Anda di halaman 1dari 27

Ignes Tifanny

240210170077

IV. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Tabel 1. Pengamatan Pengujian Bakteri Halofilik
Sam
Kel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar
pel
10-2

Ikan 7,14. 2,83.


1 NA 188 124
peda 104 104 10-3

10-2

Ikan NA+Na 1,2. 1,09.


5 120 TBUD
peda Cl 5% 104 104 10-3

10-2

Ikan NA+Na 3,68. 2,83.


6 312 368
peda Cl 10% 105 105
Ignes Tifanny
240210170077

Sam
Kel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar
pel
10-3

10-2

Ikan NA+Na 4,74. 3,21.


7 288 66
peda Cl 15% 104 104 10-3

10-2

Ikan 3,28. 2,98.


11 NA 664 328
asin 105 104 10-3

Ikan NA+Na 2,6. 2,36.


15 340 260
asin Cl 5% 105 104
Ignes Tifanny
240210170077

Sam
Kel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar
pel
10-2

10-3

10-2

Ikan NA+Na 5,84.


16 804 584 5,3.104 10-3
asin Cl 10% 105

10-2

Ikan NA+Na 2,1.


17 21 14 2,1.103
asin Cl 15% 103 10-3
Ignes Tifanny
240210170077

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Praktikum kali ini, dilakukan pengujian bakteri halofilik. Berdasarkan
teori yang ada, garam merupakan bahan yang sangat penting dalam pengawetan
ikan, daging, dan bahan pangan lainnya (Adiono, 2007). Garam berperan sebagai
penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Namun, masih tetap
ada jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan pangan yang
mengandung garam, baik garam dengan kadar rendah, maupun garam dengan
kadar tinggi. Jenis ini disebut dengan bakteri halofilik. Bakteri halofilik (Yunani,
halo = garam, philos = suka) adalah bakteri yang hidup di lingkungan dengan
kadar garam tinggi. Bakteri halofilik membutuhkan konsentrasi NaCl minimal
tertentu untuk pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Kebutuhan garam untuk
pertumbuhan optimum bervariasi, yaitu 5-20% untuk bakteri halofilik sedang, dan
20-30% untuk bakteri halofilik ekstrim. Beberapa bakteri disebut hatolerant (tahan
garam), yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa garam. Bakteri-bakteri
tersebut diantaranya tergolong dalam jenis Halobacterium, Micrococcus,
Pseudomonas, Vibrio, Pediococcus, dan Alkaligenes.
Garam bersifat bakteriostatik dan merupakan elektrolit yang mampu
memecah ikatan air dalam protein. Akibat lebih lanjut adalah terjadinya denaturasi
protein. Garam sebagai pengawet berfungsi menaikkan tekanan osmotik sehingga
menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel mikroorganisme, dehidrasi, dan
bersifat racun akibat terbentuknya ion klorida serta menyebabkan sel
mikroorganisme menjadi peka terhadap karbondioksida. Dengan penambahan
garam akan menaikan konsentrasi dan menurunkan kadar air. Mikroorganisme
pada umumnya tidak dapat tumbuh pada aw rendah karena tidak ada cukup air
untuk mendukung pertumbuhannya, selain itu penambahan garam pada bahan
pangan bisa menghambat mikroorganisme. Bakteri yang tahan pada kadar garam
tinggi, umumnya mempunyai kandungan Kalium klorida (KCl) yang tinggi dalam
selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi kalium yang tinggi untuk
stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple
bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion natrium
(Sukarminah dkk, 2008).
Ignes Tifanny
240210170077

Bahan yang dilakukan untuk pengujian bakteri halofilik adalah ikan peda
dan ikan asin. Ikan peda dan ikan asin adalah produk pangan tradisional yang
sangat populer di Indonesia, merupakan hasil pengolahan ikan dengan fermentasi
selektif, menggunakan garam sebagai media seleksi, dan memanfaatkan mikroba-
mikroba halofilik serta enzim-enzim proteolitik.
Ikan peda merupakan salah satu pengawetan hasil perikanan dengan cara
kombinasi antara penggaraman dan fermentasi. Proses penggaraman ini bertujuan
untuk mengikat kadar air yang ada pada tubuh sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Tetapi ada mikroorganisme toleran terhadap kadar
garam tinggi. Bahkan mikroorganisme tersebut membutuhkan konsentrasi
minimal tertentu untuk pertumbuhannya (Fardiaz, 1992).
Ikan asin berbeda dengan ikan peda, ikan asin adalah produk pengawetan
yang dilakukan melalui proses penggaraman dan pengeringan. Pada pengawetan
ikan ini, bakteri yang mungkin tumbuh adalah bakteri halofilik karena bakteri
halofilik dapat bertahan dalam garam dengan konsentrasi yang tinggi. Ikan asin
dimungkinkan bakteri halofilik dapat berkembang biak dengan baik karena ikan
asin diproses dengan penggaraman yang berkadar tinggi dan dilakukan
pengeringan untuk mengawetkannya.
Bahan yang digunakan adalah ikan peda dan ikan asin karena ikan peda
dan ikan asin mengandung kadar garam yang tinggi dan dapat digunakan untuk
pengujian bakteri halofilik yang dapat hidup di lingkungan yang memiliki kadar
garam. Kadar garam yang terdapat dalam ikan peda dan ikan asin sangat besar
ragamnya berkisar antara 0,3-8,1% dan 5,7-21,2%.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah, pertama-tama, sampel ikan
peda dipotong sedikit dan dihancurkan dengan menggunakan mortal dan alu
sampai halus. Ikan peda yang telah dihancurkan kemudian ditimbang sebanyak 1
gram dengan menggunakan neraca analitik. Sampel diencerkan sampai
pengenceran sampai 10-3. Untuk melakukan pengenceran sampai 10-3, pertama-
tama, ikan peda yang telah dihancurkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml NaCl Fis lalu dihomogenkan menggunakan vortex dan pengenceran
yang terjadi adalah pengenceran 10-1. Larutan NaCl Fis digunakan sebagai bahan
pengencer dikarenakan larutan ini dapat mencegah perubahan pH lingkungan dan
Ignes Tifanny
240210170077

dapat menjaga agar tetap steril. Setelah homogen, 1 ml pengenceran tersebut


diambil menggunakan mikropipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi kedua
yang juga berisi 9 ml NaCl Fis lalu dihomogenkan lagi dan membentuk
pengenceran 10-2. Pengenceran 10-2 ini digunakan sebagai penumbuh bakteri pada
media. Pengenceran tersebut diambil sebanyak 1 ml dan dipindahkan ke cawan
petri steril dan diambil 1 ml lagi untuk dipindahkan ke tabung reaksi ketiga yang
juga berisi 9 ml NaCl Fis lalu dihomogenkan. Campuran tersebut adalah
pengenceran 10-3 dan juga digunakan sebagai penumbuh bakteri pada media.
Pengenceran tersebut kemudian diambil sebanyak 1 ml dan dipindahkan ke cawan
petri steril.
Media yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan campuran antara
NA dengan NaCl. Kadar NaCl yang dicampurkan ke dalam NA berbeda-beda,
yaitu, 5%, 10%, dan 15%. Tujuan penambahan NaCl ke dalam NA dalam jumlah
yang bervariasi sebagai media adalah untuk mengetahui kebutuhan garam yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan optimum bakteri, sedangkan media yang tidak
ditambahkan NaCl digunakan sebagai pembanding. Media akan berbentuk cair
apabila dalam keadaan panas akan tetapi pada saat media masih panas, media
tidak boleh langsung dituang ke dalam cawan petri yang berisi larutan ikan peda
karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan bakteri tidak tumbuh karena bakteri
sudah mati sehingga menyebabkan percobaan gagal. Oleh karena itu, media yang
masih berada dalam botol Schott dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air
agar suhunya turun tetapi agar tidak membeku. Setelah media terasa hangat,
barulah dituangkan ke dalam kedua cawan petri yang berisi larutan ikan peda
hingga menutupi permukaan cawan petri. Kemudian diinkubasi selama 3 hari di
dalam oven pada suhu 300C. Dilakukan juga hal yang sama pada sampel ikan
asin.
Sampel dalam cawan petri yang telah diinkubasi selama 3 hari di dalam
oven kemudian dikeluarkan. Pada cawan petri akan muncul titik-titik yang
merupakan bakteri hidup yang tumbuh pada sampel. Untuk menghitung bakteri
dapat dilakukan secara langsung apabila jumlah titik yang ada sedikit, sedangkan
jika titik-titik terlalu banyak dan sulit untuk dihitung, bidang cawan petri dibagi
Ignes Tifanny
240210170077

empat bagian sama besar dengan menggunakan spidol lalu dihitung jumlah titik
pada salah satu bagian lalu hasil perhitungan dikali empat.
Perhitungan total bakteri yang ada pada sampel dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya metode hitungan preparat (Total Plate Count) dan
hitungan mikroskopis langsung (Direct Count). Pada praktikum ini, digunakan
metode TPC (Total Plate Count) yang mengacu pada BAM (Bacteriological
Analytical Manual). Prisip dari metode TPC adalah menumbuhkan sel
mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme
akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat secara langsung
dan dapat dihitung dengan mata. Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel
yang masih hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut
serta dapat mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Perhitungan dengan metode TPC hanya dilakukan terhadap cawan petri dengan
jumlah koloni antara 30-300. Perhitungan TPC dinyatakan sebagai jumlah koloni
hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer.
𝑥 1 .10 2 +𝑥 2 + 10 3
TPC = 2

Apabila ada cawan petri dengan jumlah koloni yang kurang dari 30 atau lebih dari
30, diambil jumlah terbesar lalu dikalikan faktor pengencernya.
Sedangkan untuk menghitung jumlah koloni menggunakan metode BAM
(Bacteriological Analytical Manual) dapat digunakan rumus:
𝐶
N = { 1𝑥𝑛 1 + 0,1𝑥𝑛 2 } 𝑥 𝑑

N = total bakteri
Σc = jumlah seluruh koloni yang dihitung
n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama
n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua
d = pengenceran terkecil
Jika ada cawan dengan jumlah koloni diluar kisaran 25-250 maka dipilih cawan
yang mempunyai jumlah koloni yang paling mendekati. Jika ada cawan dengan
jumlah koloni <25 maka cara perhitungannya adalah <25x1/d. Dan jika ada cawan
dengan jumlah koloni >250 maka dipilih cawan yang berjumlah paling mendekati
batas atas kisaran tersebut.
Ignes Tifanny
240210170077

Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan peda, bakteri halofilik tumbuh


pada semua media dan berdasarkan hasil perhitungan metode TPC pada sampel
ikan peda yang menggunakan media NA, didapatkan jumlah bakteri yang tumbuh
adalah 7,14.104. Berdasarkan literatur, sampel ikan peda yang telah diencerkan
dan dicampurkan dengan media NA dan ditambah NaCl seharusnya menunjukkan
semakin tinggi pengenceran yang telah dilakukan berhasil untuk mengurangi
jumlah koloni bakteri yang tumbuh garam karena garam dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, sehingga penambahan garam ini dilakukan untuk
pengawetan. Sedangkan, jumlah bakteri yang tumbuh pada media NA+NaCl 5%
adalah 1,2.104, pada media NA+NaCl 10% adalah 3,68.105 , dan pada media
NA+NaCl 15% adalah 4,74.104. Pada media NA+NaCl 5%, jumlah bakteri yang
tumbuh semakin sedikit daripada yang tumbuh pada media NA sehingga sesuai
dengan literatur, tetapi pada media dengan konsentrasi NaCl 10% dan 15% terjadi
peningkatan jumlah bakteri yang berarti adanya kesalahan pada saat praktikum,
mungkin disebabkan karena adanya kontaminan dan pengencerannya terlalu
tinggi. Faktor kontaminan dapat disebabkan oleh media, alat, lingkungan, dan
praktikan yang tidak steril.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel ikan asin dan berdasarkan
hasil perhitungan jumlah koloni menggunakan metode TPC didapatkan jumlah
koloni yang tumbuh pada media NA adalah 3,28.105, pada media NA+NaCl 5%
adalah 2,6.105, pada media NA+NaCl 10% adalah 5,84.105, dan pada media
NA+NaCl 15% adalah 2,1.103. Pada media dengan konsentrasi NaCl 5% dan
15%, terjadi penurunan jumlah bakteri sehingga sesuai dengan literatur yaitu
penambahan garam mengurangi pertumbuhan bakteri. Tetapi pada media dengan
konsentrasi NaCl 10%, terjadi penambahan jumlah mikroba yang terjadi mungkin
karena adanya kesalahan seperti adanya kontaminasi pada saat dilakukan
praktikum. Ikan asin mempunyai kadar garam yang sangat tinggi dan hanyak
bakteri halofilik kuat yang dapat tumbuh pada ikan asin sehingga seharusnya
bakteri yang tumbuh pada ikan asin lebih banyak daripada yang tumbuh pada ikan
peda.
Jenis bakteri halofilik yang mungkin terdapat pada sampel yang
dicampurkan oleh media NA dan media NA+NaCl 15% adalah bakteri
Ignes Tifanny
240210170077

Pseudomonas. Bakteri Pseudomonas adalah jenis bakteri gram negatif yang


berbentuk basil dan dapat tumbuh pada medium yang memiliki kadar NaCl 0 ppt
hingga 300 ppt.
Jenis bakteri halofilik yang mungkin terdapat pada sampel yang
dicampurkan oleh media NA+NaCl 5% adalah bakteri Micrococcus dan
Pediococcus. Bakteri Micrococcus merupakan bakteri yang hidup secara
menggerombol tidak teratur, atau membentuk paket atau tetrad. Kebanyak spesies
Micrococcus membentuk pigmen berwarna kuning, oranye, merah, atau merah
muda. Bakteri ini mempunyai suhu optimum pertumbuhan 25oC-30oC.
Micrococcus dapat mengoksidasi gukosa menjadi asam, kebanyakn bersifat
proteolitik, tetapi hanya beberapa yang bersifat lipolitik. (Fardiaz, 1992). Bakteri
Pediococcus pada umumnya membentuk tetrad, tetapi beberapa spesies
Pediococcus membentuk rantai pendek. Pediococcus bersifat katalase negatif dan
mikroaerobfilik. Bakteri ini bersifat homofermentatif, yaitu memecah gula
menjadi asam laktat dan tumbuh baik pada konsentrasi garam sampai 5,5%, maka
bakteri ini cocok tumbuh pada sampel ikan peda yang telah dicampurkan dengan
media NA+5% NaCl.
Jenis bakteri halofilik yang mungkin terdapat pada sampel yang
dicampurkan oleh media NA+NaCl 10% adalah bakteri Halobacterium. Bakteri
Halobacterium adalah termasuk dalam kelompok bakteri yang bersifat halofilik,
yaitu dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl dengan kisaran 3,5 sampai jenuh.
Bakteri ini ditemukan dalam air laut dan garam. (Fardiaz, 1992).
Tabel 2. Pengamatan Pengujian Bakteri Osmofilik
Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar
10-2

Minum
6,4. 2,14.
2 an sari PCA 120 116 10-3
104 104
buah
Ignes Tifanny
240210170077

Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar


10-2

PCA+
2,76.
Sukrosa 304 9 9.103
104
30% 10-3

10-2

8,34.
PCA 188 148 3.104
104 10-3

8 Madu
10-2

PCA+
1,52. 1,38.
Sukrosa 304 152
105 104 10-3
30%
Ignes Tifanny
240210170077

Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar

3,49. 9,45.
PCA 38 66 -
104 103
Susu
12 kental
manis
PCA+
2,32. 8,54. -
Sukrosa 53 41
104 103
30%

10-2

2,5. 2,27.
PCA 250 476
104 104 10-3

18 Sirup
10-2

PCA+
6,76. 2,83.
Sukrosa 312 676
105 10 10-3
30%

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Praktikum berikutnya yang dilakukan adalah pengujian bakteri osmofilik.
Bakteri osmofilik adalah bakteri yang tumbuh pada medium dengan konsentrasi
Ignes Tifanny
240210170077

gula tinggi. Jenis mikroba yang termasuk osmofilik adalah jenis bakteri dan
khamir. Beberapa jenis bakteri bersifat osmotolerant, yaitu bakteri yang dapat
tumbuh dengan atau tanpa konsentrasi gula tinggi, misalnya bakteri Leuconostoc
(Sukarminah dkk, 2010). Pada umumnya yang cenderung tahan terhadap
konsentrasi gula yang tinggi adalah jenis khamir.
Khamir osmofilik dapat tumbuh pada substrat dengan konsentrasi gula
tinggi pada aw sekitar 0.62-0.65. Khamir ini menyebabkan kerusakan pada buah-
buahan kering, madu, sirup, bir, roti, dan sebagainya. Contoh dari khamir yang
bersifat osmofilik adalah Sacharomycesrouxi dan S. mellis, jenis yang dapat
menghidrolisis laktosa yaitu Saccharomyces fragilis dan yang sering
menyebabkan kerusakan pada madu, sirup dan molase yaitu
jenis Zygosaccharomyces nussbaumeri (Sukarminah dkk, 2010). Karena kadar air
dari sampel mengandung gula maka sebagian dari air yang ada tidak tersedia
untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan pangan
berkurang. Maka sampel yang memiliki kadar gula yang lebih tinggi akan lebih
awet. Selain garam, gula juga digunakan sebagai bahan alami yang digunakan
dalam proses pengawetan pangan.
Mikroorganisme pada umumnya tidak dapat tumbuh pada lingkungan
dengan tekanan osmotik yang tinggi karena cairan dalam sel bakteri akan
berdifusi keluar dan sel akan kisut dan mati. Melihat keadaan tersebut,
penggunaan gula sangat tepat sebagai bahan pengawet karena gula dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan sifat-sifatnya yang dapat
mengikat air sehingga menyebabkan dehidrasi bahan pangan dan menurunkan aw
bahan pangan, juga dapat mengakibatkan tekanan osmotik substrat sehingga
menyebabkan sel mikroorganisme mengalami plasmolisis. Oleh karena itu, sering
dilakukan penambahan gula dalam jumlah besar pada bahan pangan untuk
menaikkan tekanan osmotik dari bahan pangan tersebut. Tetapi ada
mikroorganisme yang tahan hidup pada lingkungan dengan tekanan osmotik
tinggi. Bahkan mikroorganisme ini membutuhkan medium tertentu untuk
pertumbuhannya, bakteri ini adalah bakteri osmofilik (Fardiaz, 1992).
Sampel yang digunakan untuk pengujian bakteri osmofilik adalah
minuman sari buah, madu, susu kental manis dan sirup. Minuman sari buah,
Ignes Tifanny
240210170077

madu, susu kental manis, dan sirup memiliki kadar gula yang tinggi. 1 gram
sampel masing-masing ditimbang dan diencerkan sampai pengenceran 10-3.
Kemudian 1 ml pengenceran 10-2 dan 10-3 dinokulasikan pada cawan dengan
menggunakan metode tuang. Untuk mengetahui apakah terdapat bakteri dalam
sampel yang terkandung gula itu atau tidak, digunakan media yang dikhususkan
untuk menumbuhkan kapang dan khamir yaitu PCA (Plate Count Agar) dan PCA
yang ditambah dengan sukrosa 30% yang diinkubasi selama 3 hari pada suhu
30oC. Penambahan 30% sukrosa pada media PCA bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi gula terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan juga
dimaksudkan untuk mengkondisikan lingkungan media sehingga cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme osmofilik. Jumlah koloni yang tumbuh pada media
yang ditambahkan sukrosa sebanyak 30% seharusnya lebih sedikit daripada media
yang tidak ditambahkan sukrosa, yang kemungkinan terjadi karena bakteri yang
tumbuh bersifat osmofilik. Setelah 3 hari, cawan petri dikeluarkan lalu dihitung
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sampel menggunakan metode TPC.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sampel minuman sari buah,
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA adalah 6,4.104 sedangkan
pada media PCA+sukrosa 30%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah 9.103.
Jumlah koloni pada media yang ditambahkan sukrosa lebih sedikit daripada yang
tidak ditambahkan sukrosa yang berarti sesuai dengan literatur. Mikroorganisme
yang kemungkinan tumbuh pada sampel sari buah adalah bakteri, kapang, dan
khamir yang bersifat osmofilik seperti bakteri Leuconostoc, khamir
Zygosaccharomyces, dan khamir Saccharomyces rouxxi.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sampel madu adalah jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA adalah 8,34.104, sedangkan pada
media PCA+sukrosa 30%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah 1,52.105.
Pada sampel madu, jumlah koloni pada media yang ditambahkan sukrosa lebih
banyak daripada media yang tidak ditambahkan sukrosa, hal ini mungkin
disebabkan karena kesalahan pada saat praktikum seperti kurang bersihnya alat-
alat-alat praktikum yang digunakan sehingga terjadi kontaminasi dari alat-alat
tersebut maupun kontaminasi dari udara luar. Mikroorganisme yang kemungkinan
tumbuh pada sampel sari buah adalah bakteri, kapang, dan khamir yang bersifat
Ignes Tifanny
240210170077

osmofilik seperti bakteri Leuconostoc, khamir Zygosaccharomyces, dan khamir


Saccharomyces rouxxi.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sampel susu kental manis adalah
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA adalah 3,49.104, sedangkan
pada media PCA+sukrosa 30%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah
2,32.104. Jumlah koloni pada media yang ditambahkan sukrosa lebih sedikit
daripada yang tidak ditambahkan sukrosa menujukkan sudah sesuai literatur.
Mikroorganisme yang kemungkinan tumbuh pada sampel susu kental manis
adalah bakteri, kapang, dan khamir yang bersifat osmofilik seperti bakteri
Leuconostoc dan khamir Saccharomyces rouxxi.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada sampel sirup adalah jumlah
koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA. adalah 2,5.104, sedangkan pada
media PCA+sukrosa 30%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah 6,76.105.
Pada sampel madu, jumlah koloni pada media yang ditambahkan sukrosa lebih
banyak daripada media yang tidak ditambahkan sukrosa, hal ini mungkin
disebabkan karena kesalahan pada saat praktikum seperti kurang bersihnya alat-
alat-alat praktikum yang digunakan sehingga terjadi kontaminasi dari alat-alat
tersebut maupun kontaminasi dari udara luar. Bakteri yang kemungkinan tumbuh
pada sampel sirup adalah bakteri Lueconostoc mesenteroides.
Tabel 3. Pengamatan Pengujian Mikroorganisme Amilolitik
Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar
10-2

Tepung 2,12. 1,92.


