Anda di halaman 1dari 18

Luthfi Apriansyah

240210170083

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Pengamatan Bakteri Halofilik
Bakteri Halofilik Gambar
No Sampel Media -2
10 10-3 TPC 10-2
10-3
1 Ikan NA 188 124 7,14 x 104
peda
(A)
2 Ikan NA 664 328 3,28 x 105
peda
(B)

3 Ikan NA+NaCl 120 TBUD 1,2 x 104


peda 5%
(A)
4 Ikan Na+NaCl 340 260 2,6 x 105
peda 5%
(B)

5 Ikan Na+NaCl 312 368 3,68 x 105


peda 10%
(A)
6 Ikan Na+NaCl 804 584 5,84 x 105
peda 10%
(B)

7 Ikan Na+NaCl 288 66 1,473 x 105


peda 15%
(A)
8 Ikan Na+NaCl 21 14 2,1 x 103
peda 15%
(B)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)


Bakteri halofilik adalah bakteri yang membutuhkan konsentrasi NaCl minimal
tertentu untuk pertumbuhannya. Bakteri halofilik diberi nama berdasarkan habitatnya.
Halofilik berasal dari bahasa yunani, halo yang artinya garam dan philos yang artinya
suka. Bakteri ini hidup pada habitat yang berkadar garam tinggi, seperti di laut mati
Luthfi Apriansyah
240210170083

dan danau air asin. Bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna
yang disebut Bacteriorodhopsin. Bakteri ini hidup pada habitat yang berkadar garam
tinggi, seperti di laut mati dan danau air asin. Beberapa bakteri ini mampu melakukan
fotosintesis. Jenis klorofilnya disebut bakteri orhodopsin yang memberikan warna
ungu. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi.
Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi, yaitu 2 – 5 %
untuk bakteri halofilik ringan, 5 – 20 % untuk bakteri halofilik sedang, dan 20 – 30 %
untuk bakteri halofilik ekstrim. Bakteri halofilik ringan antara lain Pseudosomonas,
Moraxella, Flavobacterium, Acinobacter, dan spesies Vibrio. Kelompok halofilik
ringan ini sering dijumpai pada ikan dan kerang-kerangan. Bacillus, Micrococcus,
Vibrio, Acinetobacter, dan Moraxella termasuk kelompok bakteri halofilik sedang.
Sedangkan bakteri halofilik ekstrim biasanya tampak berwarna merah atau merah
muda dan berasal dari kelompok bakteri Halobacterium dan Halococcus serta sering
tampak pada makanan yang telah diawetkan dengan penggaraman. (Fardiaz, 1992).
Selain ketiga golongan tersebut ada juga bakteri yang termasuk halotoleran (tahan
garam). Golongan bakteri ini dapat hidup dengan atau tanpa garam. Garam yang
dibutuhkan oleh halotoleran sekitar 5% atau lebih. Kelompok bakteri halotoleran
antara lain Bacillus, Micrococcus, Corynobacterium, Streptococcus, dan Clostridium
(Fardiaz, 1992).
Bakteri umumnya memiliki tingkat Aw minimum sekitar 0,90 (Tjahjadi,
2008). Berbeda dengan bakteri halofilik yang justru mampu tumbuh dalam bahan
pangan berkadar garam yang hampir jenuh tersebut, meskipun membutuhkan waktu
yang lama untuk memulai pertumbuhannya.
Berdasarkan teori yang ada, garam merupakan bahan yang sangat penting
dalam pengawetan ikan, daging, dan bahan pangan lainnya (Buckle at all, 1987).
Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar
tertentu. Namun, masih tetap ada jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh pada
bahan pangan yang mengandung garam, baik garam dengan kadar rendah, maupun
garam dengan kadar tinggi. Jenis ini disebut dengan bakteri halofilik. Bakteri
Luthfi Apriansyah
240210170083

halofilik membutuhkan konsentrasi NaCl minimal tertentu untuk pertumbuhannya


(Fardiaz, 1992).
Garam mempengaruhi aktivitas air (Aw) sehingga dapat mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme, tetapi bakteri halofilik mampu tumbuh dalam
penyimpanan yang lama sehingga pertumbuhan bakteri halofilik pada medium
diperkirakan sedikit (Buckle at all, 1987). Fungsi garam yang memengaruhi Aw yang
terkandung dalam daging ikan menyebabkan aktifitas bakteri dalam ikan menjadi
terhambat, dapat menjadikan protein daging terdenaturasi, menyebabkan sel-sel
mikroba menjadi lisis karena tekanan osmosis, sedangkan ion klorida pada garam
dapur memiliki daya toksisitas yang tinggi pada mikroba serta memblokir sistem.
Sampel yang digunakan untuk praktikum uji halofilik ini adalah ikan peda.
Ikan peda merupakan produk fermentasi spontan dengan jumlah dan jenis mikroba
yang bervariasi. Ikan peda dapat dibuat dari ikan kembung (Rastrelliger sp.), ikan
lemuru (Sardinella sp.), ikan layang (Decapterus sp.) atau ikan selar (Caranx sp.).
Ikan peda termasuk pada bahan pangan dengan kadar garam ekstrim yaitu sekitar
20%, sehingga mikroorganisme yang dapat tumbuh merupakan mikroorganisme yang
memang sangat tahan garam. Garam bersifat bakteriostatik dan merupakan elektrolit
yang mampu memecah ikatan air dalam protein. Akibat lebih lanjut adalah terjadinya
denaturasi protein. Garam sebagai pengawet berfungsi menaikkan tekanan osmotik
sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel mikroorganisme, dehidrasi,
dan bersifat racun akibat terbentuknya ion klorida serta menyebabkan sel
mikroorganisme menjadi peka terhadap karbondioksida (Sukarminah, 2008). Garam
yang digunakan harus mempunyai kemurnian tinggi. Artinya mengandung garam
NaCl tinggi minimal 98%. Bila garam yang digunakan mengandung garam-garam
calcium dan magnesium lebih dari 1% maka akan menghasilkan peda yang kurang
baik. Selain itu garam pada pembuatan ikan peda ini digunakan sebagai antibakteri
dan untuk menyeleksi serta menumbuhkan hanya bakteri halofilik (Sukarminah,
2008).
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 1 gram sampel ikan
peda yang telah ditimbang dengan neraca analitik, kemudian sampel tersebut
Luthfi Apriansyah
240210170083

dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan NaCl-fis dan lakukan pengenceran
sampai 10-3. Pengenceran dilakukan dengan cara memasukkan sampel yang telah
dihaluskan dan ditimbang ke dalam tabung reaksi yang telah diisi NaCl-fis yang
kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer. Setelah larutan
homogen, 1 mL NaCl-fis diambil menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke
tabung reaksi yang telah berisi NaCl-fis untuk memperoleh pengenceran 10-2 dan
dihomegenkan kembali dengan menggunakan vortex mixer, setelah homogen diambil
lagi 1 mL NaCl-fis 10-2 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl-
fis agar dihasilkan larutan NaCl-fis 10-3. Hasil pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3
dimasukkan ke dalam cawan petri lalu masing masing dituangkan media NA, NA +
NaCl 5%, NA + NaCl 10%, dan NA + NaCl 15%. Media yang digunakan dalam
praktikum ini adalah NA. NA merupakan media umum yang dapat ditumbuhi oleh
bakteri baik bakteri halofilik maupun bukan. Tujuan dari penambahan NaCl yang
jumlahnya bervariasi adalah untuk mengetahui kebutuhan garam untuk pertumbuhan
optimumnya, sedangkan untuk medium yang tidak ditambahkan NaCl digunakan
sebagai pembanding. Garam mempengaruhi aktivitas air (Aw) dari bahan, sehingga
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari
pengaruh racunnya, dan bakteri halofilik dapat tumbuh dalam larutan garam yang
hampir jenuh, tetapi bakteri ini membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk
tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan (Buckle dkk, 1987).
Setelah dicampurkan, cawan petri diputar membentuk angka 8 agar sampel
dengan media tercampur rata lalu diinkubasi selama tiga hari pada suhu 30C lalu
diamati dengan melakukan perhitungan dengan TPC dan BAM pada media yang
terdapat bakteri.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sampel ikan peda pada medium NA
dengan pengenceran 10-2 dan 10-3 terdapat koloni bakteri pada setiap masing-masing
pengenceran. Jumlah koloni yang didapatkan oleh kelompok 1 yaitu sebanyak 188
koloni bakteri untuk pengenceran 10-2 dan 124 koloni untuk pengenceran 10-3.
Sementara itu pada kelompok 11 didapatkan jumlah koloni yaitu sebanyak 664 koloni
bakteri untuk pengenceran 10-2 dan 328 koloni untuk pengenceran 10-3.
Luthfi Apriansyah
240210170083

Setelah dilakukan perhitungan TPC pada kelompok 1 didapatkan hasil yaitu


4
sebesar 7,14 x 104 dan perhitungan dengan BAM didapatkan hasil 2 8363 𝑥10
sedangkan pada kelompok 11 didapat hasil perhitungan TPC sebesar 3,28 x 105 serta
5
perhitungan dengan BAM hasilnya sebesar 9 02 𝑥10 . Hasil perhitungan TPC
ternyata melebihi batas maksimal cemaran bakteri untuk ikan peda.
Selanjutnya pada ikan peda dengan medium NA + NaCl 5 % dengan
pengenceran 10-2 dan 10-3 didapatkan jumlah koloni bakteri dengan jumlah berbeda
dari media sebelumnya. Hasil dari kelompok 5 pada pengenceran 10-2 didapatkan
120 koloni dan pada pengenceran 10-3 didapatkan hasil TBUD atau terlalu banyak
untuk dihitung dan hasil dari kelompok 15 untuk pengenceran 10-2 didapatkan
sebanyak 340 koloni dan pengenceran 10-3 hasilnya sebanyak 260 koloni. Hasil
perhitungan TPC pada kelompok 5 adalah sebesar 1,2 x 105 dihitung berdasarkan
jumlah pengenceran yang terdapat pada range antara 30-300 karena pada
pengenceran yang lain didapatkan hasil yang TBUD dan hasil perhitungan BAM
4
sebesar 1 09 𝑥10 dan kelompok 15 untuk perhitungan TPC memiliki hasil sebesar
5
2,6 x 105 dan perhitungan BAM hasilnya sebesar 5 45 𝑥10 . Hasil TPC ternyata juga
melebihi batas maksimal cemaran bakteri.
Selanjutnya pada sampel yang menggunakan media NA + 10% NaCl
dilakukan oleh kelompok 6 dan 16. Jumlah koloni yang didapatkan kelompok 6 yaitu
312 koloni untuk pengenceran 10-2 dan 368 koloni pada pengenceran 10-3. Pada
media NaCl+10 % juga dilakukan oleh dua kelompok yaitu kelompok 6A dan 6B.
Pada praktikum ini didapatkan jumlah koloni lebih banyak dari media-media
sebelumnya bisa jadi dikarenakan bakteri pada ikan peda banyak terdapat bakteri
halofilik sedang. Pada kelompok 6 didapatkan hasil pada pengenceran 10-2 sebanyak
312 koloni dan hasil pada pengenceran 10-3 sebanyak 368 koloni sedangkan pada
kelompok 16 didapatkan hasil pada pengenceran 10-2 sebanyak 804 koloni dan untuk
pengenceran 10-3 didapatkan hasil sebanyak 584 koloni.
Luthfi Apriansyah
240210170083

Hasil yang didapatkan oleh kedua kelompok melebihi dari skala 30-300
sehingga untuk perhitungan TPC diambil jumlah koloni pada pengenceran terbesar
dan pada kelompok 6 didapat hasil sebesar 3,68 x 105 dan hasil untuk perhitungan
5
BAM sebesar 3 38 𝑥10 sementara kelompok 16 pada perhitungan TPC hasilnya
5
sebesar 5,84 x 105 dan hasil perhitungan BAM sebesar 1 26 𝑥10 . Hasilnya ternyata
masih juga melebihi batas maksimal cemaran bakteri di Indonesia.
Selanjutnya ikan peda pada medium NA + NaCl 15% yang diamati oleh
kelompok 7 didapatkan jumlah bakteri pada pengenceran 10-2 adalah 288 dan pada
pengenceran 10-3 adalah 66, hasil perhitungan TPC yang didapatkan ini adalah 1,473
5
x 105 serta untuk perhitungan BAM didapatkan hasil 3 22𝑥10 dan pada kelompok
17 pada pengenceran 10-2 didapat jumlah koloni 21 dan pada pengenceran 10-2 adalah
14 koloni dan hasil perhitungan TPC yang didapatkan pada medium ini adalah 2,32 x
3
104 serta untuk perhitungan BAM didapatkan hasil 3 18 𝑥10 . Hasil TPC dari
perhitungan kedua kelompok tersebut masih melebihi batas maksimum cemaran
bakteri pada ikan peda.
Jika kita lihat dari hasil perhitungan TPC dari setiap sampel yang dikerjakan
oleh kelompok sampel ikan peda semuanya melebihi batas maksimum cemaran
bakteri pada ikan peda di Indonesia. Hal ini terjadi mungkin karena pada praktikum
ini media yang digunakan merupakan tempat yang sangat cocok untuk pertumbuhan
bakteri halofilik ini atau bisa jadi ikan peda tersebut sudah rusak pada saat
penyimpanan.
Luthfi Apriansyah
240210170083

Tabel 2. Hasil Pengamatan Bakteri Osmofilik


Bakteri Osmofilik Gambar
No Sampel Media
10-2 10-3 TPC 10-2 10-3
1 PCA 120 116 6,4 x 104

Minuman
sari buah PCA + 304 9 9 x 103
30%
Sukrosa

2 Madu PCA 188 148 8,34 x 104

PCA + 304 152 1,52 x 105


30%
Sukrosa

3 Susu PCA 38 66 3,49 x 104


Kental - -
Manis

PCA + 53 41 2,32 x 104


30% - -
Sukrosa

4 Sirup PCA 250 576 2,5 x 104


Luthfi Apriansyah
240210170083

PCA + 312 676 6,76 x 105


30%
Sukrosa

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)


Bakteri osmofilik adalah jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kadar
gula tinggi. Sifat osmofilik atau sakarofilik menunjukkan suatu mikroorganisme yang
dapat tumbuh pada media dengan konsentrasi gula yang tinggi. Mikroorganisme yang
termasuk osmofilik adalah bakteri dan khamir.
Bakteri cenderung bersifat osmotoleran, yang dapat hidup baik dengan atau
tanpa adanya gula. Jenis bakteri yang sering ditemukan tumbuh pada kadar osmotik
tinggi adalah Leuconostoc. Khamir bersifat osmofilik dapat tumbuh pada substrat
dengan kadar gula tinggi pada kadar air 0,62 – 0,65. Contohnya adalah
Saccharomyces rouxii yang menyebabkan kerusakan pada buah-buahan kering, sirup,
madu, dan sebagainya.
Leuconostoc merupakan jenis bakteri yang bersifat heterofermentatif, yaitu
memfermentasi gula menjadi asam laktat, CO2, dan etanol atau asam asetat (Fardiaz,
1992). Sifat-sifat Leuconostoc yang penting dalam mikrobiologi pangan, baik yang
merugikan atau pun menguntungkan, adalah sebagai berikut.
1. Dapat memfermentasi asam sitrat menjadi diasetil, misalnya oleh L.
dextranicum dan L. cremoris, sehingga sering digunakan untuk pembuatan
keju untuk meningkatkan cita rasa.
2. Tahan garam sehingga berperan dalam fermentasi awal produk yang
mengandung garam, misalnya L. mesenteroides pada sauerkraut dan pikel.
3. Dapat memulai fermentasi dengan cepat sehingga menghambat bakteri lain
yang tidak diinginkan tumbuh selama fermentasi.
4. Tahan konsentrasi gula tinggi, misalnya L. mesenteroides yang tahan
konsentrasi gula 55 – 60%, sehingga dapat tumbuh pada sirup, es krim,
adonan kue, dan sebagainya.
Luthfi Apriansyah
240210170083

Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini untuk pengujian bakteri
osmofilik ada 4 yaitu madu, minuman sari buah, susu kental manis, dan sirup. Untuk
setiap sampel diuji dengan menggunakan dua media yaitu dengan PCA dan dengan
PCA + sukrosa. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung
0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba
termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium
tersebut (Fardiaz, 1992). Ditambahkannya sukrosa pada media PCA juga dapat
membantu pertumbuhan bakteri osmofilik.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang terlebih dahulu tiap
sampel sebanyak 1 gram sebelum melakukan pengenceran. Pengenceran yang
dilakukan pada percobaan sampai dengan pengenceran 10-3. Setiap 1 ml dari
pengenceran 10-2 dan 10-3 dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah steril,
kemudian lakukan inkubasi pada suhu 30°C selama 2 hari.
Sampel pertama adalah minuman sari buah oleh kelompok 2. Pada media
PCA untuk pengenceran 10-2 terdapat 120 koloni dan untuk pengenceran 10-3
didapatkan hasil sebanyak 116 koloni. Perhitungan TPC dilakukan dan mendapat
4
hasil sebesar 6,4 x 104 dan untuk perhitungan BAM hasilnya sebesar 2 15 𝑥10 .
Sementara sampel PCA + sukrosa pada pengenceran 10-2 didapat 304 koloni dan
pengenceran 10-3 terdapat 9 koloni, sehingga untuk perhitungan TPC didapatkan hasil
4
sebesar 9 x 103 dan untuk perhitungan BAM didapatkan hasil sebesar 2 85 𝑥10 .
Batas cemaran bakteri pada minuman sari buah yang dibandingkan dengan
perhitungan TPC yang dihitung memiliki hasil yang melebihi batas..
Sampel kedua adalah madu dan digunakan oleh kelompok 8. Pada media PCA
pengenceran 10-2 didapatkan hasil sebanyak 188 koloni dan untuk pengenceran 10-3
didapatkan hasil sebanyak 148 koloni. Perhitungan TPC dilakukann dan hasilnya
sebesar 34 x 104 dan perhitungan BAM hasilnya sebesar 3,05 x 104. Untuk
pengenceran yang dilakukan pada media PCA + sukrosa didapatkan hasil pada
pengenceran 10-2 untuk sebanyak 304 koloni dan pada pengenceran 10-3 didapatkan
sebanyak 152 koloni. Hasil perhitungan TPC sebesar 1,52 x105 dan hasil perhitungan
Luthfi Apriansyah
240210170083

BAM sebesar 4,15 x 104 Kedua hasil perhitungan TPC didapatkan hasil yang
melebihi batas cemaran bakteri pada madu yang sebesar 5x103.
Sampel berikutnya ialah susu kental manis. Sampel ini digunakan kelompok
12 dan hasil pengamatan pada media PCA untuk pengenceran 10-2 sebanyak 38
koloni dan untuk pengenceran 10-3 sebanyak 66 koloni. Hasil SPC yang didapat
adalah 3,49 x 104 dan untuk perhitungan BAM didapatkan hasil sebesar 9,45 x 103
sedangkan untuk percobaan yang menggunakan menggunakan media PCA + sukrosa
didapat jumlah koloni pada pengenceran 10-2 adalah 53 koloni dan pada pengenceran
10-3 adalah 41 koloni. Hasil SPC yang didapat adalah 2,32 x 104 dan hasil
perhitungan BAM adalah 8,54 x 103.
Sampel terakhir adalah sirup yang digunakan kelompok 18. Hasil
pengamatan sampel pada media PCA pengenceran 10-2 didapatkan hasil 250 koloni
dan untuk pengenceran 10-3 sebanyak 576 koloni. Hasil SPC yang didapat adalah 2,5
x 104 dan BAM sebesar 7,51 x 104 sedangkan untuk percobaan yang menggunakan
menggunakan media PCA + sukrosa untuk pengenceran 10-3 adalah 676 koloni dan
untuk pengenceran 10-2 adalah 312 koloni. Hasil SPC yang didapat adalah 6,76 x 104
dan perhitungan BAM sebesar 8,98 x 104. Kontaminasi kemungkinan besar terjadi
karena jumlah koloni mikroba pada pengenceran 10-3 lebih banyak dari jumlah
bakteri saat pengenceran 10-2.
Luthfi Apriansyah
240210170083

Tabel 3. Hasil Pengamatan Bakteri Amilolitik


Bakteri Amilolitik Gambar
No Sampel Media
10-2 10-3 TPC 10 -2
10-3
1 Tepung NA 212 334 2,12 x
Jagung 104

2 Tepung NA 70 129 6,8 x 104


Beras

3 Tepung NA 288 232 1,304 x


Terigu 105

4 Tepung NA 132 300 1,56 x


Tapioka 105

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)


Bakteri Amilolitik merupakan mikroorganisme yang mampu memecah pati
menjadi menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa.
Kebanyakan mikroorganisme amilolitik tumbuh subur pada bahan pangan yang
banyak mengandung pati atau karbohidrat, misalnya pada berbagai jenis tepung.
Umumnya jenis mikroorganisme amilolitik adalah kapang, tetapi beberapa jenis
bakteri juga ada, jenis yang mempunyai spesies bersifat amilolitik misalnya
Clostridium butyricium dan Bacillus subtilis (Fardiaz, 1992).
Sampel pada praktikum uji amilolitik kali ini menggunakan berbagai macam
tepung, yaitu tepung beras, tepung tapioka, tepung jagung, dan tepung terigu. Tepung
merupakan sumber amilosa. Tepung juga dapat memberikan bentuk serta sebagai
bahan pengikat dan pengental. Tepung merupakan salah satu bahan pangan dengan
kandungan karbohidrat tinggi. Komposisi sebagian besar karbohidrat yang terdapat
dalam terbentuk berbentuk pati. Pati tersusun dari unsure karbon, hidrogen, oksigen,
Luthfi Apriansyah
240210170083

serta komponen amilosa dan amilopektin (Buckle, 1985). Langkah pertama yang
dilakukan adalah ambil 1 gram tiap sampel tepung lalu dilakukan pengenceran hingga
10-3. Pengenceran menggunakan bahan pengenceran yaitu larutan NaCl fisiologis,
digunakannya larutan ini sebagai bahan pengencer dikarenakan larutan ini dapat
mencegah perubahan pH lingkungan dan dapat menjaga agar tetap steril. Pengenceran
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperluas bidang hidup sampel agar
memudahkan pada saat perhitungan dan pengamatannya. Lalu diambil 1 ml sampel
dari pengenceran 10-3 dan dimasukkan ke dalam cawan petri lalu dituangkan media
NA. NA digunakan sebagai media karena NA merupakan medium umum yang akan
ditumbuhi oleh bakteri maupun bukan. Media NA tidak perlu ditambahkan larutan
apapun karena media NA telah mempunyai kadar karbohidrat yang cukup tinggi.
Media NA ini minimal mengandung 0,2-1% pati. Setelah dicampurkan, cawan petri
diputar membentuk angka 8 agar sampel dengan media tercampur rata lalu diinkubasi
selama 2 hari.
Sampel pertama adalah tepung jagung yang digunakan oleh kelompok 3A.
Hasil dari pengujian pada pengenceran 10-2 sebanyak 212 koloni dan pada
pengenceran 10-3 didapatkan hasil 334 koloni. Hasil perhitungan TPC didapat sebesar
2,12 x 104 dan perhitungan BAM didapatkan hasilnya adalah 4,96 x 104. Sampel
kedua adalah tepung beras yang digunakan oleh kelompok 9. Setelah 2 hari
diinkubasi, pada pengenceran 10-2 sebanyak 70 koloni sedangkan pada pengenceran
10-3 didapatkan hasil lebih banyak yaitu sebanyak 129 koloni. Hasil perhitungan TPC
adalah sebesar 6,8 x 104 dan untuk perhitungan BAM didapatkan hasil sebesar.
Sampel berikutnya ialah tepng terigu yang diuji oleh kelompok 13. Hasil
untuk pengenceran 10-2 adalah sebanyak 288 koloni dan untuk pengenceran 10-3 hasil
yang didapatkan sebanyak 232 koloni. Hasil perhitungan TPC adalah sebesar 1,304 x
105. dan hasil perhitungan BAM ialah sebesar 4,73 x 104.
Sampel yang terakhir ialah tepung tapioka yang diuji oleh kelompok 19. Hasil
yang didapatkan pada pengenceran 10-2 sebanyak 132 koloni dan pada pengenceran
10-3 didapatkan hasil sebanyak 300 koloni dan dari hasil dilakukan perhitungan TPC
Luthfi Apriansyah
240210170083

yang hasilnya sebesar 1,56 x 105. sementara perhitungan BAM hasilnya adalah 3,93
x 104.
Batas cemaran bakteri dalam produk tepung-tepungan di Indonesia adalah
sebesar 1x106 koloni/gr. Berdasarkan hasil perhitungan TPC yang telah dihitung,
pada sampel tepung jagung dan tepung beras ternyata berada di bawah batas sehingga
dapat dikatakan tepung jagung dan tepung beras layak dikonsumsi. Akan tetapi, pada
tepung terigu dan tepung tapioka hasil perhitungannya ternyata melewati batas
cemaran bakteri. Hal ini mungkin saja terjadi karena ada kesalahan pada praktikum
yang dilakukan atau kurangnya steril alat alat yang ada.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Bakteri Lipolitik


Bakteri Lipolitik Gambar
No Sampel Media -2
10 10-3 TPC 10 -2
10-3
1 Mentega NA 136 92 1,06 x 105

NA + 336 276 2,76 x 105


1%
Lemak

2 Margarin NA 116 128 6,98 x 104 - -


NA + 468 408 4,08 x 105
1%
Lemak

3 Pindakas NA 340 266 2,66 x 103

NA + 312 45 4,5 x 104


1%
Lemak
Luthfi Apriansyah
240210170083

4 Kornet NA 592 440 4,4 x 105

NA + 344 300 3 x 105


1%
Lemak

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)


Kelompok bakteri lipolitik memproduksi lipase, yaitu enzim yang
mengkatalis hidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Bakteri yang
berifat lipolitik kebanyakan merupakan bakteri yang bersifat aerobik dan bakteri
proteolitik aktif (Sukarminah, dkk, 2008). Bakteri lipolitik dapat menyebabkan bahan
pangan yang mengandung lemak menjadi bau tengik. Jenis yang mempunyai spesies
bersifat lipolitik misalnya Pseudomonas, Alcaligenes, Serratia, dan Micrococcus.
Salah satu contoh yang bersifat lipolitik kuat misalanya P. fluorescens (Fardiaz,
1992).
Praktikum kali ini adalah mengenai pengujian sifat lipolitik mikroorganisme.
Langkah pertama yang dilakukan metode pengenceran untuk melakukan isolasi
bakteri dengan cara menuangkan 9 ml NaCl-fis kedalam 3 tabung reaksi karena
pengenceran dilakukan sampai 10-3. Lalu sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan
dituangkan ke dalam tabung reaksi pertama, kemudian dikocok untuk melarutkan
sampel dengan media pengencer. Hal ini menandakan pengenceran yang telah
dilakukan adalah pengenceran 10-1. Tabung pertama diambil sebanyak 1 ml dan
dipindahkan ketabung 2, hal tersebut terus dilakukan sampai mendapatkan
pengenceran 10-3. Larutan pengenceran 10-2 dan 10-3 diambil sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berbeda.
Cawan petri pertama yang sudah diisi sampel, kemudian dituangkan medium
NA hingga menutupi permukaan cawan dan ditambah 2-4 tetes NR steril.
Penambahan NR (Neutral Red) bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak lemak
Luthfi Apriansyah
240210170083

yang ditandai dengan lapisan merah dibawah koloni, lapisan merah tersebut
menunjukkan hidrolisis lipid pada pH rendah. Cawan yang lainnya dimasukkan
media NA + 1 % lemak lalu ditetesi NR steril juga sebanyak 2-4 tetes.
Cawan petri yang telah terisi medium dan sampel digerak-gerakkan
membentuk angka 8 untuk menghomogenkan sampel dan medium, kemudian
medium ditunggu sampai membeku, setelah membeku cawan petri dibungkus
menggunakan kertas dan diinkubasi dengan posisi terbalik. Hal ini ditujukan agar
medium tidak terkena uap air akibat kondensasi ketika diinkubasi. Proses inkubasi ini
dilakukan selama 2 hari dengan suhu 30oC.
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah mentega, margarin, kornet
dan pindakas. Sampel pertama adalah mentega yang diuji oleh kelompok 4 dan
didapatkan jumlah koloni dengan media NA pada pengenceran 10-2 adalah sebanyak
136 koloni dan pada pengenceran 10-3 sebanyak 92 koloni. Hasil perhitungan SPC
yang didapat adalah 1,06 x 105. Sementara itu mentega pada media NA + 1% lemak
dihasilkan jumlah koloni pada pengenceran 10-2 sebanyak 335 koloni dan pada
pengenceran 10-3 adalah 276 koloni. Hasil perhitungan SPC yang didapat adalah 2,76
x 105.
Pada media NA, jenis bakteri Serratia adalah kemungkinan bakteri yang
tumbuh pada media ini. Bakteri ini termasuk kedalam jenis bakteri lipolitik. Bakteri
ini berbentuk batang motil dengan flagellum peritrikus. Beberapa galur membentuk
kapsul dan bakteri ini termasuk kedalam bakteri gram negatif. Banyak galur
menghasilkan pigmen merah muda, merah atau magenta.
Pada media NA + 1% lemak + NR, kemungkinan bakteri yang bertumbuh
adalah jenis bakteri Alkaligenes. Bakteri ini termasuk kedalam jenis bakteri lipolitik,
dimana sel berbentuk batang atau batang membulat, biasanya terdapat tunggal.
Bakteri ini termasuk kedalam bakteri gram negatif dan tidak membentuk endospora.
Sampel selanjutnya ialah margarin yang diuji oleh kelompok 10, dan
didapatkan hasil pada media NA dengan pengenceran 10-2 adalah sebanyak 116
koloni dan dengan pengenceran 10-3 sebanyak 128 koloni. Hasil perhitungan SPC
yang didapat adalah 6,98 x 104. Sementara itu pengenceran yang dilakukan dengan
Luthfi Apriansyah
240210170083

media NA + 1% lemak menghasilkan jumlah koloni pada pengenceran 10-2 adalah


468 koloni dan jumlah pada pengenceran 10-3 adalah 408 koloni. Hasil perhitungan
SPC yang didapat adalah 4,08 x 105. Bakteri yang tumbuh pada medium ini
diperkirakan adalah jenis bakteri Alkaligenes juga.
Hasil pengamatan kelompok 14 dengan sampel kornet, mendapatkan hasil
jumlah koloni dengan media NA pada pengenceran 10-2 adalah 592 koloni dan pada
pengenceran 10-3 sebanyak 440 koloni. Hasil perhitungan SPC yang didapat adalah
4,4 x 105, sedangkan pada media NA + 1% lemak pengenceran 10-2 adalah 344
koloni dan pada pengenceran 10-3 sebanyak 300 koloni. Hasil perhitungan SPC yang
didapat adalah 3 x 105.
Kelompok 20 menguji sampel pindakas yaitu sampel terakhir dan didapatkan
jumlah koloni dengan media NA pada pengenceran 10-2 adalah sebanyak 340 koloni
dan pada pengenceran 10-3 sebanyak 266 koloni. Hasil perhitungan SPC yang didapat
adalah 2,66 x 105 sedangkan pengenceran yang dilakukan dengan media NA + 1%
lemak menghasilkan jumlah koloni pada pengenceran 10-2 adalah 312 dan pada
pengenceran 10-3 adalah 45 koloni. Hasil perhitungan SPC yang didapat adalah 4,5 x
104.
Luthfi Apriansyah
240210170083

V. KESIMPULAN
1. Bakteri halofilik adalah bakteri yang membutuhkan konsentrasi NaCl minimal
tertentu untuk pertumbuhannya.
2. Bakteri yang bersifat osmofilik atau sakarofilik dapat tumbuh pada media
dengan konsentrasi gula yang tinggi.
3. Bakteri Amilolitik merupakan mikroorganisme yang mampu memecah pati
menjadi menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam bentuk
glukosa.
4. Bakteri lipolitik adalah bakteri yang memproduksi lipase, yaitu enzim yang
mengkatalis hidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.
5. Berdasarkan hasil perhitungan TPC dari setiap sampel uji halofilik, sampel
ikan peda semuanya melebihi batas maksimum cemaran bakteri pada ikan
peda di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena ada kesalahan pada saat
praktikum atau telah rusaknya sampel saat penyimpanan
6. Berdasarkan hasil perhitungan TPC pada sampel tepung jagung dan tepung
beras ternyata berada di bawah batas sehingga dapat dikatakan tepung jagung
dan tepung beras layak dikonsumsi. Akan tetapi, pada tepung terigu dan
tepung tapioka hasil perhitungannya ternyata melewati batas cemaran bakteri.
Hal ini mungkin saja terjadi karena ada kesalahan pada praktikum yang
dilakukan atau kurangnya steril alat alat yang ada.
7. Berdasarkan hasil pengamatan uji lipolitik, diperkirakan bakteri yang tumbuh
berasal dari jenis bakteri Serratia dan Alkaligenes.
Luthfi Apriansyah
240210170083

DAFTAR PUSTAKA

 Buckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan H. Wooton. (1985). Ilmu Pangan
(Terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 97-98.
 Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2008. Pengantar Teknologi Pangan.
Bandung : UniversitasPadjajaran.
 Sumanti, Debby M. dan Een Sukarminah. 2008. Diktat Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Pangan. Jatinangor : Universitas Padjajaran.
 Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
 Herudiyanto, Marleen. 2006. Bahan Ajar Pengantar Teknologi Pengolahan
Pangan. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.
 Maturin, Larry and J.T. Peeler. 2001. Aerobic Plate Count. BAM
(Bacteriological Analytical Manual), Chapter 3. Food and Drug
Administration.
 Wiguna, Anarda. 2015. Total Plate Count. Diakses dari:
http://duniachemistry.blogspot.co.id/ pada tanggal 28 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai