Abstrak
Kulit Pisang merupakan limbah yang selama ini tidak banyak dimanfaatkan, sehingga dalam waktu yang
relatif panjang keberadaan limbah tersebut mendatangkan masalah tersendiri antara lain pencemaran.
Kulit Pisang memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi. Kulit pisang memiliki kandungan
lignosellulosa yang cukup tinggi yang dapat didegradasi menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu
glukosa sebagai sumber pembentukan bioetanol. Kandungan lignin dalam Kulit Pisang perlu
dihilangkan/dirusak strukturnya. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mendegradasi lignin
adalah pretreatment menggunakan H2SO4 encer (1%) dan NaOH (4%). Setelah itu dilakukan hidrolisis
enzimatik menggunakan enzim selulase dan difermentasi dengan yeast saccharomyses cerevisiae. Larutan
bioetanol hasil fermentasi dipisahkan dari residu, kemudian etanol dipisahkan dari larutan dengan
distilasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar etanol yang dihasilkan semakin tinggi sampai waktu
fermentasi tertentu (waktu optimum) dan setelah waktu optimum terlewati kadar etanol yang dihasilkan
menurun. Kadar bioetanol tertinggi yang dihasilkan sebesar 13,1154%, pada hari fermentasi ke-5
menggunakan enzim sebanyak 9 ml.
dan menambahkan nutrisi urea 0,03 gr, dengan gabus.
MgSO4.7H2O, 0,005 gr, KH2PO4 0,0023 Kemudian diletakkan pada rotary shaker
pH diatur hingga pH 5 lalu media Bubur kulit pisang yang telah dihidrolisis
tersebut Proses Fermentasi
Suspensi
didinginkan.
spora aspergillus niger 500 ml yang berisi bubur kulit pisang
ditambahkan sebanyak 10 ml pada media tersebut dengan selang karet dan ujung
Selanjutnya
terjadi kontak langsung dengan udara.
dengan waktu fermentasi 96 jam. larutan difermentasikan
selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, 6 hari dan
aquadest sebanyak 100 ml lalu di letakkan bubur kulit pisang sehingga diperoleh
Memotong kulit pisang lalu dikeringkan Temperatur pemanas dijaga pada suhu 80
Pretreatment Kulit Pisang kedalam labu destilasi.
o
12 Enzim 7 mL
0.1
Enzim 9 mL
Kadar Etanol (%)
10 Enzim 1 mL
Enzim 3 mL 0.05
8
Enzim 5 mL
6 0
Enzim 7 mL
4 1 3 5 6 7
Enzim 9 mL
2
Waktu Fermentasi (Hari)
0
1 3 5 6 7
Gambar 3. Pengaruh waktu fermentasi terhadap
Waktu Fermentasi ( Hari )
kadar glukosa pada berbagai variasi
volume enzim.
Gambar 2. Pengaruh waktu fermentasi terhadap
kadar etanol pada berbagai variasi Gambar 3. menunjukkan bahwa sebelum 5
volume enzim hari fermentasi, kadar glukosa semakin menurun
seiring dengan bertambahnya waktu fermentasi.
Jumlah enzim yang ditambahkan pada Hal ini menunjukkan bahwa glukosa hasil
hidrolisis enzimatik bervariasi : 1ml, 3 ml, 5 ml, hidrolisis telah difermentasi secara sempurna
7 ml, dan 9 ml. Gambar 3. menunjukkan menjadi etanol. Namun pada waktu fermentasi
pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar etanol lebih dari 5 hari, kadar glukosa mengalami
pada berbagai variasi volume enzim. Dari kenaikkan. Kenaikan jumlah glukosa disebabkan
gambar 2. terlihat bahwa semakin lama waktu karena kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
fermentasi kadar bioetanol akan mengalami banyaknya selulosa yang ada. Sementara selulosa
kenaikan, namun setelah hari kelima kadar semakin lama semakin berkurang disebabkan
bioetanol pada masing-masing sampel pecah menjadi unit glukosa. Oleh karena itu
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena kecepatan reaksi semakin lama semakin kecil
proses fermentasi telah mencapai optimum pada sehingga kenaikan kadar selulosa yang
waktu 5 hari, kadar bioetanol mengalami terhidrolisa persatuan waktu semakin kecil. Hal
penurunan setelah melewati waktu optimalnya. ini mengakibatkan kenaikan glukosa yang
Kenaikan kadar bioetanol ini terjadi karena lama terbentuk persatuan waktu.
waktu fermentasi berhubungan erat dengan kurva Dari gambar 3. juga terlihat bahwa
pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba untuk waktu fermentasi yang sama, penambahan
terjadi dari enam fase, yaitu fase adaptasi, fase jumlah enzim tidak selalu mengakibatkan kadar
permulaan pembiakan, fase pembiakan cepat, glukosa bertambah atau berkurang. Hal ini
fase konstan atau stasioner dan fase terakhir mungkin disebabkan oleh variasi volume enzim
adalah fase kematian. yang terlalu kecil. Sebaiknya jumlah volume
enzim yang ditambahkan lebih dari 7 ml.
Fenomena ini mungkin juga disebabkan karena
Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap metode penentuan kadar glukosa yang kurang
Kadar Glukosa Pada berbagai Variasi tepat, sebaiknya kadar glukosa diukur dengan
Volume Enzim HPIC (High Pressure Ion Chromatography) yang
Pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar juga bisa menganalisa kadar arabinosa, xylosa,
glukosa pada berbagai variasi volume enzim mannosa dan lain - lain.
dapat dilihat pada gambar 3. Massa Kulit Pisang
yang digunakan 50 gram dan waktu hidrolisis
selama 24 jam.
8 0.2000 6
7 5 0.04 Kadar Bioetanol
6 0.1500 4 0.03 Kadar Glukosa
Kadar Bioetanol
5
Kadar Glukosa 3
4 0.1000 0.02
2
3 0.01
2 0.0500 1
1 0 0
0 0.0000 0 2 4 6 8 10
0 2 4 6 8 10 Volume Enzim (mL)
Volume Enzim (mL)
Gambar 8. Hubungan antara kadar glukosa,
Gambar 5. Hubungan antara kadar glukosa, kadar etanol dengan volume
kadar etanol dengan volume enzim yang ditambahkan pada
enzim yang ditambahkan pada waktu fermentasi 7 hari.
waktu fermentasi 3 hari.
Dari kelima gambar diatas terlihat bahwa
tampak adanya hubungan antara kadar etanol,
14 0.02 kadar glukosa dan volume enzim yang
0.018 ditambahkan yaitu semakin bertambahnya
12
Kadar Bioetanol (%)
Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan. 1979. Sun, Y., dan Cheng, J., 2002. Hydrolysis of
Farmakop Indonesia. Edisi ketiga. Kopri lignocellulosic materials for ethanol
Sub Unit Direktorat Jenderal Departemen production: a review. Bioresource
Kesehatan RI. Technology 83, 1 – 11.
Isroi. 2008. Potensi Biomassa Lignoselulosa di UKM, B. 2009. Bahan Bakar Nabati (Bioetanol).
Indonesia Sebagai Bahan Baku Bioetanol: Khalifah Niaga Lantabura: Yogyakarta.
Tandan Kosong Kelapa Sawit. Online di
http://isro.wordpress.com. Diakses 13
Oktober 2011.