Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No.

2, Oktober 2016

KAJIAN SIFAT FUNGSIONAL PATI UBI JALAR MELALUI PERLAKUAN


MODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT SEBAGAI
SEDIAAN PANGAN DARURAT

M. Sunyoto1, R. Andoyo, H1. Radiani A.1, Michelle C.T1

1Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,


Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor

emhaer@yahoo.co.id; robitpn@yahoo.com; henifien@yahoo.com

Abstrak

Klon baru ubi jalar Awachy 5 mengandung pati yang tinggi, 25,46% sehingga dapat diolah menjadi tepung
pati sebagai bahan baku Emergency Food. Pemanfaatannya dapat dioptimalkan melalui modifikasi fisik
dengan Heat Moisture Treatment (HMT) untuk memperbaiki sifat fungsional dan amilografi pati yang
kurang baik. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh suhu dan lama waktu modifikasi HMT sehingga
dihasilkan pati ubi jalar dengan sifat fungsional dan amilografi yang berbeda. Metode penelitian adalah
metode percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan:
tanpa pemanasan (kontrol), HMT pada suhu 80 oC 4 jam; 80oC 8 jam; 110 oC 4 jam; dan 110oC 8 jam. Pati
ubi jalar dengan pemanasan HMT pada suhu 110 oC selama 8 jam merupakan perlakuan terpilih dengan
swelling volume 4,205 ml/g, solubility 2,117%, freeze thaw stability 48,655%, kekuatan gel 4,684 gf, derajat
putih 76,717%, suhu awal gelatinisasi 83,388 oC, viskositas puncak 5063,833 cP, viskositas breakdown
486,500 cP, dan viskositas setback 3596,833 cP.

Kata Kunci: amilograf, Awachy 5, modifikasi HMT, pati, sifat fungsional

Abstract

The new sweet potatos clone of Awachy 5 has a high starch content of 25.46%, so it can be processed into
starch flour as raw material of Emergency Food. Utilization can be optimized through physical modifications
of Heat Moisture Treatment (HMT) to improve the deficient functional properties and amylograph
characteristics of starch. The research objective is to obtain the temperature and the length of time of HMT's
modofication, to produce sweet potato starch with functional properties and amilografi different. The
research method is a method of trial with a randomized block design (RBD), consisting of 5 treatments and
3 replications: without heating (control), HMT at a temperature of 80 ° C for 4 hours; 80 ° C for 8 hours;
110oC for 4 hours; and 110oC for 8 hours respectively. Sweet potato starch treated with HMT at a
temperature of 110oC for 8 hours was selected, it has a swelling volume of 4.205 ml / g, solubility 2.117%,
48.655% freeze thaw stability, gel strength 4.684 gf, degree of whiteness 76.717%, the initial temperature
of gelatinization 83,388oC, peak viscosity 5063.833 cP, breakdown viscosity 486.500 cP and setback cP
viscosity 3596.833.

Keywords: amylograph, Awachy 5, functional properties , HMT modificaton, starch

Jurnal Sains dan Teknologi | 846


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

PENDAHULUAN Sifat fungsional dan amilografi pati yang


Berbagai bencana alam yang terjadi kurang baik ini dapat diatasi dengan teknik
beberapa tahun terakhir ini, khususnya di modifikasi pati. Pati termodifikasi adalah pati
Indonesia mengakibatkan penderitaan yang yang diberi perlakuan tertentu yang bertujuan
cukup mendalam bagi korban. Sebagian untuk menghasilkan sifat yang lebih baik dari
besar dari korban bencana alam yang sifat sebelumnya atau untuk mengubah
selamat mengalami kesulitan dalam beberapa sifat lainnya (Glicksman, 1969
memenuhi kebutuhan pangan. Bantuan dikutip oleh Koswara, 2009). Modifikasi pati
pangan yang umumnya telah diberikan terbagi menjadi tiga, yaitu modifikasi secara
berupa mi instan dan beras yang memerlukan fisik, kimia, dan enzimatis. Modifikasi pati
proses pemasakan dan air bersih. Hal ini secara fisik lebih sering digunakan karena
menyulitkan korban bencana alam apabila bersifat lebih aman dibandingkan dengan
infrastruktur dan fasilitas tidak tersedia. Salah modifikasi secara kimia dan dapat
satu cara untuk mengatasi hal tersebut meningkatkan sifat fungsional dari patinya
adalah dengan mengembangkan pangan (Stute, 1992 dikutip oleh Pranoto, et.al,
darurat yang dapat langsung dikonsumsi dan 2014). Oleh karena itu, teknik modifikasi yang
memenuhi kebutuhan energi harian sekitar digunakan pada penelitian ini adalah
2100 kkal yang disumbangkan oleh protein modifikasi secara fisik, yaitu dengan
sebesar 10-15%, lemak 35-45% dan menggunakan metode Heat Moisture
karbohidrat 40-50% untuk seluruh kelompok Treatment (HMT).
usia, kecuali pada ibu hamil dan menyusui Modifikasi pati Heat Moisture Treatment
(Zoumas, et.al, 2002). Kebutuhan karbohidrat (HMT) merupakan hydrothermal treatments
ini dapat dipenuhi dari bahan pangan yang dengan memanaskan pati pada kadar air
memiliki sumber karbohidrat tinggi, salah terbatas di atas suhu gelatinisasi pada waktu
satunya adalah ubi jalar (Koswara, 2009). tertentu sehingga pati tidak tergelatinisasi
Kandungan karbohidrat utama dalam ubi jalar tetapi hanya mengalami perubahan
yaitu pati. konformasi molekul yang disertai perubahan
Kandungan pati yang cukup tinggi pada karakteristiknya (Collado dan Corke, 1999
ubi jalar, yaitu 20-30% (Siregar, 2014) dikutip oleh Oktaviani, 2013). Secara umum
membuat ubi jalar dapat diolah menjadi dilaporkan bahwa HMT dapat menurunkan
produk setengah jadi yaitu tepung pati yang viskositas breakdown, viskositas puncak, dan
kemudian dapat digunakan sebagai bahan pembengkakan granula pati, meningkatkan
berbagai macam produk. Hingga kini pati ubi suhu gelatinisasi, serta meningkatkan
jalar alami belum dimanfaatkan secara ketahanan terhadap pemanasan dan
optimal, padahal pati memegang peranan perlakuan mekanis (Eliasson, 2004). Hal ini
penting dalam industri pengolahan pangan membuat pati termodifikasi HMT memiliki
secara luas. Salah satu penyebab kurang sifat fungsional dan amilografi yang lebih baik
optimalnya pemanfaatan ubi jalar adalah pati dibandingkan pati alaminya sehingga dapat
ubi jalar alami memiliki beberapa sifat digunakan sebagai bahan baku untuk
fungsional dan amilografi yang kurang baik, berbagai macam produk pangan, salah
seperti pembengkakan yang besar, gel yang satunya dapat menjadi bahan sediaan yang
dihasilkan tidak padat (Tian, et.al, 1991 akan diaplikasikan menjadi produk pangan
dikutip oleh Pranoto, et.al, 2014) dan tidak darurat.
stabil terhadap suhu tinggi, asam, dan proses Modifikasi pati secara HMT dipengaruhi oleh
mekanis (Syamsir, et.al, 2012). Hal ini suhu dan lama waktu pemanasan sehingga
menyebabkan pemanfaatan pati ubi jalar dapat terjadi perubahan struktur molekul
alami menjadi terbatas untuk produk pangan. serta karakteristik pasting pati (Putri, et.al,
Pati dapat digunakan sebagai bahan baku 2014) tanpa menghancurkan struktur
maupun bahan tambahan seperti pengental granulanya (Eliasson, 2014). Berdasarkan
(thickening agent), pembentuk gel (gelling hal tersebut, maka perlu diketahui suhu dan
agent), pembentuk film (filming agent), dan lama waktu modifikasi HMT terhadap sifat
penstabil (stabilizing agent) (Kusnandar, fungsional dan amilografi pati ubi jalar yang
2010). dihasilkan.

Jurnal Sains dan Teknologi | 847


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam Metode penelitian yang digunakan
penelitian ini adalah yaitu ubi jalar kuning klon adalah metode percobaan dengan
Unpad varietas Awachy 5 dengan umur menggunakan Rancangan Acak Kelompok
panen 4 – 4,5 bulan yang diperoleh di lahan (RAK) sebagai rancangan lingkungan yang
percobaan Faperta Unpad, Ciparanje, terdiri 5 perlakuan dan 3 kali ulangan.
Jatinangor dan akuades. Bahan yang Perlakuan yang dilakukan merupakan
digunakan untuk analisis adalah HCl 3%, kombinasi variasi antara 2 suhu dan 2 lama
NaOH 30%, NaOH 1 N, CH3COOH 3%, waktu modifikasi dengan kadar air 25%.
Larutan Luff Schoorl, KI 2%, KI 20%, H2SO4 Adapun perlakuan yang dicoba adalah
25%, Na2S2O3 0,1 N, indikator amilum. sebagai berikut :
Alat yang digunakan dalam penelitian ini A = Tanpa pemanasan HMT (kontrol);
adalah oven, refrigerator, blender, grinder, B = Pemanasan HMT 80oC selama 4 jam;
ayakan 100 mesh, baskom, sealer, pisau C = Pemanasan HMT 80oC selama 8 jam,
stainless steel, loyang, kain saring, D = Pemanasan HMT 110oC selama 4 jam
timbangan, talenan, gunting, sendok, E = Pemanasan HMT 110oC selama 8 jam
alumunium foil, dan plastik polypropilen. Alat
untuk analisis yaitu neraca analitik, RVA Uji pada taraf 5% digunakan untuk
(Rapid Visco Analyzer) starch master 2 mengetahui ada tidaknya keragaman antar
parten warrierewod NSW 2012 Australia, perlakuan, jika Fh ≤ F0,05 maka dinyatakan
desikator, stopwatch, gelas ukur, erlenmeyer, tidak ada keragaman antar perlakuan,
refluks, sentrifuse, tabung sentrifuse, vortex sedangkan jika Fh > F0,05, maka dinyatakan
mixer, spatula, waterbath, hotplate, buret, ada keragaman antar perlakuan, selanjutnya
oven, cawan, kertas saring, pipet volumetrik, dilakukan pengujian lanjutan berupa Uji Beda
labu ukur, soxhlet, refrigerator, Texture Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% (LSR
Analyzer TA-XT2, silinder plastik. Test) untuk mengetahui beda pengaruh antar
perlakuan.Penelitian ini dilaksanakan dalam
Metode dua tahap penelitian.
Proses pembuatan pati ubi jalar Awachy
1 dan biang termodifikasi HMT disajikan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Swelling volume
Berdasarkan hasil analisis statistik,
perlakuan pemanasan HMT memberikan
Pati Ubi Jalar 100
gram Perlakuan terbaik menurut
pengaruh nyata terhadap swelling volume
Budiyati (2010) dan Utami
(2010), menghasilkan pati
pati ubi jalar yang dihasilkan. Hasil analisis
dengan SAG, setback, dan swelling volume pati ubi jalar dapat dilihat
Conditioning 25% +1 kekuatan gel meningkat
serta swelling volume pada Tabel 1.

Pemanasan T = 110oC, t = 8 jam Tabel 1. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu


HMT Terhadap Swelling volume Pati Ubi
Pengeringan T = 50oC hingga Jalar
Cabinet Dryer
k.a = 5% ± 1 Perlakuan Swelling volume
Pemanasan HMT (ml/g b.k)
Penggilingan 94 gram Pati A:Kontrol 11,806 a
o
B: 80 C, 4 jam 10,219 b
Pengayakan C: 80oC, 8 jam 9,224 c
100 mesh D: 110oC, 4 jam 6,195 d
E: 110oC, 8 jam 4,205 e
Pati Ubi Jalar Keterangan : Rata- rata perlakuan yang ditandai
Termodifikasi HMT 91 gram Pati
huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
Duncan pada taraf 5%
Gambar 1. Diagram Proses Pembuatan Pati
Ubi Jalar dan Biang Termodifikasi HMT

Jurnal Sains dan Teknologi | 848


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

Swelling volume pati ubi jalar berbeda dengan perlakuan pemanasan lebih rendah
nyata pada setiap perlakuan pemanasan dibandingkan pati ubi jalar perlakuan kontrol.
HMT. Semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu HMT, maka semakin kecil swelling Tabel 2. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu
volume pada pati ubi jalar. Seluruh swelling HMT Terhadap Solubility Volume Pati Ubi
volume pati ubi jalar dengan perlakuan Jalar
pemanasan lebih rendah dibandingkan pati Perlakuan
Solubility (% b.k)
ubi jalar perlakuan kontrol. Hal ini Pemanasan HMT
dikarenakan pati ubi jalar dengan perlakuan A:Kontrol 13,723 a
pemanasan mengalami pengaturan kembali B: 80oC, 4 jam 7,256 b
molekul pati yang mengakibatkan C: 80oC, 8 jam 6,551 c
menurunnya kapasitas pengembangan D: 110oC, 4 jam 2,497 d
granula pati (Hormdok dan Noomhorm, E: 110oC, 8 jam 2,117 e
2007). Peningkatan interaksi amilosa- Keterangan : Rata- rata perlakuan yang ditandai
amilopektin, ikatan intramolekular yang huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
menguat, terbentuknya formasi amilosa-lipid Duncan pada taraf 5%
yang kompleks, dan terjadi perubahan
susunan kristalin pada pati menyebabkan Menurut Olayinka, et.al (2008),
penurunan swelling volume pati (Zavareze penurunan solubility disebabkan karena
dan Dias, 2011). terurainya rantai double helix dalam susunan
Pranoto, et.al (2014) menyatakan kristalin dalam granula, serta meningkatnya
bahwasemakin lamanya waktu pemanasan, interaksi rantai amilosa-amilosa dan
maka semakin banyak terjadi peningkatan amilopektin-amilopektin selama proses HMT.
interaksi ikatan molekular pada pati yang Menurut Zavareze dan Dias (2011),
disebabkan karena molekul pati kehilangan penurunan solubility seiring dengan
formasi double helix sehingga swelling perlakuan HMT dikarenakan adanya
volume menjadi terbatas. Wang, et.al (2006) penyusunan kembali granula pati yang
juga menyatakan bahwa semakin tinggi suhu menyebabkan menguatnya ikatan
pemanasan, maka semakin banyak terbentuk intramolekular, terbentuknya gugus
kristalin baru yang dapat meningkatkan amilopektin yang lebih teratur dan formasi
stabilitas granula dan mengurangi amilosa-lipid yang kompleks.
kemampuan pembengkakan granula.. Solubility pati ubi jalar dengan
Menurut Vieira dan Sarmento (2008) serta pemanasan pada suhu 110oC selama 4 jam
Adebowale (2005), suhu mempengaruhi lebih rendah dibandingkan pati ubi jalar
perubahan kristalin dan memberikan dengan pemanasan pada suhu 80 oC selama
perubahan pada kapasitas pembengkakan 8 jam. Kurakake, et.al (1997) yang dikutip
pati. HMT tidak hanya mengubah daerah oleh Sun, et.al (2013) melaporkan bahwa
kristalin tetapi juga mengubah daerah amorf. solubility menurun seiring dengan
Seiring meningkatnya suhu, maka semakin meningkatnya suhu pemanasan. Hal ini
banyak terbentuk amilosa-lipid yang dikarenakan semakin tinggi suhu yang
kompleks sehingga menurunkan kapasitas digunakan, maka granula pati menjadi lebih
pembengkakan pati (Olayinka, et.al, 2008). kuat karena terjadi penyusunan kembali
antara amilosa dan amilopektin. Peningkatan
Solubility interaksi antara amilosa-amilopektin atau
Berdasarkan hasil analisis statistik, amilopektin-amilopektin menghasilkan
perlakuan pemanasan HMT memberikan struktur yang lebih stabil sehingga
pengaruh nyata terhadap solubility pati ubi menghambat amilosa untuk keluar dari
jalar yang dihasilkan. Hasil analisis solubility granula pati (Gomes, et.al, 2005). Hal ini
pati ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2. sejalan dengan penelitian yang telah
Solubility pati ubi jalar berbeda nyata dilakukan oleh Klein, et.al, (2013), dimana
pada setiap perlakuan pemanasan HMT. terjadi penurunan solubility pada pati beras,
Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu singkong dan pinhao seiring dengan
HMT, maka semakin kecil solubility pada pati tingginya suhu pemanasan.
ubi jalar. Seluruhsolubility pati ubi jalar

Jurnal Sains dan Teknologi | 849


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

Solubility pati merupakan hasil dari dapat meningkatkan ikatan silang di antara
amilosa leaching yang berdifusi keluar dari rantai pati terutama pada fraksi amilosa
granula pati saat membengkak (Tester dan sehingga meningkatkan viskositas setback
Morrison, 1990 dikutip oleh Zavareze dan (Pinto, et.al, 2012). Pengikatan kembali
Dias, 2011). Nilai solubility yang rendah molekul-molekul amilosa tersebut
menghasilkan granula pati yang lebih kuat menyebabkan terjadinya sineresis (Winarno,
dan stabil sehingga menghambat amilosa 2004).
keluar dari granula pati pada saat Freeze thaw stability juga dapat digunakan
pemanasan. sebagai indikator kecenderungan pati untuk
retrogradasi (Schoch, 1986 dikutip oleh
Freeze thaw stability (Sineresis) Karim, et.al, 2000). Berdasarkan Kusnandar,
Berdasarkan hasil analisis statistik, perlakuan (2010), retrogradasi terjadi karena
pemanasan HMT memberikan pengaruh kecenderungan terbentuknya ikatan hidrogen
nyata terhadap freeze thaw stability dari molekul-molekul amilosa dan amilopektin
(sineresis) pati ubi jalar yang dihasilkan. Hasil selama pendinginan sehingga air akan
analisis freeze thaw stability ubi jalar dapat terpisah dari struktur gelnya.
dilihat pada Tabel 3.
Kekuatan Gel
Tabel 3. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Berdasarkan hasil analisis statistik,
HMT Terhadap Freeze Thaw Stability perlakuan pemanasan HMT memberikan
(Sineresis) Pati Ubi Jalar pengaruh nyata terhadap kekuatan gel pati
Perlakuan Freeze Thaw Stability ubi jalar yang dihasilkan. Hasil analisis
Pemanasan HMT (% Sineresis) kekuatan gel pati ubi jalar dapat dilihat pada
A:Kontrol 14,405 d Tabel 4.
B: 80oC, 4 jam 37,281 c
C: 80oC, 8 jam 38,038bc Tabel 4. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu
D: 110oC, 4 jam 40,479b HMT Terhadap Kekuatan Gel Pati Ubi Jalar
o
E: 110 C, 8 jam 48,331 a Perlakuan
Kekuatan Gel (gF)
Keterangan : Rata- rata perlakuan yang ditandai Pemanasan HMT
huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji A:Kontrol 1,660 c
Duncan pada taraf 5% B: 80oC, 4 jam 3,521 b
C: 80oC, 8 jam 3,147 b
Berdasarkan hasil uji Duncan pada taraf D: 110oC, 4 jam 4,073 a
5%, freeze thaw stability pati ubi jalar kontrol o
E: 110 C, 8 jam 4,649 a
berbeda nyata dengan seluruh pati ubi jalar Keterangan : Rata- rata perlakuan yang ditandai
perlakuan pemanasan HMT. Freeze thaw huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
stability perlakuan pemanasan HMT 80oC Duncan pada taraf 5%
selama 4 jam tidak berbeda nyata dengan
pati ubi jalar HMT 80 oC selama 8 jam. Freeze Berdasarkan uji Duncan dengan taraf
thaw stability perlakuan pemanasan HMT 5%, kekuatan gel pati ubi jalar pada
110oC selama 4 jam tidak berbeda nyata perlakuan pemanasan HMT berbeda nyata
dengan pati ubi jalar HMT 80oC selama 8 jam. dengan perlakuan kontrol. Seluruh kekuatan
Freeze thaw stability perlakuan pemanasan gel pati ubi jalar pada perlakuan pemanasan
HMT 110oC selama 8 jam berbeda nyata HMT lebih besar dibandingkan dengan
dengan seluruh perlakuan. perlakuan kontrol. Besarnya nilai kekuatan
Freeze thaw stability pati ubi jalar kontrol gel ini berhubungan dengan besarnya nilai
memiliki nilai yang paling rendah setback yang menunjukkan kemampuan pati
dibandingkan seluruh pati ubi jalar perlakuan untuk beretrogradasi dan sineresis (Sandhu
pemanasan HMT. Rendahnya % sineresis dan Singh, 2007). Semakin tinggi nilai
pada pati ubi jalar kontrol tersebut sejalan setback, menunjukkan semakin tinggi pula
dengan nilai viskositas setbacknya yang kecenderungan untuk membentuk gel.
rendah pula dibandingkan dengan perlakuan Menurut Zavareze dan Dias, (2011), HMT
pemanasan HMT yang dapat dilihat pada meningkatkan ikatan silang di antara rantai
Tabel 3 . Hal ini dikarenakan perlakuan HMT pati terutama pada fraksi amilosa. Hal ini

Jurnal Sains dan Teknologi | 850


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

menyebabkan terbentuknya junction zone berbeda nyata dengan semua perlakuan. Pati
pada fase kontinu gel sehingga ubi jalar dengan perlakuan tersebut memiliki
meningkatkan kekuatan gel. Hasil penelitian derajat putih yang lebih rendah dibandingkan
ini didukung oleh beberapa penelitian lain pati ubi jalar perlakuan lainnya. Penurunan
yaitu perlakuan HMT dapat meningkatkan derajat putih tersebut dikarenakan modifikasi
kekuatan gel pada pati beras, singkong, dan HMT menyebabkan berkurangnya kadar air
pinhao (Klein, et.al, 2013), dan pati beras pati akibat adanya evaporasi air
(Hormdok., et.al, 2007). mengakibatkan berubahnya warna
Menurut Choi dan Kerr (2003), tekstur gel permukaan pati menjadi kurang cerah
dipengaruhi oleh amilosa serta volume dan dibandingkan pati alami. Penggunaan suhu
perubahan bentuk granula. Hal ini yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama
menunjukkan bahwa besarnya nilai kekuatan dibandingkan perlakuan lainnya
gel ini juga dipengaruhi oleh rendahnya menyebabkan warna pati perlakuan
solubility dan swelling volume pati. Semakin pemanasan HMT 110oC selama 8 jam kurang
rendah solubility dan swelling volume pati, cerah dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil
menunjukkan semakin tinggi pula penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
kecenderungan untuk membentuk gel Oktaviani (2013), yaitu bahwa perlakuan
(Chung, et.al, 2000; Eliasson, 2004). modifikasi HMT dapat menurunkan derajat
putih pati ubi jalar alami.
Derajat Putih
Berdasarkan hasil analisis statistik, Sifat Amilografi
perlakuan pemanasan HMT memberikan Parameter pasting yang diamati pada
pengaruh nyata terhadap derajat putih pati penelitian ini meliputi suhu awal gelatinisasi,
ubi jalar yang dihasilkan. Hasil analisis viskositas puncak, viskositas breakdown, dan
derajat putih pati ubi jalar dapat dilihat pada viskositas setback. Data sifat amilografi pati
Tabel 5. ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Tabel 6. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu
HMT Terhadap Derajat Putih Pati Ubi Jalar HMT Terhadap Sifat Amilograf Pati Ubi Jalar
Perlakuan
Derajat Putih (%) Sifat Amilografi
Pemanasan HMT Perlakuan
A:Kontrol 79,683 a Pemanasan Suhu Awal Viskositas Viskositas Viskositas
B: 80oC, 4 jam 78,850 ab HMT Gelatini- Puncak Break- Setback
C: 80oC, 8 jam 78,500 b sasi (oC) (cP) down (cP) (cP)
D: 110oC, 4 jam 78,167 b 76,37 5310,67 3093,50 943,17
A:Kontrol
E: 110oC, 8 jam 76,717 c c a a c
Keterangan : Rata- rata perlakuan yang ditandai B: 80oC, 79,71 5463,33 1635,50 3089,67
huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji 4 jam b a ab b
Duncan pada taraf 5% C: 80oC, 80,46 5504,67 1186,67 2705,00
8 jam b a ab ab
Berdasarkan uji Duncan dengan taraf D: 110oC, 82,63 5250,67 940,83 3563,17
4 jam a a bc a
5%, derajat putih pati ubi jalar pada perlakuan
E: 110oC, 83,39 5063,83 486,50 3596,83
kontrol tidak berbeda dengan perlakuan 8 jam a a c a
pemanasan HMT 80 oC selama 4 jam. Derajat Keterangan : Rata- rata perlakuan yang ditandai
putih pati ubi jalar perlakuan pemanasan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji
HMT 80 oC selama 4 jam tidak berbeda Duncan pada taraf 5%
dengan perlakuan pemanasan HMT 80oC
selama 8 jam dan HMT 110oC selama 4 jam. Suhu Awal Gelatinisasi
Hal ini dikarenakan penurunan derajat putih Hasil analisis suhu awal gelatinisasi pati ubi
pada perlakuan tersebut sangat kecil, jalar perlakuan pemanasan HMT
sehingga tidak berbeda nyata pada uji memberikan pengaruh nyata terhadap suhu
Duncan 5%. awal gelatinisasi pati ubi jalar yang
Derajat putih pati ubi jalar perlakuan dihasilkan. Seluruh suhu awal gelatinisasi
pemanasan HMT 110oC selama 8 jam pati ubi jalar pada perlakuan pemanasan

Jurnal Sains dan Teknologi | 851


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

HMT lebih besar dibandingkan dengan viskositas puncak pada pati beras perlakuan
perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan proses HMT dipengaruhi oleh terbatasnya kapasitas
modifikasi HMT menyebabkan rekristalisasi pembengkakan pati.
komponen granula pati (Gunaratne and
Corke 2007), terjadi interaksi molekular pada Viskositas Breakdown
daerah kristalin dan amorf yang membentuk Hasil analisis viskositas breakdown pati ubi
struktur yang kuat dengan ikatan hidrogen, jalar menunjukan bahwa perlakuan
dan mendorong interaksi antara rantai pemanasan HMT memberikan pengaruh
polimer amilosa dan amilopektin pada nyata terhadap viskositas puncak pati ubi
struktur granula yang menghasilkan struktur jalar yang dihasilkan. Pati ubi jalar dengan
yang lebih kompak (Li, et.al, 1995 dikutip oleh pemanasan HMT 110oC selama 8 jam
Pranoto, et.al, 2014). Hasil penelitian ini memiliki viskositas breakdown paling rendah
didukung oleh beberapa penelitian lain yaitu dibandingkan perlakuan yang lainnya. Hal ini
perlakuan HMT dapat meningkatkan suhu dikarenakan meningkatnya keteraturan
awal gelatinisasi pada pati sorgum merah matriks kristalin dan pembentukan kompleks
(Adebowale et.al, 2005), pati sagu amilosa lemak yang menurunkan kapasitas
(Pukkahuta, et.al, 2008), serta pati jagung, pembengkakan granula dan memperbaiki
pea, dan lentil (Chung et.al,2010). stabilitas pasta selama pemanasan
Proses HMT menunjukan bahwa semakin (Pukkahuta, et.al, 2008). Hasil penelitian ini
tinggi suhu yang digunakan, maka akan didukung oleh beberapa penelitian lain yaitu
meningkatkan kristalinitas pati karena terjadi perlakuan HMT dapat menurunkan viskositas
perubahan struktur granula pati serta breakdown pada pati singkong (Klein, et.al,
meningkatkan transisi parsial daerah amorf 2013), pati pinhao (Pinto, et.al, 2012), dan
ke kristalin (Sun, et.al, 2013). Peningkatan pati jagung (Pukkahuta, et.al, 2008).
tersebut menghasilkan pati yang lebih stabil Menurut Singh, et.al, (2011), viskositas
selama pemanasan (Hormdok, et.al, 2007). breakdownmenunjukkan kestabilan granula
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah pati saat pemanasan dan pengadukan
dilakukan Klein, et.al (2013), dimana suhu berlanjut. Tingginya nilai viskositas
awal gelatinisasi pati beras dan pinhao breakdown tidak diharapkan terjadi selama
meningkat seiring dengan tingginya suhu tahap pengolahan karena adanya kekentalan
pemanasan HMT. yang tidak merata dan menyebabkan pasta
pati menjadi sangat lengket ketika diaduk
Viskositas Puncak (Eliasson, et.al, 2004).
Hasil analisis viskositas puncak pati ubi jalar
menunjukan bahwa perlakuan pemanasan Viskositas Setback
HMT tidak memberikan pengaruh nyata Hasil analisis viskositas setback pati ubi jalar
terhadap viskositas puncak pati ubi jalar yang menunjukan bahwa perlakuan pemanasan
dihasilkan. Viskositas puncak pati ubi jalar HMT memberikan pengaruh nyata terhadap
pada perlakuan pemanasan HMT mengalami viskositas setback pati ubi jalar yang
peningkatan kemudian penurunan seiring dihasilkan. Viskositas setback pati ubi jalar
dengan peningkatan suhu dan lama waktu kontrol berbeda nyata dengan semua
HMT. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang perlakuan. Pati ubi jalar kontrol memiliki
dilakukan oleh Pranoto, et.al, (2014), bahwa viskositas setback yang lebih rendah
viskositas puncak pati ubi jalar meningkat dibandingkan semua pati ubi jalar dengan
dibandingkan pati alami, tetapi semakin lama perlakuan pemanasan HMT. Hal ini
Proses HMT mengakibatkan adanya interaksi dikarenakan HMT dapat meningkatkan ikatan
antara daerah amorf dan kristalin. Interaksi ini silang di antara rantai pati terutama pada
menyebabkan peningkatan kekompakan fraksi amilosa. Hal ini menyebabkan
molekul pati sehingga terjadi penurunan terbentuknya junction zone pada fase kontinu
penetrasi air dan terbatasnya pembengkakan gel sehingga meningkatkan viskositas
granula pati yang menyebabkan viskositas setback (Pinto, et.al, 2012).
puncak menurun. Hasil ini juga sejalan
menurut penelitian Hormdok dan Noomhorm
(2007), yang menyatakan bahwa penurunan

Jurnal Sains dan Teknologi | 852


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

SIMPULAN starchfor improvement of rice noodle


Modifikasi pemanasan HMT pada quality. LWT-Food Science and
berbagai suhu dan lama waktu memberikan Technology, 40,1723–1731.
pengaruh yang signifikan terhadap swelling Karim, A. Abd., Norziah, M.H., Seow, C.C.
volume, solubility, freeze thaw stability, 2000. Review : Methods for the study
kekuatan gel, derajat putih, suhu awal of starch retrogradation. Food
gelatinisasi, viskositas breakdown, dan Chemistry 71, 9±36
viskositas setback, tetapi tidak memberikan Klein, B., Pinto, V.Z., Vanier, N.L.., Zavareze.,
pengaruh signifikan terhadap viskositas E.R., Colussi., R., Evangelho, J.A.,
puncak. Gutkosko, L.C, and Dias, A.R.G.
Pemanasan HMT 110oC selama 8 jam 2013. Effect of single and dual heat–
menghasilkan pati ubi jalar yang berbeda moisture treatments on properties
dengan karakteristik swelling volume 4,205 ofrice, cassava, and pinhao starches.
ml/g, solubility 2,117%, freeze thaw stability Carbohydrate Polymers 98, 1578–
48,655%, kekuatan gel 4,684 gf, derajat putih 1584
76,717%, suhu awal gelatinisasi 83,388 oC, Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati.
viskositas puncak 5063,833 cP, viskositas EbookPangan. Available online at
breakdown 486,500 cP, dan viskositas tekpan.unimus.ac.id. Diakses pada
setback 3596,833 cP. tanggal 15 Maret 2016
Kusnandar, F. 2010. Teknologi Modifikasi
DAFTAR PUSTAKA Pati dan Aplikasinya di Industri
Adebowale, K. O., Afolabi, T. A.,&Olu- Pangan. http://itp.fateta.ipb.ac.id/.
Owolabi, B. I. 2005. Hydrothermal Diakses pada tanggal 28 Maret 2016.
treatments of Finger millet (Eleusine Oktaviani, I. 2013. Pengaruh Suhu Modifikasi
coracana) starch. Food Hydrocolloids, Heat Moisture Treatment (HMT)
19, 974–983. Terhadap Sifat Fungsional dan
Choi, S. G., and Kerr, W. L. 2003. Water Amilografi Pati Ubi Jalar Putih
mobility and textural properties of (Ipomea batatas L.). Skripsi. Fakultas
native and hydroxypropylated wheat Teknologi Industri Pertanian.
starch gels. Carbohydrate Polymers, Universitas Padjadjaran. Bandung
51, 1–8. Olayinka, O. O., Adebowale, K. O., & Olu-
Chung, K. M., Moon, T. W., and Chun, L. K. Owolabi, B. I. 2008. Effect of heat-
2000. Influence of annealing on gel moisture treatment on
properties of mung bean starch. physicochemical properties of white
Cereal Chemistry, 77, 567–571. sorghum starch. Food Hydrocolloids,
Eliasson, A. C. 2004. Starch in Food : 22, 225–230.
Structure, Function, and Application. Pinto, V. P., Vanier, N. L., Klein, B., Zavareze,
CRC Press. North America E. R., Elias, M. C., Gutkoski, L. C.,et
Gomes, A. M. M., Silva, C. E. M., & Ricardo, al. 2012. Physicochemical,
N. M. P. S. 2005. Effects of annealing crystallinity, pasting and termal
on the physicochemical properties of properties ofheat–moisture-treated
fermented cassava starch (polvilho pinhão starch.
azedo). Carbohydrate Polymers, 60, Pranoto, Y., Rahmayuni, Haryadi and
1–6. Rakshit, S. K. 2014. Physicochemical
Gunaratne, A and H. Corke, 2007. Effect of properties of heat moisture treated
Hydroxypropylation and Alkaline sweet potato starches of selected
Treatments in Hydroxypropylation on Indonesian varieties. International
some Structural and Physicochemical Food Research Journal 21(5): 2031-
Properties of Heat-Moisture Treted 2038
Wheat, Potato and Waxy Maize
Starch. J. Carbohydrate Polymers 68 :
305 – 313.
Hormdok, R., & Noomhorm, A. 2007.
Hydrothermal treatments of rice

Jurnal Sains dan Teknologi | 853


ISSN: 2303-3142 Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

Pukkahuta, C., Suwannawat, B., Shobsngob, Syamsir, E. Hariyadi, P.,Fardiaz, D.


S., and Varavinit, S. 2008. Andarwulan, N., Kusnandar, F. 2012.
Comparativestudy of pasting and Pengaruh proses heat moisture
thermal transition characteristics of trearment (hmt) terhadap karakteristik
osmotic pressure andheat–moisture fisikokimia pati. Jurnal Teknologi dan
treated corn starch. Carbohydrate Industri Pangan. Departemen Ilmu
Polymers, 72, 527–536. dan Teknologi Pangan. Fakultas
Putri, W.D.R., Zubaidah, E., Ningtyas, D. W. Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
2014. Effect of heat moisture Bogor. Bogor
treatment on functional properties and Vieira, F. C. and Sarmento, S.B.S. 2008.
microstructural profiles of sweet Heat-Moisture Treatment and
potato flour. Advance Journal of Food Enzymatic Digestibility of Peruvian
Science and Technology 6(5) : 655- Carrot, Sweet Potato and Ginger
659. ISSN : 2042-4868 Starches. Starch/Sta¨rke 60, 223-232.
Sandhu, K. S., and Singh, N. 2007. Some Wang, W., Lai, V., Chang, K., Lua, S., and Ho,
properties of corn starches II: H. 2006. Effect of amylopectin
physicochemical, gelatinization, structure on the gelatinization and
retrogradation, pasting and gel pasting properties of selected yam
textural properties. Food Chemistry, (Dioscorea spp.) starches.
101, 1499–1507. Starch/Sta¨rke, 58, 572–579.
Singh H, Chang Y, Lin J, Singh N, dan Singh Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
N. 2011. Influence of heat-moisture Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
treatment and annealing on functional Zavareze, E. R., and Dias, A. R. G. 2011.
properties of sorghum starch. Food Impact of heat–moisture treatment
Research International 44: 2949- andannealing in starches: A review.
2954. Carbohydrate Polymers, 83, 317–328.
Siregar, Nurhamida. 2014. Karbohidrat. Zoumas, B.L., Armstrong, L.E., Backstrand,
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) : J.R, Chenoweth, W.L., Chinachoti, P.,
38-44 Klein, B.P., Lane, H., Marsh, K.S.,
Sun, Q., Wang, T., Xiong, L., Zhao. Y. 2013. Tolvanen, M. 2002. High-energy,
The effect of heat moisture treatment nutrient-dense emergency relief
on physicochemical properties of product. Food and Nutrition Board:
early indica rice. Food Chemistry 141, Institute of Medicine. National
853–857 Academy Press, Washington, DC.

Jurnal Sains dan Teknologi | 854

Anda mungkin juga menyukai