

Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)

Jumlah koloni (pada pengenceran)


30

26

SPC
(CFU/ml)
3 x 103

Shaskia Nurul R.
240210150081

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
612

Ikan Asin
(NA + 10%
NaCl )

3,2 x 104
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
63

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
39

Ikan Asin
(NA + 10%
NaCl)

22,65 x x 102
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
8

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
32

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
13

SKM
(NA + 30%
Sukrosa)

8 x 102
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)

Kel.

Sampel

Ikan Asin
(NA + 15%
NaCl)

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)

Jumlah koloni (pada pengenceran)


173

10

SPC
(CFU/ml)
1,73 x 104

Shaskia Nurul R.
240210150081

(
Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
14

SKM
(NA)

2,8 x 103
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
61

10

(
Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
10

Ikan Asin
(NA)

6,1 x 103
(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
59

11

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
5

(Sumber:
dokumentasi
pribadi 2016)
4

SKM
(NA + 30%
Sukrosa)

(Sumber:
Sumber:
dokumentasi
dokumentasi
pribadi 2016)
pribadi 2016)
Tabel 1.1 Hasil pengamatan uji bakteri halofilik dan osmofilik

5,9 x 103
(

Shaskia Nurul R.
240210150081

Menurut Fardiaz (1992), untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi


dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standart Plate
Counts (SPC). Ketentuannya adalah sebagai berikut:

Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
antara 30 dan 300.

Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan


koloni yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai
satu koloni.

Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni
Penghitungan SPC dibagi menjadi tiga. Untuk data percobaan yang semua

hasilnya kurang dari 30, maka data yang digunakan adalah hasil pengenceran
terendah. Untuk data percobaan yang salah satu nilainya berkisar 30-300,
dibedakan lagi menjadi 2 cara. Untuk data berjumlah kurang dari sama dengan 2,
maka digunakan metode rata-rata (jumlah nilai data dibagi 2). Sedangkan untuk
jumlah data lebih dari 2, maka diambil nilai dari pengenceran tertinggi. Sementara
untuk data percobaan yang salah satu nilainya lebih dari 300, nilai yang digunakan
untuk penghitungan SPC yaitu hasil pengenceran tertinggi. Misalnya pada
penghitungan SPC kelompok 2. Karena kedua datanya kurang dari 30, maka yang
digunakan adalah data dari pengenceran terrendah dibagi nilai pengencerannya.

SPC2 =

6
0,01

= 6 x 102

4.1 Uji bakteri halofilik


Pengertian dari bakteri halofilik adalah bakteri yang membutuhkan
konsentrasi NaCl minimal tertentu untuk pertumbuhannya (Fardiaz, 1992).
Bakteri halofilik diberi nama berdasarkan habitatnya. Halofilik berasal dari bahasa
yunani, halo yang artinya garam dan philos yang artinya suka. Bakteri ini hidup
pada habitat yang berkadar garam tinggi, seperti di laut mati dan danau air asin.
Untuk melindungi aktivitas metabolisme bakteri halofilik pada habitat dengan
salinitas tinggi (2%-30%) tersebut dan mencegah hilangnya air dari dalam sel

Shaskia Nurul R.
240210150081

maka bakteri halofilik mengakumulasi compatible solute. Compatible solute


didefinisikan sebagai molekul organik terlarut, sifatnya netral, berat molekulnya
kecil dan tidak bercampur dengan hasil metabolisme sel. Compatible solute
disintesis dari dalam sel atau diambil dari medium (Roeler dan Mller,
2002).Bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut
Bacteriorodhopsin. Bakteri ini hidup pada habitat yang berkadar garam tinggi,
seperti di laut mati dan danau air asin. Beberapa bakteri ini mampu melakukan
fotosintesis. Jenis klorofilnya disebut bakteriorhodopsin yang memberikan warna
ungu. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi:

2-5%
: bakteri halofilik ringan
5-20%
: bakteri halofilik sedang
20-30%
: bakteri halofilik eksterm
Oleh karena itu, pada pengujian bakteri halofilik digunakan 4 media yaitu

NA, NA + 5% NaCl, NA + 10% NaCl, dan NA + 15% NaCl. Pembedaan kadar


garam pada media ini tujuannya untuk mengetahui jenis bakteri halofilik yang
tumbuh sesuai dengan kebutuhan garamnya.
Sampel yang digunakan adalah ikan asin. Pada ikan asin mungkin tumbuh
bakter halofilik karena ikan asin memiliki kadar garam yang tinggi dan sesuai
dengan habitat yang dibutuhkan bakter halofilik. Dalam ikan asin, bakteri
halofilik merupakan mikroorganisme penyebab pink spoilage yaitu pigmen
kuning kemerahmerahan yang mengakibatkan bau busuk dan tengik (Afrianto dan
Liviawaty, 1994).
Pada percobaan ini pertama yang dilakukan adalah menimbang masingmasing sampel sebanyak 1 g. Masukkan NaCl fis ke dalam 3 tabung reaksi yang
berbeda masing-masing sebanyak 9 ml, tujuannya adalah untuk melakukan
pengenceran. Setelah itu masukkan sampel yang telah ditimbang ke dalam tabung
reaksi (pengenceran 10-1). Kemudian dihomogenisasi, setelah itu dipipet sebanyak
1 ml dan masukkan ke tabung reaksi yang lainnya (pengenceran 10 -2).
Dihomogenisasikan kembali, setelah itu dipipet dan dimasukkan ke tabung reaksi
yang lainnya (pengenceran 10-3). Setelah itu, hasil pengenceran 10-2 dan
pengenceran 10-3 dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri.
Media yang digunakan adalah NA, NA + 5% NaCl, NA + 10% NaCl, dan NA +

Shaskia Nurul R.
240210150081

15% NaCl. Setelah media dimasukkan ke dalam cawan petri, biarkan hingga
media membeku. Setelah itu diinkubasi dalam suhu 30oC selama 2-3 hari. Amati
dan hitung koloni yang tumbuh.
Pada pengujian bakteri halofilik, hasil penghitungan jumlah koloni secara
manual menunjukkan pada pengenceran 10-2 berjumlah lebih banyak dari
pengenceran 10-3. Misalnya pada media NA + 5% NaCl, jumlah koloni pada
pengenceran 10-2 adalah 10 buah, sedangkan pada pengenceran 10-3 berjumlah 7.
Hal ini sesuai, karena jika dilakukan pengenceran maka jumlah zat terlarut dari
sampel pada larutan barunya akan semakin sedikit sehingga memperkecil
kemungkinan tumbuhnya bakteri pada media.
Dari 6 kelompok yang melakukan uji bakteri halofilik dengan media yang
berbeda, media yang pertumbuhan bakterinya paling banyak adalah NA + 10%
NaCl pada pengenceran 10-2. Sehingga bisa dikatakan media yang efektif untuk
pertumbuhan bakteri halofilik pada ikan asin adalah NA + 10% NaCl. Namun
hasil percobaan kelompok 5 dan 6 pada pengenceran 10-2 berbeda jauh padahal
keduanya menggunakan media yang sama. Hal ini mungkin terjadi karena
mungkin saja sampel ikan asin yang digunakan kedua kelompok tersebut berbeda,
hal itu akan mempengaruhi jumlah bibit bakteri yang terkandung di dalam tiaptiap sampel sehingga terjadi perbedaan pertumbuhan bakteri walaupun medianya
sama. Hasil dari berbagai media juga menunjukkan jumlah pertumbuhan bakteri
yang tidak sebanding. Hal ini dapat menjadi pengindikasi bahwa bakteri yang
tumbuh adalah bakteri halotoleran yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan
adanya atau tidak adanya kadar garam pada lingkungan.
4.2 Uji bakteri omsofilik
Bakteri osmofilik adalah bakteri yang dapat hidup dengan tekanan osmotik
tinggi. Beberapa jenis bakteri bersifat osmotoleran, yaitu dapat tumbuh dengan
atau tanpa konsentrasi gula tinggi. Kapang dan khamir mempunyai kemampuan
osmotik yang lebih besar dari bakteri (Balia, 2008). Pengujian ini menggunakan 2
media yaitu NA dan NA + 30% sukrosa. Penambahan sukrosa bertujuan untuk

Shaskia Nurul R.
240210150081

menaikkan tekanan osmotik antara bakteri dengan media sehingga dijadikan


sebagai penguji pertumbuhan bakteri osmofilik.
Menurut Buckle et al (1985), apabila gula ditambahkan ke dalam bahan
pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut)
sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Walaupun
demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satusatunya yang mengendalikan pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena
bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan
nilai aw yang sama dapat menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap
kerusakan karena mikroorganisme.
Sampel yang digunakan adalah susu kental manis. SKM (susu kental
manis) memiliki kadar gula yang tinggi dan kadar air yang sedikit, yang sesuai
dengan habitat yang dibutuhkan bakteri osmofilik. Selain itu, SKM juga
mengandung gizi-gizi yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri. Prosedur yang
dilakukan sama dengan prosedur uji bakteri halofilik. Namun pada uji ini media
yang digunakan adalah NA dan NA + 30% sukrosa.
Dari 5 kelompok yang melakukan uji bakteri osmofilik dengan media yang
berbeda, media yang pertumbuhan bakterinya paling banyak adalah NA + 30%
sukrosa pada pengenceran 10-2 yaitu sebanyak 59 bakteri. Namun terjadi
perbedaan hasil percobaan pada media dengan tambahan sukrosa. Hal ini mungkin
terjadi karena mungkin saja sampel ikan asin yang digunakan kedua kelompok
tersebut berbeda, hal itu akan mempengaruhi jumlah bibit bakteri yang terkandung
di dalam tiap-tiap sampel sehingga terjadi perbedaan pertumbuhan bakteri
walaupun medianya sama. Kemudian jika dibandingkan, ada beberapa hasil
percobaan media NA yang jumlah bakterinya lebih banyak dari media NA + 30%
sukrosa. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa bakteri yang tumbuh adalah
osmotolerant, artinya bakteri dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya tekanan
osmotik. Diduga bakteri yang tumbuh pada sampel SKM ini adalah Pseudomonas
atau Acetobacter. Namun hal tersebut hanya dugaan sementara, menginagat tidak

Shaskia Nurul R.
240210150081

dilakukannya pengamatan melalu mikroskop sehingga data yang diketahui dari


bakteri tersebut sangat terbatas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
a. Bakteri halofilik
Bakteri halofilik ialah bakteri yang hidup dengan membutuhkan garam.
Contoh bakteri halofilik diantaranya ialah Halobacterium, Sarcina,

Micrococcus, Pseudomonas, Vibrio, Pediococcus, dan Alcaligenes.


Bakteri halotoleran ialah bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa

garam. Contoh bakteri pada sampel Ikan asin di praktikum kali ini.
Bakteri pada sampel ikan asin dapat tumbuh dengan baik pada medium

NA dengan tambahan NaCl berkadar 15% dan 10%.


Bakteri pada sampel ikan asin juga dapat tumbuh dengan baik pada

medium NA tanpa tambahan apapun.


Bakteri pada sampel ikan asin memiliki pertumbuhan yang kurang baik

pada medium NA dengan tambahan NaCl berkadar 5%.


Berdasarkan data hasil praktikum, medium terbaik untuk menumbuhkan
bakteri dari sampel pada praktikum ini ialah medium NA dengan NaCl
berkadar 10% diikuti medium NA dan kemudian medium NA dengan

NaCl berkadar 15%.


Bakteri dari sampel ikan asin termasuk bakteri halotoleran.
b. Bakteri osmofilik

Bakteri osmofilik ialah bakteri yang hidup dengan membutuhkan


konsentrasi gula contohnya ialah Leuconostoc, Flavobacterium, dan

Zymomonas.
Bakteri Osmotolerant ialah bakteri yang dapat hidup dengan ataupun

tanpa konsentrasi gula


Bakteri pada susu kental manis diperkirakan ialah Pseudomonas dan
Acetobacter

5.2 Saran

Kesetrilan alat-alat dan lingkungan kerja harus lebih diperhatikan agar


tidak terjadi kontaminasi.

Shaskia Nurul R.
240210150081

Pengambilan sampel diambil daging (sampel ikan) pada bagian perut atau
insang dimana pada tempat tersebut memiliki jumlah bakteri paling

banyak.
Suhu medium saat akan digunakan diperkirakan dahulu jangan sampai

dipake dalam keadaan suhu medium terlalu panas.


Pengamatan dilakukan dengan menggunakan peralatan yang dalam
keadaan baik misal menggunakan mikroskop dalam kondisi mikroskop
baik dan layak pakai.

Shaskia Nurul R.
240210150081

Daftar Pustaka

Afrianto, E. dan Liviawaty. 1994. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.
Balia, R. L. 2008. Mikrobiologi Pangan. Available at blogs.unpad.ac.id (diakses
30 Mei 2016).
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wotton. 1985. Ilmu Pangan,
terjemahan Hari, P. dan Adiono. Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Savitri, Suci .2006. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Halotoleran pada Peda. IPB,
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai