Anda di halaman 1dari 6

Pembuatan Etanol Dari Biji Nangka Dengan Variabel Massa Pati

Ukhtun Ba’diyah, Yustinah

PEMBUATAN ETANOL DARI BIJI NANGKA DENGAN VARIABEL MASSA PATI

Ukhtun Ba’diyah 1), Yustinah 2)


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
yus_tin@yahoo.com

ABSTRAK. Biji Nangka mengandung karbohidrat yang dapat dimanfaatkan menjadi


bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan biji nangka sebagai bahan baku
pembuatan etanol. Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu, pembuatan powder dari biji
nangka dan proses fermentasi. Proses yang pertama adalah pembuatan pati powder biji
nangka. Biji nangka dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan. Setelah itu dihaluskan
kemudian diayak sehingga menjadi powder. Proses yang kedua diawali dengan
pensterilisasian alat dengan menggunakan autoclave. Powder biji nangka ditimbang dengan
variabel massa pati (5, 10, 15, 20, 25) gram. Kemudian powder biji nangka yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 100 ml aquadest.
Selanjutnya dikukus dengan temperatur 68- 70°C selama ±45 menit, setelah itu dinginkan
dalam temperatur kamar. Sampel dimasukkan ke dalam incubator yang sebelumnya sudah
distrelisasi dengan alkohol. kemudian tambahkan ragi Sacchromyces cerevisiae 0,5 gram.
Fermentasi dilakukan selama 5 hari. Setelah itu, sampel diambil kemudian disaring hingga
mendapatkan filtrat (etanol). Dari penelitian diperoleh hasil semakin banyak massa pati maka
kadar etanol yang dihasilkan juga akan semakin besar, karena kadar karbohidrat yang
diubah menjadi ethanol semakin banyak. Kadar etanol terendah pada variabel massa pati 5
gram yaitu 3,05 % ethanol dengan absorbansi 0,542. Kadar etanol tertinggi pada variabel
massa pati 25 gram yaitu 4,87% etanol dengan absorbansi 0,145. Dari hasil penelitian
didapatkan persamaan hubungan kadar etanol dengan variabel massa pati yaitu y = 0,098x
+ 2,480

Kata kunci:Biji nangka, etanol, fermentasi, pati, Sacchromyces cerevisiae

11
KONVERSI Vol. 1 No.2 Oktober 2012 ISSN 2252-7311

PENDAHULUAN nangka sebagai bioetanol antara lain


ialah harga buah nangka yang relatif
Perkembangan kebutuhan energi yang murah, umumnya biji nangka tak
dinamis ditengah semakin terbatasnya terpakai/dibuang, mudah didapat, dan
cadangan energi fosil serta kepedulian kandungan patinya mencukupi sehingga
terhadap kelestarian lingkungan hidup, dapat digunakan sebagai karbohidrat
menyebabkan perhatian terhadap energi terlarut.
terbarukan semakin meningkat terutama
terhadap sumber-sumber energi Permintaan etanol dewasa ini terus
terbarukan dari sektor pertanian. Hampir meningkat seiring dengan digunakannya
seluruh komoditas budidaya di sektor etanol sebagai bahan bakar nabati.
pertanian dapat menghasilkan biomassa, Pemerintah Indonesia menargetkan pada
sebagai sumber bahan yang dapat diubah tahun 2025 substitusi bahan bakar nabati
menjadi energi terbarukan. Biomassa terhadap bahan bakar minyak mencapai
adalah semua bahan-bahan organik 5% (Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
berumur relatif muda dan berasal dari 2006 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar
tumbuh-tumbuhan atau hewan; produk Nabati atau Biofuel sebagai Bahan Bakar
dan limbah indusri budidaya (pertanian, Altematif). Selain itu, etanol banyak
perkebunan, kehutanan, petemakan, dan dimanfaatkan dalam industri kimia,
perikanan) yang dapat diproses menjadi kosmetik, minuman, dan pelamt.
bioenergi (Reksowardoyo dan Sehingga, perlu adanya penelitian
Soerawidjaja, 2006) Seiring dengan tentang pembuatan bioethanol dari limbah
menipisnya cadangan energi BBM, bahan biji nangka dengan proses fermentasi
baku nabati seperti biji nangka menjadi
altematif sebagai bahan baku pembuatan Pada kulit batang Artocarpus
etanol (bahan pencampur BBM). heterophyllus diketahui mengandung
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan senyawa flavonoid, yaitu artonin E,
biokimia dari proses fennentasi gula dari morusin, sikloartobilosanton dan artonol B.
sumber karbohidrat menggunakan Bioaktivitasnya terbukti dapat digunakan
bantuan mikroorganisme. sebagai antikanker, antivirus, aniiinflamasi,
diuretil dan antihipertensi (Ersam T,
Produksi nangka di Indonesia terbilang 2001).. Buah nangka yang masih muda
cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan mengandung saponin dan polifenol.
karena nangka merupakan tanaman yang Pembuatan tepung biji nangka terdiri dari
sangat cocok bila di budidayakan di beberapa tahap, yaitu:
Indonesia yang memiliki karakteristik 1. Cleaning
daerah yang sesuai dengan pertumbuhan Cleaning (pembersihan) adalah
pohon nangka. Selain itu, tanaman proses menghilangkan bahan kontaminasi
nangka menghasilkan buah hampir dari makanan dan memisahkannya dari
sepanjang tahun. permukaan makanan sebelum
dilakukannya proses lebih lanjut. Cleaning
Potensi biji nangka (Arthocarphus termasuk mengupas dan perlakuan
heterophilus) yang besar belum blanching. Tujuannya adalah mencegah
dieksploitasi secara optimal. Sangat kerusakan makanan (Fellows 2000).
rendahnya pemanfaatan biji nangka
dalam bidang pangan hanya sebatas 2. Pengeringan
sekitar 10% dibebabkan oleh kurangnya Dehidrasi atau pengeringan adalah
minat masyarakat dalam pengolahan biji aplikasi pemanasan dal am kondisi
nangka. Pati biji nangka dapat dihidrolisis terkontrol untuk menghilangkan sebagian
menjadi hidrolisat pati biji nangka dan besar air yang normalnya ada dalam
diolah menjadi sirup glukosa. Biji Nangka makanan melalui evaporasi (penguapan)
memenuhi kriteria serta memiliki (Fellows 2000). Biasanya kandungan air
beberapa keuntungan sebagai bahan dikurangi sampai batas dimana mikroba
baku dalam fermentasi dalam pembuatan tidak dapat tumbuh lagi. Prinsip dari
bioetanol. Keuntungan penggunaan biji pengeringan adalah memberikan pan as
12
Pembuatan Etanol Dari Biji Nangka Dengan Variabel Massa Pati
Ukhtun Ba’diyah, Yustinah

ke dalam makanan dan mengeluarkan uap cepat dan suhu tinggi menyebabkan
air (Potter & Hotchkiss 1995). perubahan lebih besar terhadap tekstur
makanan disbanding pemanasan dengan
Tujuan utama dilakukannya pengeringan suhu rendah. Saat air dilepaskan selama
adalah memperpanjang waktu simpan pengeringan, larutan berpindah dari dalam
makanan dengan mengurangi aktivitas air. makanan ke permukaan. Penguapan air
Hal ini mencegah pertumbuhan mikroba menyebabkan terkonsentrasinya larutan
dan aktivitas enzim, tetapi tidak pada permukaan. Suhu udara yang tinggi
menginaktivasinya. Pada beberapa jenis menyebabkan perubahan kimia dan fisik
makanan, pengeringan menyediakan dan pembentukan lapisan yang keras. Hal
produk yang tepat untuk konsumen dan ini disebut case hardening. Pada buah dan
lebih mudah ditangani (Fellows 2000). sayur, perubahan kimia pigmen klorofil
Selain itu pengeringan makanan bertujuan dan karotenoid disebabkan oleh panas
untuk mengurangi berat produk (Potter & dan oksidasi selama pengeringan dan
Hotchkiss 1995). ara pengeringan bisa aktivitas residu enzim polifenol oksidase
juga dengan penjemuran atau pemanasan menyebabkan pencoklatan selama
langsung dengan sinar matahari. Selain itu penyimpanan. Hal ini dapat dicegah
bisa juga memakai alat (Satuhu 2004). dengan blanching, atau pemberian asam
askorbat atau sulfur dioksida.
Penggunaan alat pengering lebih
menguntungkan dibanding dengan 3. Proses Fermentasi
penjemuran. Hasil lebih bersih, suhu dan Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-
aliran udara dapat diatur sehingga waktu reduksi dalam biologi yang menghasilkan
pengeringan menjadi lebih cepat. energi, dimana donor dan aseptor
Penjemuran memiliki kelemahan, yakni electron adalah senyawa organik.
kurang higienis, mudah terkontaminasi, Senyawa organic yang biasa digunakan
tergantung cuaca dan intensitas sinar adalah zat gula. Senyawa tersebut akan
matahari, serta waktunya yang lama. diubah oleh reaksi reduksi dengan
Umumnya, makanan yang akan biokatalis (enzim) menjadi senyawa lain,
dikeringkan dibagi ke dalam potongan- misalnya aldehid, dan selanjutnya dapat
potongan kecil atau tipis untuk dioksidasi menjadi asam. Enzim ini
mempercepat transfer massa dan panas. dihasilkan oleh aktifitas sel mikroba.
Pembagian ini bertujuan untuk dua alasan. Bahan dan Alat
Pertama, permukaan yang lebih lebar
menyediakan area yang lebih besar untuk Bahan-bahan yang digunakan dalam
kontak dengan medium panas sehingga penelitian ini antara lain pati nangka, ragi
lebih banyak uap air yang dapat pasar, ethanol PE, aquadest, K2CrO7,
dibebaskan. Kedua, partikel yang lebih K2CO3,
kecil atau lapisan lebih tipis mengurangi
jarak yang harus dilalui panas untuk Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
mencapai bagian tengah makanan dan ini antara lain gelas ukur 100 ml, beaker
mengurangi jarak yang harus dilalui air glass 1000 ml, pipet volume 100 ml, pipet
untuk mencapai permukaan kemudian tetes, rak tabung reaksi, tabung reaksi,
dibebaskan (Potter & Hotchkiss 1995). erlenmeyer 250 ml, labu ukur 100 ml, hot
plate, vacum filter, alat uji (Spektrometer).
Menurut Fellows (2004), pengeringan
menyebabkan penurunan eating quality METODOLOGI PENELITIAN
dan zat gizi makanan. Perubahan tekstur
teijadi selama pengeringan disebabkan Pembuatan Pati Biji Nangka (Powder)
oleh gelatinisasi pati, kristalisasi selulosa, Potong biji nangka tipis-tipis, kemudian
dan lokalisasi kadar air. Kerusakan ini mengeringkan dengan bantuan sinar UV.
mengubah sel kaku secara permanen, dan Hingga kadar air dalam biji nangka benar-
memberi penampakan kerut atau kisut benar tidak ada (hilang). Menghaluskan
pada makanan. Umumnya, pemanasan dengan bantuan blender potongan biji
13
KONVERSI Vol. 1 No.2 Oktober 2012 ISSN 2252-7311

nangka tersebut, setelah itu ayak dengan tiap-tiap sampel perlakuannya sama. Uji
ukuran mesh 80. Potongan-potongan biji sampel tersebut dengan alat spektrometer
nangka kering akan menjadi powder. dengan panjang gelombang 340

Pembuatan Etanol dengan variabel Analisa Kadar Etanol dengan


Massa Pati Biji Nangka Spektrometer
Pati Biji nangka yang sudah menjadi Cairan saampel diambil sebanyak 1 ml,
powder ditimbang sesuai dengan variabel kemudian tempatkan pada tabung reaksi.
massa yang digunakan. Massa pati yang Menambahkan 1 ml K2CO3 dan 1 ml
digunakan 5, 10, 15, 20, 25 gram K2CrO7) lalu panaskan pada suhu antara
sedangkan raginya 2,5 gram. Kemudian 40- 50°C dengan bantuan hot plate
tambahkan aquadest hingga 100 ml di selama 1 jam. Setelah 1 jam, pindahkan
dalam erlenmeyer untuk masing-masing larutan tersebut ke dalam labu ukur 100
sampel. Kukus selama 45 menit catat
ml. Tambahkan aquadest hingga tanda
suhunya. Atur agar larutan pati tersebut batas. Uji larutan sampel tersebut dengan
tidak mendidih. spectrometer dengan y = 340. Didapat
nilai absorbansi.
Setelah 45 menit, diamkan hingga dingin.
Siapkan incubator yang sudah sterii. Metode Analisa
Masukkan larutan sampel kedalam Metode Least Square atau Metode
incubator, tambahkan ragi yang sudah
Kuadrat Terkecil digunakan untuk
ditimbang hingga merata. Penambahan mendapatkan penaksir koefi-sien regresi
ragi pun dilakukan didalam incubator agar linier. Model regresi linier sederhana
larutan sampel tetap dalam keadaan steril
dinyatakan dengan persamaan :
dan suhunya berada di suhu kamar 30°C.

Fermentasi dilakukan selama 5 hari, Y = Po + PiX + s, model umum


setelah itu saring masing-masing sampel
dengan vacuum filter untuk dipisahkan Yj = Po + PiXi + Si, model setiap
antara filtrate dengan ampas pati. pengamatan
Sehingga akan dihasilkan filtrat (ethanol).
Model dugaan dinyatakan oleh :
Analisa Kadar Ethanol
Pembuatan Kurva standar Ethanol Y = (30 + PSX atau Y= bo + b\ X , model
Pembuatan Larutan K2Cr07 umum
52,0 mg K2CrO7 dimasukkan dalam labu
takar 100 ml, lalu ditambahkan H2S04 Yt = /30 + P[Xi atau Yt - bo + b\ Xi, model
sebanyak 27,6 ml kemudian diencerkan setiap pengamatan
dengan aquadest hingga tanda batas.
Didapatkan error, yaitu s atau st sebagai
Pembuatan Larutan K2CO3 jenuh berikut:
K2CO3 sebanyak 23.4 gram dilarutkan
dalam aquadest sebanyak 150 ml. S = Y – Y = Y – b0 + b1 X atau

Kurva Larutan Standart Ethanol Si = Yi-Yi = Yi-b0-blXi


Dibuat larutan etanol 1,5%, 2%, 2,5%, 3%,
3,5%, 4%. Artinya 0,25 ml dilarutkan Secara geometrik, titik hasil
dalam 100 ml aquadest dan seterusnya. eksperimen, model, dan error
Kemudian masing-masing diambil 1ml digambarkan pada grafik berikut ini :
ditempatkan pada tabung reaksi
tambahkan 1 ml larutan K2CO3 jenuh dan
larutan K2CrO7 1 ml. Kemudian panaskan
selama 1 jam dengan suhu 40°C. Setelah
dipanaskan, ambil 1 ml sampel kemudian
encerkan sampai 100 ml dengan aquadest

14
Pembuatan Etanol Dari Biji Nangka Dengan Variabel Massa Pati
Ukhtun Ba’diyah, Yustinah

Pembahasan :
♦ X(%ethanol)

-----Linear (X(%ethanol))
Gambar 1. Grafik hasil eksperimen
model dan error secara geometrik Kurva Ethanol
Titik-titik yang dinotasikan Yi
membentuk garis lurus yang akan
ditaksir dengan menaksir koefisiennya, Kadar
yatu b0 dan b1, sehingga membentuk ethanol
persamaan Yi = b0 + b1 Xi. Garis tegak (%)
lurus sumbu horisontal yang
menghubungkan titik eksperimen
dengan garis lurus dugaan dinamai
error. Metode last square bertujuan
mendapatkan penaksir koefisien Massa Pati (gr)
regresi, yaitu b0 dan b1 yang Gambar 2. Kurva Hubungan Kadar
menjadikan jumlah kuadrat error, yaitu Ethanol dengan Variabel Massa Pati
𝒏
𝒊=𝟏
𝜺𝟐 sekecil mungkin.
Dapat dilihat dari reaksi sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN C6HI206 ----► C2H5OH + 2 CO:

Hasil Pengamatan Perbandingan antara massa ragi dan


Pembuatan kurva standar massa pati adalah 1:2 agar kadar ethanol
yang dihasilkan besar. sehingga
Tabel 1. Data Absorbansi dan Persen perbandingan kadar ethanol dengan
Etanol karbohidrat adalah 2:1.Dari penelitian
diperoleh hasil semakin besar massa pati
Persen Etanol maka, semakin besar kadar ethanol yang
No. (%) Absorbansi
diperoleh. Karena, kandungan karbohidrat
1 1.5 0.862 yang diubah menjadi ethanol akan
2 2 0.758 semakin besar.

3 2.5 0.694 Berdasarkan gambar 4.1 Kurva Hubungan


4 3 0.55 Kadar Ethanol dengan Variabel Massa
Pati , dengan menggunakan Metode
5 3.5 0.47 Linear Sederhana antara Kadar Ethanol
6 4 0.304 dengan Massa Pati, maka membentuk
hasil persamaan yang diperoleh sebagai
berikut
Data hasil penelitian dengan variabel y = 0,098x + 2,480
massa Pati
Tabel 2. Data Persen Ethanol dengan
Keterangan: y = absorbansi
Berbagai Variabel Massa Pati
x = % ethanol
No. Massa Pati
Persamaan Absorbansi X(%ethanol)
(SI) tersebut menunjukkan bahwa
kadar ethanol terkecil yaitu 3,05 %
1 5 0,542 3,046082949
dengan massa pati 5 gr, sedangkan kadar
2
ethanol 10
terbesar 0,46 3,423963134
yaitu 4,87 % dengan
3 15 0,391 3,741935484
15
4 20 0,191 4,66359447
5 25 0,145 4,875576037
KONVERSI Vol. 1 No.2 Oktober 2012 ISSN 2252-7311

massapati 25 gr. Hal ini menerangkan


bahwa adanya saling keterkaitan antara Reksowardoyo, I.K., Soerawidjaja, T.H.
massa pati dengan kadar ethanol. 2006. Proses Pembuatan Bioetanol.
Makalah disajikan pada Seminar
KESIMPULAN DAN SARAN Nasional Biofuel “Implementasi
Biofuel Sebagai Energi Alternatif”.
Kesimpulan Departemen Energi dan Sumber
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat Daya Mineral.
disimpulkan sbb: Satuhu S. 2004. Penanganan dan
Bahan baku yang mengandung Pengolahan Buah. Jakarta:
karbohidrat jika melalui proses fermentasi Penebar Swadaya
dengan baik, akan menghasilkan ethanol.

Semakin banyak massa pati, maka


semakin tinggi kadar % ethanol.

Hubungan antara kadar ethanol (%)


dengan massa pati akan membentuk
persamaan y = 0,098x + 2,480.

Saran
Lebih diperhatikan kebersihan alat
maupun media yang digunakan dalam
setiap prosesnya. Mulai dari awal
penelitian hingga akhir penelitian.

Penelitian selanjutkan menggunakan


variabel yang berbeda yaitu variabel
massa ragi untuk mendapatkan hasil
yang lebih optimal

DAFTAR PUSTAKA

Ersam, T. 2001, Senyawa Kimia


MakromolekulbeberapaTumbuhanAr
tocarpus HutanTropika Sumatera
Barat, (Disertasi). ITB, Bandung

Fellows PJ. 2000.Food Processing


Technology
. Boca Raton: CRC Press

Potter NN, Hotchkiss JH. 1995. Food


Science.
New York: Chapman & Hall,International
Thomson Publishing

16

Anda mungkin juga menyukai