ABSTRAK
Buah pisang merupakan sumber pati yang potensial dan melimpah. Hal ini menyebabkan
banyak peneliti yang meneliti tepung pisang sebagai sumber pati dengan berbagai modifikasi,
diantaranya modifikasi secara fisika, kimia, dan biologi. Modifikasi secara fisika dilakukan
dengan pemanasan metode Heat Moisture Treatment (HMT), Annealing (ANN), Dual
Retrogradation (DR), modifikasi peneringan dengan metode oven dan metode beku, untuk
modifikasi secara kimia bisa dilakukan dengan esterifikasi oktenil suksinat anhidrat (OSA),
dan modifiksi secara biologis dilakukan dengan cara penambahan enzim dalam pati pisang.
Semua perlakuan modifikasi tersebut dalam penelitian ini dibandingkan dengan pati asli dan
dilihat karakteristik pati dari setiap modifikasi. Modifikasi pada pati pisang ini juga
menyebabkan perubahan morfologi granula pati, kandungan amilase, struktur kristal pati, sifat
emulsifier dan juga daya cerna. Perubahan hasil modifikasi tersebut memiliki manfaat yang
lebih bagus dibandingkan dengan pati pisang biasa, serta dapat diaplikasikan lebih luas untuk
berbagai bidang makanan ataupun industri lain.
Kata Kunci: Pati pisang, Modifikasi pati pisang, Karakteristik pati pisang, Daya cerna
ABSTRACK
Banana is a potential source of starch. This causes many researchers to examine banana flour
as a source of starch with various modifications, including modifications in physics,
chemistry, and biology. Physical modification is done by heating the method of Heat Moisture
Treatment (HMT), Annealing (ANN), Dual Retrogradation (DR), drying modification by
oven method and freezing method, for chemical modification can be done by esterification of
octenyl succinic anhydride (OSA), and Biological modification is done by adding enzymes in
banana starch. All the modification treatments in this study were compared with the original
starch and seen the starch characteristics of each modification. This modification in banana
starch also caused changes in the morphology of starch granules, amylase content, starch
crystal structure, emulsifier properties and also increased digestibility. Changes in the
modification have better benefits compared to ordinary banana starch, and can be applied
more broadly to various fields of food or other industries.
Jalur sintesis yang paling banyak digunakan adalah reaksi dalam media cair dengan
kondisi yang dibuat sedikit basa dengan pati dalam bentuk granulanya. Modifikasi ini pada
dasarnya mengurangi ikatan hydrogen antara rantai-rantai pati dengan pembentukan fungsi-
fungsi alkoksida dengan gugus-gugus OH pati yang akan menyebabkan pembengkakan pada
granula pati dan difusi molekul-molekul OSA dalam granula pati membengkak (Sweedman et
al., 2013).
Gambar 3. Morfologi granula pati pisang dalam bentuk tepung dilihat dari SEM 1000x. a). NBF, b).
HMT, c). ANN, dan d). DR
Sifat pasta dari tepung pisang dianalisis menggunakan Rapid Visco Analyzer (RVA),
hasil analisis menunjukan bahwa sifat pasta juga berubah dengan adanya proses pemanasan,
perlakuan HMT yang paling berpengaruh dalam perubahan sifat pasta dibandingkan dengan
perlakuan lain. Hal ini terjadi karena pada saat proses pemanasan, rantai dari pati terganggu
dan terhubung kembali, dengan adanya interaksi pada pengolahan HMT yang lebih kuat
daripada perlakuan lain, sehingga dibutuhkan panas yang lebih tinggi untuk mengganggu
struktur pati (Cahyana et al., 2019).
Ketiga metode termal ini juga berpengaruh pada struktur kristal pati, seperti yang
diperlihatkan pada gambar
.
Gambar 5. Profil aktivitas α-amilase dan β-amilase yang terkait dengan granula pati
beberapa hari setelah panen (Peroni-Okita et al., 2013)
Hasil dari modifikasi biologis dengan penambahan enzim pullunase terbukti
meningkatkan kandungan amilosa dalam pati pisang asli. Selain itu, hasil modifikasi
menunjukan stabilitas termal yang tinggi dan mengurngi viskositas bila dibandingkan dengan
pati asli tanpa modifikasi (Reddy et al., 2017)
Hasil dari modifikasi esterifikasi OSA, menunjukan bahwa pati pisang yang di
modifikasi bisa digunakan sebagai penstabil emulsi karena hasil modifikasi ini 0emberikan
sifat hidrofobik yang meningkat. Selain bisa digunakan sebagai penstabil emulsi, pati pisang
yang telah dimodifikasi ini juga memiliki sifat elastis yang meningkat dibandingkan dengan
pati pisang asli (Bello-Pérez et al., 2015).
Hasil modifikasi dari proses penanaman pisang dengan penambahan pupuk posfat juga
ternyata berpengaruh pada beberapa karakteristik pati yang dihasilkan. Dalam percobaan yang
dilakukan (Mesquita et al., 2018), penambahan pupuk posfat memberikan perubahan
kristalinitas, ukuran granula, amilosa dan pati resisten, serta sifat pasta dan sifat panas
pati(Mesquita et al., 2018).
Manfaat
Daya Cerna
Pati memiliki beberapa karakteristik dalam daya cerna, ada pati yang bisa dicerna
dengan cepat atau Rapid Digestible Starch (RDS), pati yang memiliki daya cerna lambat atau
disebut juga Slowly Digestibe Starch (SDS), ada juga Pati Resisten (RS) dimana pati tersebut
sulit dicerna dalam usus halus (Alimi et al., 2017). Pati pisang termasuk pati yang memiliki
nilai pati resisten yang tinggi, oleh karena itu pati pisang bisa digunakan untuk bahan
makanan serat tinggi. Daya cerna ini dipengaruhi oleh perubahan karakteristik dari struktural
pati pisang. Tetapi daya cerna ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sumber pati,
ukuran granula, tingkat kristalinitas, dan rantai panjang amilopektin (Jiang et al., 2015).
Dalam penelitian yang dilakukan Jiang et al., 2015, membandingkan dua sumber pisang dan
itu mempengaruhi dampak daya cerna bagi tubuh seperti di jelaskan pada tabel 1.
Pati total menunjukan bahwa sebagian besar dari bahan lain seperti serat, pectin, dan
protein dari tepung telah dihpus. Kurva perbedaan pencernaan dalam simulasi usus bisa
dilihat di gambar 5. Pati hampir tidak terhidrolisis setelah pencernaan dalam larutan asam
selama 30 menit, menunjukan bahwa pati utama terurai dalam usus (Jiang et al., 2015).
Tabel 1. Pati total, pati dengan daya cerna cepat, daya cerna lambat, dan pati resisten dalam
dua varietas pisang. Pati Musa coccinea (MCS), Pati Williams Banana (WBS), (Jiang et al.,
2015)
Sampel MCS WBS
Pati Total % 95.77 ± 0.18 96.10 ± 0.74
Pati daya cerna cepat % 7.3053 ± 0.25 8.3249 ± 0.98
Pati daya cerna lambat % 14.7230 ± 0.53 6.4137 ± 0.55
Pati Resisten % 77.9718 ± 0.42 85.2614 ± 0.56
Gambar 6. Daya cerna pati dari pati pisang secara invitro dibandingkan dengan pati gandum
(Jiang et al., 2015)
Dari gambar 6 menjelaskan bahwa waktu daya cerna setiap pati berbeda tergantung sumber
pati yang digunakan.
Pati Resisten
Pati resisten adalah pati yang bermanfaat dan memiliki nutrisi tingi. Pati resisten
adalah pati yang lolos di pencernaan dari usus kecil kemudian di fermentasi oleh mikroflora
dalam usus besar menghasilkan pembentukan asam lemak rantai pendek, terutama asam
butirat. Pati resisten ini juga bisa digunakan sebagai serat pangan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pati resisten terhadap pencernaan, sehingga pati resisten dibagi menjadi 4,
yaitu:
RS1 : Secara fisik tidak dapat diakses oleh pencernaan karena terjebak dalam matriks
yang tidak bisa di cerna
RS2 : Pati yang tidak tergelatinisasi
RS3 : Pati retrogradasi
RS4: pati yang dimodifikasi secara kimia
Dalam hal ini, RS3 adalah pati resisten yang paling menarik untuk terus dikembangkan
penelitiannya karena pati resisten jenis ini stabil terhadap panas sehingga memungkinkan
digunakan dalam berbagai jenis masakan yang di olah secara konvensional (Haralampu,
2000)
Aplikasi
Hasil modifikasi kimia dengan cara esterfikasi OSA pada pati pisang bisa digunakan
untuk produk makanan, kosmetik, dan juga produk kesehatan (Sweedman et al., 2013).
Modifikasi metode pemanasan pada pati pisang juga bermanfaat untuk antidiabet (Reddy et
al., 2017). Penelitian ini dilakukan uji coba pada tikus yang menderita diabet. Granula pati
akan dikonversi yang disebabkan oleh rekristalinitas rantai linier pendek yang dihasilkan
proses pemotongan cabang. Tepung hasil konversi selama proses pemanasan inilah yang
efektif dalam mengatur glukosa dan profil lipid dalam serum tikus serta menunjukan efek
hipoglikemik sehingga bisa digunakan sebagai bahan pangan fungsional dalam
pengembangan produk makanan (Reddy et al., 2017) serta dijadikan pati resisten untuk pati
yang memiliki efek daya cerna lambat (Haralampu, 2000). Dalam daya cerna yang hasilkan
dari pati pisang, pati pisang hasil ekstrusi juga bisa dijadikan bahan untuk membuat roti. Pati
pisang yang digunakan adalah hasil dari manipulasi molekul pati dengan proses ekstrusi
dimana hasil yang diperoleh berhasil membuat kecenderungan amilopektin untuk membentuk
SDS yang digerakan secara struktural (Roman, Gomez, Hamaker, & Martinez, 2019).
KESIMPULAN
Beberapa proses modifikasi dilakukan untuk mendapatkan pati pisang yang lebih baik
dari segi manfaat dan komponennya. Modifikasi dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan
biologis. Modifikasi secara fisik dilakukan metode Heat Moisture Treatment (HMT),
Annealing (ANN), dan Dual Retrogradation (DR) serta metode pengeringan oven dan
pengeringan beku. Dalam beberapa penelitian, efek pemanasan berpengaruh terhadap
morfologi granula pati, kristalinitas, dan karakteristik lain. Modifikasi kimia dilakukan
dengan cara esterifikasi dengan oktenil suksinat anhidrat (OSA) akan menghasilkan
biopolimer yang dapat digunakan untuk menstabilkan emulsi dalam berbagai produk.
Modifikasi secara biologis ini salah satunya dengan cara penambahan enzim pullunase yang
akan membetuk pati resisten dan meningkatkan kandungan amilosa yang ada dalam pati
pisang.
Daftar Pustaka
Alimi, B. A., Workneh, T. S., & Oyeyinka, S. A. (2017). Structural, rheological and in-vitro
digestibility properties of composite corn-banana starch custard paste. Lwt, 79, 84–91.
doi:10.1016/j.lwt.2017.01.012
Bello-Pérez, L. A., Bello-Flores, C. A., Del Carmen Nuñez-Santiago, M., Coronel-Aguilera,
C. P., & Alvarez-Ramirez, J. (2015). Effect of the degree of substitution of octenyl
succinic anhydride-banana starch on emulsion stability. Carbohydrate Polymers, 132,
17–24. doi:10.1016/j.carbpol.2015.06.042
Bhandari, P. N., & Singhal, R. S. (2002). Studies on the optimisation of preparation of
succinate derivatives from corn and amaranth starches. Carbohydrate Polymers, 47(3),
277–283. doi:10.1016/S0144-8617(01)00202-8
Cahyana, Y., Wijaya, E., Halimah, T. S., Marta, H., Suryadi, E., & Kurniati, D. (2019). The
effect of different thermal modifications on slowly digestible starch and physicochemical
properties of green banana flour (Musa acuminata colla). Food Chemistry,
274(November 2017), 274–280. doi:10.1016/j.foodchem.2018.09.004
Haralampu, S. G. (2000). Resistant starch - a review of the physical properties and biological
impact of RS 3. Carbohydrate Polymers, 41(3), 285–292. doi:10.1016/S0144-
8617(99)00147-2
Jiang, H., Zhang, Y., Hong, Y., Bi, Y., Gu, Z., Cheng, L., … Li, C. (2015). Digestibility and
changes to structural characteristics of green banana starch during invitro digestion.
Food Hydrocolloids, 49, 192–199. doi:10.1016/j.foodhyd.2015.03.023
Mesquita, C. de B., Garcia, É. L., Bolfarini, A. C. B., Leonel, S., Franco, C. M. L., & Leonel,
M. (2018). Phosphate fertilization changes the characteristics of “Maçã” banana starch.
International Journal of Biological Macromolecules, 112, 1138–1145.
doi:10.1016/j.ijbiomac.2018.02.065
Peroni-Okita, F. H. G., Cardoso, M. B., Agopian, R. G. D., Louro, R. P., Nascimento, J. R.
O., Purgatto, E., … Cordenunsi, B. R. (2013). The cold storage of green bananas affects
the starch degradation during ripening at higher temperature. Carbohydrate Polymers,
96(1), 137–147. doi:10.1016/j.carbpol.2013.03.050
Pico, J., Xu, K., Guo, M., Mohamedshah, Z., Ferruzzi, M. G., & Martinez, M. M. (2019).
Manufacturing the ultimate green banana flour: Impact of drying and extrusion on
phenolic profile and starch bioaccessibility. Food Chemistry, 297(February), 124990.
doi:10.1016/j.foodchem.2019.124990
Reddy, C. K., Suriya, M., Vidya, P. V., & Haripriya, S. (2017). Synthesis and physico-
chemical characterization of modified starches from banana (Musa AAB) and its
biological activities in diabetic rats. International Journal of Biological Macromolecules,
94, 500–507. doi:10.1016/j.ijbiomac.2016.10.050
Roman, L., Gomez, M., Hamaker, B. R., & Martinez, M. M. (2019). Banana starch and
molecular shear fragmentation dramatically increase structurally driven slowly digestible
starch in fully gelatinized bread crumb. Food Chemistry, 274(April 2018), 664–671.
doi:10.1016/j.foodchem.2018.09.023
Sweedman, M. C., Tizzotti, M. J., Schäfer, C., & Gilbert, R. G. (2013). Structure and
physicochemical properties of octenyl succinic anhydride modified starches: A review.
Carbohydrate Polymers, 92(1), 905–920. doi:10.1016/j.carbpol.2012.09.040
Tester, R. F., & Debon, S. J. J. (2000). Annealing of starch - A review. International Journal
of Biological Macromolecules, 27(1), 1–12. doi:10.1016/S0141-8130(99)00121-X