3 NA 212 334
jagung 104 104 10-3
Ignes Tifanny
240210170077

10-2

Tepung 6,8. 1,8.


9 NA 70 129
beras 104 104 10-3

10-2

Tepung 1,3. 4,72.


13 NA 288 232
terigu 105 104 10-3

10-2

Tepung 1,56. 3,92.


19 NA 132 300
tapioka 105 104 10-3
Ignes Tifanny
240210170077

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Amilase merupakan kelompok enzim yang digunakan dalam memecah
pati dan berperan penting dalam industri pangan, terutama banyak digunakan
dalam proses hidrolisis pati menjadi dekstrin dan selanjutnya menjadi maltosa dan
glukosa. Kemampuan untuk menghidrolisis amilum menjadi glokosa, maltosa,
dan dekstrin adalah karena mempunyai enzim amilase. Amilun tidak dapat
digunakan, sehingga mikroorganisme harus menghidrolisis amilum terlebih
dahulu menjadi molekul yang lebih sederhana dan masuk ke dalam sel. Selain itu,
amilase juga digunakan dalam industri bahan bakar, tekstil, kertas, deterjen dan
memilikipotensi aplikasi dalam klinik, medis dan kimia analitik .
Praktikum selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap pertumbuhan
bakteri amilolitik. Mikroorganisme amilolitik merupakan mikroorganisme yang
mampu memecah pati (oligosakarida) menjadi senyawa gula yang lebih sederhana
(monosakarida), terutama bentuk glukosa. Reaksi hidrolisis pati menyebabkan
pencairan pati sehingga menyebabkan perubahan cita rasa makanan. Kebanyakan
mikroorganisme amilolitik tumbuh subur pada bahan pangan yang banyak
mengandung pati atau karbohidrat, misalnya pada berbagai jenis tepung.
Mikroorganisme amilolitik kebanyakan adalah kapang dan beberapa jenis bakteri
(Fardiaz, 1992).
Sampel yang digunakan untuk pengujian mikroorganisme osmofilik adalah
tepung jagung, tepung beras, tepung terigu, dan tepung tapioka. Sampel tepung
jagung, tepung beras, tepung terigu dan tepung tapioka masing-masing ditimbang
sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 90 ml garam
fisiologis sehingga pengenceran 10-1, kemudian dilakukan pengenceran 10-2
dengan cara mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi berisi 9 ml garam fisiologis. Cara ini dilakukan berulang ulang
sampai pengenceran 10-3. Dari seri pengenceran tersebut diambil pengenceran 10-2
dan 10-3 sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam cawan petri. Media yang
digunakan adalah NA dan dituangkan ke dalam cawan petri yang telah berisi
sampel dan diinkubasi selama 3 hari. Setelah 3 hari, dilakukan pengamatan
terhadap bakteri amilolitik yang tumbuh pada sampel. Pada saat pengamatan,
diteteskan yodium 1% di atas koloni. Tujuan penetasan larutan yodium 1%
Ignes Tifanny
240210170077

diberikan untuk membuktikan apakah bakteri yang tumbuh pada media adalah
bakteri amilolitik. Pati yang tidak terhidrolisis akan membentuk warna biru
dengan yodium yang menunjukkan tidak terdapatnya enzim amilase yang
dihasilkan oleh bakteri selain bakteri amilolitik. Pati yang terhidrolisis di
sekeliling koloni akan terlihat areal bening, sebagai akibat aktivitas enzim
amilase. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau amilum sudah
terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri. Menurut Fardiaz (1992) warna jernih
atau bening pada sekeliling bakteri setelah ditambahkan yodium disebabkan
karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan yodium. Areal berwarna coklat
kemerahan di sekeliling koloni menunjukkan hidrolisis sebagian terhadap pati.
Tepung jagung adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji
jagung yang bersih melalui proses pemisahan kulit, endosperm, lembaga, dan tip
cap. Endosperm merupakan bagian biji jagung yang digiling dengan tepung dan
memiliki kadar karbohidrat yang tinggi, oleh karena itu tepung jagung digunakan
untuk pengujian amilolitik (Lorenz, 1991). Di sekeliling koloni terlihat areal
bening yang menunjukkan bahwa bakteri amilolitik dapat menghidrolisis semua
pati sebagai akibat aktivitas enzim amilase yang membuktikan bahwa bakteri
yang tumbuh adalah bakteri amilolitik. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
sampel tepung tapioka berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan
menggunakan metode TPC adalah 6,8.104. Perkiraan bakteri yang tumbuh pada
tepung jagung adalah E.Coli.
Tepung beras adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari beras yang
digunakan untuk membuat kue. Tepung beras mengandung banyak pati dan
protein tanpa gluten (Soeparno, 1994). Di sekeliling koloni terlihat areal berwarna
kecoklatan yang menunjukkan bahwa bakteri amilolitik dapat menghidrolisis
sebagian pati yang membuktikan bahwa bakteri yang tumbuh tidak semuanya
adalah bakteri amilotik melainkan ada bakteri kontaminan yang disebabkan
mungkin karena alat yang digunakan tidak steril. Jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada sampel tepung beras berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan
menggunakan metode TPC adalah 2,12.104. Perkiraan bakteri yang tumbuh pada
tepung beras adalah Clostridium butyricium dan E.coli.
Ignes Tifanny
240210170077

Tepung terigu berasal dari biji gandum yang telah mengalami proses
pengeringan dan pengecilan ukuran. Kandungan karbohidrat atau pati dalam
tepung terigu cukup tinggi. Di sekeliling koloni terlihat areal bening yang
menunjukkan bahwa bakteri amilolitik dapat menghidrolisis semua pati sebagai
akibat aktivitas enzim amilase yang membuktikan bahwa bakteri yang tumbuh
adalah bakteri amilolitik. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sampel tepung
terigu berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan menggunakan metode TPC
adalah 1,3.105. Jenis bakteri yang mungkin tumbuh pada sampel tepung terigu
adalah Bacillus subtilis.
Tepung tapioka adalah salah satu olahan dari ubi kayu. Tepung tapioka
umumnya berbentuk butiran pati yang banyak terdapat pada sel umbi singkong.
Kandungan pati pada tepung tapiokaini cukup tinggi yaitu 37,70%. Tapioka
banyak digunakan sebagai bahan pengental dan bahan pengikat dalam industri
pangan (Buckle, 1987). Di sekeliling koloni terlihat areal bening yang
menunjukkan bahwa bakteri amilolitik dapat menghidrolisis semua pati sebagai
akibat aktivitas enzim amilase yang membuktikan bahwa bakteri yang tumbuh
adalah bakteri amilolitik. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sampel tepung
tapioka berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan menggunakan metode
TPC adalah 1,56.105. Perkiraan bakteri yang tumbuh pada tepung tapioka adalah
Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, dan Succinnimonas amyloytiva
yang dapat menghidrolisis enzim amilase.
Tabel 4. Pengamatan Pengujian Mikroorganisme Lipolitik
Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar
10-2

Mente 1,06.
4 NA 136 92 2.104
ga 105 10-3
Ignes Tifanny
240210170077

Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar


10-2

NA+
2,76. 2,5.
1% 336 276 10-3
105 104
lemak

6,98. 2,21. -
NA 116 128
104 104
Marga
10
rin
NA+
4,08. 3,7. -
1% 468 408
105 104
lemak

10-2

4,4.1
NA 592 440 4. 104
05 10-3

14 Kornet

10-2

NA+
2,72.
1% 344 300 3.105
104
lemak
Ignes Tifanny
240210170077

Kel Sampel Media Σ10-2 Σ10-3 TPC BAM Gambar


10-3

10-2

2,66. 2,41.
NA 340 266
105 104 10-3

Pindaka
20
s 10-2

NA+
4,5.1
1% 312 45 4. 103
04 10-3
lemak

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Lemak merupakan zat makan yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh. Selain itu lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibanding dengan karbohidrat. Oleh karena itu lemak banyak berada dalam bahan
pangan dengan kadar yang berbeda-beda atau mungkin ditambahkan dalam bahan
Ignes Tifanny
240210170077

pangan. Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak, dan dapat dioleskan.
Plastisitas lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang
masing-masing mempunyai titik cair masing-masing (Herudiyanto, 2006). Lemak
dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Reaksi ini dapat dipercepat
dengan adanya enzim lipase. Dengan adanya lipase dalam bahan pangan, lemak
akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10% (Winarno, 1992).
Hidrolisis bersifat menurunkan mutu bahan pangan. Asam lemak bebas
yang dihasilkan oleh reaksi hidrolisis ini dapat memberikan rasa dan bau tengik
pada lemak atau minyak tersebut (Herudiyanto, 2006). Lipase bisa berasal dari
bahan pangan itu sendiri atau dari kontaminasi bakteri, khamir atau kapang. Jenis-
jenis mikroorganisme yang mempunyai sejumlah spesies bersifat lipolitik
misalnya bakteri Pseudomonas, Alcaligenes dan staphylococccus; kapang yang
termasuk jenis Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus dan Penicillum; serta khamir
yang termasuk jenis Candida, Rhodotorula dan Hansenula. Mikroorganisme
lipolitik adalah kelompok mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk
menghidrolisis dan mengoksidasi lemak. Mikroorganisme lipolitik dapat
memproduksi lipase sehingga mampu menghidrolisis lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Mikroorganisme lipolitik dapat menyebabkan bahan pangan
mengandung lemak berbau tengik.
Sampel yang digunakan pada pengujian mikroorganisme lipolitik adalah
mentega, margarin, kornet, dan pindakas. Seluruh sampel yang digunakan
mengandung lemak, dan seperti kita ketahui, terdapat beberapa jenis bakteri yang
mampu hidup pada media lemak dan memiliki enzim lipase untuk menghidrolisis
lemak. Hidrolisis lemak sendiri bersifat menurunkan mutu bahan pangan. Asam
lemak bebas yang dihasilkan oleh reaksi hidrolisis ini dapat memberikan rasa dan
bau tengik pada lemak atau minyak tersebut (Herudiyanto, 2006). Melihat
keadaan tersebut, maka penting sekali untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan
bakteri lipolitik, sehingga kita dapat meminimalisir kerusakkan produk pangan
yang diakibatkan penghidrolisisan lemak oleh bakteri lipolitik ini.
Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan diencerkan sampai pengenceran
10 . Pengenceran 10-2 dan 10-3 dimasukkan ke dalam cawan petri steril yang
-3

berbeda. Media yang digunakan adalah NA dan NA yang ditambahkan lemak 1%.
Ignes Tifanny
240210170077

Penambahan 1 % lemak ini berfungsi sebagai medium yang optimal bagi


pertumbuhan mikroba dan juga untuk menetralisasi atau mengurangi karbohidrat
yang mungkin terdapat pada komponen NA. Hal ini untuk mencegah terjadinya
fermentasi pada karbohidrat yang menghambat pertumbuhan mikroba lipolitik
(Pelczar, 1986), sedangkan medium NA sebagai kontrol. Setelah sampel
diinokulasi pada media tersebut, seluruh sampel ditetesi oleh Neutral Red (NR).
Proses penentesan NR ini bertujuan untuk mendeteksi apakah bakteri yang
tumbuh bersifat lipolitik atau tidak. Karena bakteri lipolitik dapat menyerap
indikator sehingga dasar koloni akan berwarna merah. Selain itu, koloni
mikroorganisme pemecah lemak akan memecah lemak menjadi gliserol dan asam-
asam lemak sehingga menurunkan pH medium, yang mengakibatkan warna merah
pada bagian bawah koloni karena perubahan warna indikator NR pada pH rendah.
Seluruh cawan petri kemudian diinkubasi pada suhu 30°C selama 3 hari.
Butter/Mentega merupakan produk industri susu karena bahan utama
pembuatannya berasal dari lemak hewani atau susu (80-82 %) dan ditambah
dengan bahan pendukung lainnya seperti air, garam dan padatan susu (curd).
Selain itu mentega diperkaya dengan vitamin A, D, E dan K yang tidak larut
dalam air. Mentega mampu memberikan rasa kenyang yang lebih lama dan lebih
memberikan rasa gurih serta aroma yang lebih tajam pada masakan, karena itu
dapat dimengerti kalau harga mentega jauh lebih mahal daripada margarin.
Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di
beberapa resep roti dan masakan, dan terkadang bahan untuk menggoreng.
Mentega biasanya dikemas dalam aluminium, pilihlah kemasannya yang masih
utuh, tidak rusak dan tidak terbuka serta tidak terdapat bintik warna hitam pada
permukaannya. Berdasarkan tabel di atas, hasil percobaan yang didapatkan adalah
berupa jumlah koloni bakteri pada media NA adalah sebanyak 1,06.105.
Sedangkan pada media NA+1% lemak, jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah
2,76.105. Perbedaan yang terjadi antara sampel pada media NA dan media NA+
1% lemak terlihat dari jumlah koloninya, dimana sampel yang ditempatkan pada
media NA+1% lemak memiliki jumlah koloni lebih banyak dibandingkan dengan
sampel yang ditempatkan pada media NA saja. Karena, dengan adanya lemak
membantu pertumbuhan organisme untuk tumbuh optimal. Selain itu, digunakan
Ignes Tifanny
240210170077

indikator NR yang diteteskan pada media NA+1% lemak mengakibatkan


perubahan warna pada media NA menjadi bewarna merah bata dan juga
menyebabkan timbulnya titik – titik merah pada media setelah diinkubasi, titik –
titik merah tersebut menunjukkan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan bakteri
lipolitik, menurut literatur bakteri lipolitik menyerap NR, sehingga bakteri
bewarna merah. Perkiraan bakteri yang tumbuh pada mentega pada media NA
adalah Bacillus yang berbentuk basil dan merupakan bakteri gram negatif
sedangkan bakteri yang tumbuh pada mentega pada media NA+1% lemak adalah
Serratia yang berbentuk basil dan merupakan bakteri gram negatif.
Margarin terbuat dari minyak atau lemak nabati, dan bahan tambahan
seperti susu bubuk skim atau lemak hewani, air, garam, esens, pewarna dan zat
anti tengik. Umumnya margarin memiliki kandungan lemak yang sedikit tetapi
kandungan airnya sangat banyak. Kandungan air yang tinggi biasanya dapat
memungkinkan bakteri cepat tumbuh dibandingkan dengan keadaan kering
(Buckle,1987). Berdasarkan tabel di atas, hasil percobaan yang didapatkan adalah
berupa jumlah koloni bakteri pada media NA adalah sebanyak 6,98.104.
Sedangkan pada media NA+1% lemak, jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah
4,08.105. Jumlah koloni yang tumbuh pada media NA+1% lemak lebih banyak
daripada pada media NA yang berarti sudah sesuai literatur. Timbul juga titik-titik
merah yang menunjukkan bakteri yang tumbuh merupakan bakteri lipolitik.
Perkiraan bakteri yang tumbuh pada margarin pada media NA adalah Bacillus
yang berbentuk basil dan merupakan bakteri gram negatif sedangkan bakteri yang
tumbuh pada margarin pada media NA+1% lemak adalah Serratia yang berbentuk
basil dan merupakan bakteri gram negatif.
Kornet adalah produk olahan dari daging sapi yang dilebur sehingga
menjadi padatan. Daging merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroba, karena memiliki kelembapan tinggi, kaya akan nitrogen kompleks,
mineral, growth factors, karbohidrat (glikogen), pH netral, dan faktor – faktor
pendukung lainnya seperti: oksigen, suhu, jenis mikroorganisme, sifat fisik, dan
kimia daging. Daging kornet yang ada di pasaran umumnya dikemas dengan
kaleng. Kaleng mempunyai sifat yang baik sebagai pengemas karena mampu
menahan gas, uap air, jasad renik, debu, dan kotoran. Kaleng juga memiliki
Ignes Tifanny
240210170077

kekuatan mekanik yang tinggi, tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrem, dan
toksisitasnya relatif rendah. Umur simpan daging kornet dalam kaleng dapat
mencapai 2 tahun atau lebih, tergantung proses pengolahan, jenis kaleng,
penyimpanan, dan distribusi. Kebusukan kornet dalam kaleng dapat disebabkan
oleh proses pembuatan yang tidak benar, kebocoran wadah karena penutupan
yang kurang baik, atau penyimpanan pada suhu yang tidak tepat dan terlalu lama.
Kebusukan tersebut tidak selalu dapat dideteksi dari penampakan wadah karena
tidak selalu diikuti oleh perubahan bentuk wadah (Soeparno,1994). Berdasarkan
tabel di atas, hasil percobaan yang didapatkan adalah berupa jumlah koloni bakteri
pada media NA adalah sebanyak 4,4.105. Sedangkan pada media NA+1% lemak,
jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah 3.105. Jumlah koloni yang tumbuh
pada media NA+1% lemak lebih sedikit daripada pada media NA yang berarti
terjadi kesalahan pada saat praktikum yang mungkin disebabkan karena
kontaminasi dari luar. Timbul titik-titik merah yang menunjukkan bakteri yang
tumbuh merupakan bakteri lipolitik. Perkiraan bakteri yang tumbuh pada kornet
pada media NA adalah Pseudomonas dan Alcaligenes yang berbentuk coccus dan
merupakan bakteri gram negatif sedangkan bakteri yang tumbuh pada kornet pada
media NA+1% lemak adalah Micrococcus yang berbentuk coccus dan merupakan
bakteri gram positif.
Pindakas atau mentega kacang ini adalah produk makanan berbentuk pasta
yang diperoleh dari pengolahan kacang tanah (Arachis hypogea L.) melalui
proses pengongsengan dan penggilingan dengan atau tanpa penambahan bahan-
bahan lain yang diizinkan. Kandungan lemak pada pindakas adalah 5-55 % b/b.
Kandungan lemak ini cukup tinggi, berasal dari lemak nabati. Berdasarkan tabel
di atas, hasil percobaan yang didapatkan adalah berupa jumlah koloni bakteri pada
media NA adalah sebanyak 2,66.105. Sedangkan pada media NA+1% lemak,
jumlah koloni bakteri yang tumbuh adalah 4,5.104. Jumlah koloni yang tumbuh
pada media NA+1% lemak lebih sedikit daripada pada media NA yang berarti
terjadi kesalahan pada saat praktikum yang mungkin disebabkan karena
kontaminasi dari luar. Timbul titik-titik merah yang menunjukkan bakteri yang
tumbuh merupakan bakteri lipolitik. Perkiraan bakteri yang tumbuh pada pindakas
pada media NA adalah Psedomonas dan Alcaligenes yang berbentuk coccus dan
Ignes Tifanny
240210170077

merupakan bakteri gram negatif sedangkan bakteri yang tumbuh pada mentega
pada media NA+1% lemak adalah Serratia yang berbentuk basil dan merupakan
bakteri gram negatif.
Ignes Tifanny
240210170077

V. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Pengujian Bakteri Halofilik, Bakteri
Osmofilik, Uji Amolitik, dan Uji Lipolitik adalah sebagai berikut:
1. Bakteri halofilik merupakan bakteri yang membutuhkan konsentrasi NaCl
minimal tertentu untuk pertumbuhannya.
2. Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan untuk uji halofilik adalah ikan
peda dan ikan asin yang termasuk pada bahan pangan berkadar garam ekstrim
yaitu sebesar 20%.
3. Garam mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan dan berfungsi untuk bahan
pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan
pangan. Kadar garam yang cukup tinggi (lebih dari 20%) akan mampu
menghambat bakteri pembusuk dan hanya mikroba halofilik yang tumbuh.
Semakin tinggi konsentrasi garam semakin sedikit pertumbuhan mikroba.
4. Mikroorganisme osmofilik adalah mikroorganisme yang dapat tumbuh pada
medium dengan konsentrasi gula tinggi.
5. Mikroorganisme yang termasuk mikroorganisme osmofilik adalah bakteri dan
khamir.
6. Penambahan sukrosa dimaksudkan untuk memperkaya medium sehingga dapat
menjadi tempat yang optimum bagi pertumbuhan mikroba osmofilik.
7. Bakteri osmofilik yang dapat menghidrolisis gula adalah Lactobacillus,
Bacillus dan Clostridium, Leuconostoc, dan Zymomonas mobilis.
8. Kelompok bakteri lipolitik memproduksi lipase, yaitu enzim yang mengkatalis
hidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol.
9. Penambahan 1% lemak pada uji lipolitik membuat bakteri yang tumbuh lebih
banyak.
10. Penambahan NR sebagai indikator untuk mengetahui termasuk bakteri
lipolitik atau bukan.
11. Penambahan NR mengakibatkan perubahan warna menjadi merah disekitar
area koloni bakteri lipolitik.
12. Mikroorganisme amilolitik adalah mikroorganisme yang dapat memecah pati
yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana,
terutama dalam bentuk glukosa.
Ignes Tifanny
240210170077

DAFTAR PUSTAKA
Adiono, dan H. Purnomo. 2007. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia-Press,
Jakarta
Buckle, K. A.,R. A. Edwards, G.H. Fleet, dan Wooton. 1978. Ilmu Pangan.
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UI Press),
Jakarta
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Herudiyanto, Marleen. 2016. Bahan Ajar Pengantar Teknologi Pengolahan
Pangan. Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Lorenz K.J., Kulp K. 1991. Handbook of Cereal Science and Techmology. Marcel
Dekker, New York
Maturin, Larry dan J.T. Peeler. 2001. Aerobic Plate Count, BAM (Bacteriological
Analytical Manual) Chapter 3. Food And Drug Administration, U.S.
Pelczar, M. J., E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Penerjemah
Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, S. Sutarmi Tjitrosomo, Sri Lestari
Angka. Universitas Indonesia, Jakarta
Sukarminah, E., Debby M. Sumanti, dan In-in Hanidah. 2008. Mikrobiologi
Pangan. Jurusan Teknologi Industri pangan. Fakultas Teknologi Industri
Pertanian. Universitas Padjajaran, Jatinangor
Sukarminah E., Debby M. Sumanti, dan In-in Hanidah. 2010. Mikrobiologi
Pangan. Jurusan Teknologi Industri pangan. Fakultas Teknologi Industri
Pertanian. Universitas Padjajaran, Jatinangor
Tjahjadi, Carmencita. 2008. Pengantar Teknologi Pangan Volume II. Universitas
Padjadjaran, Jatinangor
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-3. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Wiguna, Anarda. 2015. Total Plate Count. Available at:
http://duniachemistry.blogspot.co.id/ (Diakses pada tanggal 28 Mei 2018)
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai