Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES

PEMBUATAN BIOETANOL

Oleh :

Amani Muflihah Tsabitah

2031410143

Dosen Pengampu :

Rosita Dwi Chrisnandari, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POITEKNIK NEGERI MALANG

2021
PEMBUATAN BIOETANOL

I. Tujuan
1. Mahasiswa melakukan percobaan pembuatan bioetanol menggunakan
gula pasir.
2. Mahasiswa melakukan proses fermentasi pada gula pasir menggunakan
ragi.
3. Mahasiswa melakukan analisa kualitas bioetanol yang dihasilkan.

II. Latar Belakang


Kebutuhan energi Indonesia saat ini sebagian besar masih bertumpu
pada bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi
sekitar 51,66 persen, gas alam 28,57 persen dan batubara 15,34 persen.
Persediaan bahan bakar tersebut semakin berkurang sejalan dengan waktu
(Huda, 2017).
Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil maka
adanya pengembangan sumber energi terbarukan sebagai alternatif pengganti
bahan bakar minyak. Yaitu pembuatan bioetanol merupakan suatu bentuk
energi alternatif, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap Bahan
Bakar Minyak dan sekaligus pemasok energi nasional. Bioetanol adalah
etanol yang berasal dari makhluk hidup, dalam hal ini adalah bahan nabati.
Bioetanol dapat diperoleh dari fermentasi bahan-bahan yang mengandung
amilum, sukrosa, glukosa, maupun fruktosa (Anonim,2008).
Etanol memiliki banyak manfaat yaitu dapat dikonsumsi manusia
sebagai bahan minuman beralkohol, dan sebagai bahan baku farmasi dan
kosmetika. Etanol juga dimanfaatkan sebagai bahan cita rasa, obat-obatan dan
komponen anti beku. Namun beberapa tahun ini, perhatian mengarah pada
produksi etanol sebagai bahan bakar dan pelarut kimia (Crueger, 1990).
Bahan baku bioetanol dapat terbagi menjadi 3 bagian yaitu bahan
berpati, berupa singkong atau ubi kayu, ubi jalar, tepung sagu, biji jagung, biji
sorgum, gandum, kentang, ganyong, garut, umbi dahlia ; Bahan bergula,
berupa molase (tetes tebu), nira tebu, nira kelapa, nira batang sorgum manis,
nira aren (enau),gewang, nira lontar; dan bahan berselulosa, berupa limbah
logging, limbah pertanian seperti jerami padi, ampas tebu, janggel (tongkol)
jagung, onggok (limbah tapioka), batang pisang, serbuk gergaji (grajen)
(Rama,2008).
Bahan baku bioetanol harus mudah diperoleh dan selalu tersedia
sepanjang tahun dalam jumlah besar. Selain itu, substrat harus mengandung
gula sederhana yang cukup tinggi, yaitu glukosa, fruktosa, atau sukrosa,
sehingga dapat digunakan oleh Rhizopus oryzae, Zymomonas mobilis,
maupun Saccharomyces cerevisiae dalam tahap fermentasi (Rama, 2008).

III. Dasar Teori


Bioetanol adalah etanol yang berasal dari makhluk hidup, dalam hal ini
adalah bahan nabati. Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang diolah dari
sumber biologi yaitu tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu
menurunkan emisi CO2 hingga 19-25%. Penambahan bioetanol sebesar 3%
pada bensin dapat menurunkan emisi CO2 sebesar 1,3%. Bioetanol ini dibuat
melalui proses hidrolisis dan fermentasi. Bioetanol dapat dihasilkan dari gula
sederhana, pati, dan selulosa (Yuniarti dkk., 2018).
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa
keunggulan dibanding dengan BBM, yaitu kandungan oksigen yang tinggi
(35%) sehingga jika dibakar sangat bersih , ramah lingkungan karena emisi
gas karbon monoksida lebih rendah 19-25% dibanding BBM sehingga tidak
memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer dan
bersifat terbarukan, sedangkan BBM akan habis karena bahan bakunya fosil
(Daniar, 2018).
Menurut (Yuniarti dkk., 2018) etanol merupakan zat cair, berbau khas,
tidak berwarna, mudah menguap dan terbakar serta dapat bercampur dalam
air. Ketika bioetanol dihasilkan dari biomassa yang mengandung pati atau
selulosa, maka bioetanol mampu menjadi bioenergi. Salah satu proses
pembuatan bioetanol dalam industri dengan cara fermentasi. Proses fermentasi
dilakukan dengan memakai berbagai macam bahan baku. Bahan baku yang
umum digunakan antara lain :
1. Sugar Bahan – bahan ini mengandung gula atau disebut substansi sakarin
yang rasanya manis. Bahan ini berasal dari gula tebu, gula bit, molase (tetes)
buah-buahan yang langsung dapat difermentasikan menjadi alkohol.
2. Starches Starches adalah bahan yang mengandung pati, gandum, kentang,
akar tumbuh-tumbuhan, jagung, ubi kayu, padi-padian dan lain-lain. Bahan
jenis ini terlebih dahulu harus dihidrolisa dengan bantuan enzim atau katalis
asam terlebih dahulu, agar dapat menjadi gula, lalu difermentasikan menjadi
etanol.
3. Cellulose Material Bahan-bahan ini mengandung sellulosa, misalnya ampas
kelapa, kayu, ampas tebu, kulit kerang, waste sulft liquor yang merupakan
residu dari pabrik pulp dan kertas. Untuk menghasilkan etanol sellulosa harus
dihidrolisa dengan mineral atau larutan asam sebelum difermentasikan.
Fermentasi adalah proses pemecahan gula sederhana (glukosa atau
fruktosa) menjadi etanol dan CO2 dengan melibatkan enzim yang dihasilkan
oleh ragi. Fermentasi alkohol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
media, suhu, jenis mikroba, nutrisi dan pH. Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi adalah jenis mikroba atau khamir. Kriteria
pemilihan khamir untuk produksi bioetanol adalah mempunyai laju fermentasi
dan laju pertumbuhan cepat, perolehan bioetanol banyak, tahan terhadap
konsentrasi bioetanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam
tinggi, serta tahan terhadap pH optimum fermentasi yang rendah (Anggraeni,
2017).
Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan,
sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan
Saccharomyces cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar
antara 25-30 °C. Mikroorganisme ini dipilih karena Saccharomyces cerevicae
dapat memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi
pada kadar alkohol yang tinggi (12-18 % abv), tahan terhadap kadar gula yang
tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32 C. Khamir atau
ragi ini bersifatstabil dan cepat beradaptasi dengan lingkungannya, cepat
berkembang biak, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah di dapat
dan mudah dalam pemeliharaan (Sudarmadji K., 1989).
Pada kondisi basa mikroba tersebut tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan
mikroba Saccharomyces cerevisiae dapat berlangsung dengan baik pada
kondisi pH 4-5,5. Beberapa penelitian yang dilakukan melaporkan bahwa
tidak ada produksi etanol dibawah pH 4,0 dikarenakan pada pH ini mikroba
tidak dapat tumbuh. Keasaman atau pH medium merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan
produk dalam proses fermentasi karena setiap mikroorganisme mempunyai
kisaran pH optimal. Faktor suhu juga mempengaruhi fermentasi, apabila suhu
terlalu rendah, maka proses fermentasi akan berlangsung secara lambat.
Sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi menyebabkan mikroba
Saccharomyces cerevisiae akan mati sehingga proses fermentasi tidak dapat
berlangsung.
Saccharomyces cerevisiae memiliki kemampuan untuk mengkonversi
baik gula dari kelompok monosakarida maupun dari kelompok disakarida.
Jika gula yang tersedia dalam substrat merupakan gula disakarida maka enzim
invertase akan bekerja menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida.
Setelah itu, enzim zymase akan mengubah monosakarida tersebut menjadi
alkohol dan CO2. Fermentasi gula oleh saccharomyces cerevisiae
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 dapat dituliskan melalui reaksi
sebagai berikut (Anggraeni, 2017) :
Menurut (Widyanti, 2016) pada umumnya proses fermentasi dapat
dibedakan atas 2 tingkatan, dapat dijelaskan seperti berikut :
1. Peragian tingkat pertama, berlangsung dalam keadaan aerob (adanya O2)
yang terlarut dan di permukaan, berfungsi memperbanyak ragi (khamir)
yang dapat ditandai timbulnya gas asam arang, reaksi sebagai berikut :

Pada proses fermentasi tingkat pertama tidak ada atau sedikit sekali etanol
yang dihasilkan.
2. Fermentasi berlangsung dalam keadaan anaerob. Pada tahap ini khamir
dan enzim yang dihasilkan sudah cukup banyak, sehingga akan
berlangsung fermentasi, sampai sebagian atau seluruh gula dirubah
menjadi etanol, dengan reaksi.

Semakin lama waktu fermentasi semakin sedikit bioetanol yang


dihasilkan. Hal ini disebabkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembiakan
sudah habis, akibatnya bakteri memakan alkohol. Proses ini dapat terlihat
adanya gelembung-gelembung udara pada sampel (Hilma, 2017).
Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya
terlalu cepat Saccharomyces cereviseae masih dalam masa pertumbuhan
sehingga alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu
lama Saccharomyces cereviseae akan mati maka alkohol yang dihasilkan
tidak maksimal (Prescott, 1959).
Konsentrasi ragi yang diberikan pada larutan yang akan
difermentasikan optimalnya adalah 2 – 4% dari volume larutan (Dyah,
2011). Jika konsentrasi ragi yang diberikan kurang dari kadar optimal yang
disarankan akan menurunkan kecepatan fermentasi karena sedikitnya
massa yang akan menguraikan glukosa menjadi etanol, sedangkan jika
konsentrasi ragi terlalu banyak maka akan dibutuhkan substrat yang lebih
banyak karena substrat yang ada tidak cukup, karena itu menurunkan
kecepatan fermentasi. Ragi juga memerlukan penambahan nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakannya selama proses fermentasi
berlangsung, misalnya unsur C (ada pada karbohidrat), unsur N (dengan
penambahan pupuk yang mengandung nitrogen, ZA, Urea), Unsur P
(penambahan pupuk fosfat dari NPK, TSP, DSP, dan lain-lain). Adapun
penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi adalah 5%
dari volume fermentasi (Prescott, 1959).
Setelah proses fermentasi, alkohol yang terbentuk harus melalui
tahap pemurnian untuk mendapatkan etanol dengan tingkat kemurnian
yang lebih tinggi. Pada umumnya kadar alkohol yang diperoleh dari proses
fermentasi masih rendah. Salah satu tahap pemurnian alkohol adalah
distilasi. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang
berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing zat penyusun
campuran homogen. Dalam penyulingan, campuran zat di didihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian di dinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini di dasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya (LIPI, 2008).
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (yang
sebagian besar air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 ⁰C
sedangkan air adalah 100 ⁰C. dengan memanaskan larutan pada suhu 78 –
100 ⁰C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap dan melalui
kondensor untuk kondensasi, maka akan dihasilkan etanol dengan
konsentrasi 95% volume (LIPI, 2008).
Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap
penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap
menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi
menggunakan alat pemanas dan alat pendingin. Proses destilasi diawali
dengan tahap pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap, dan uap tersebut akan bergerak menuju kodenser
(pendingin). Proses pendinginan terjadi saat mengalirkan air ke dinding
(bagian luar kondenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.
Proses ini berjalan terus-menerus hingga diperoleh distilat yang diinginkan
(Abdullah, 2016).

IV. Metodologi
4.1 Alat
 Botol Plastik
 Alat Penangas Air
 Panci
 Selang
 Thermometer
 Batang Pengaduk
 Timbangan
 Gelas Ukur

4.2 Bahan
 Air
 Pupuk ZA
 Pupuk NPK
 Ragi/yeast (saccaromyces cereviceae)
 Gula Pasir
4.3 Langkah Kerja

4.3.1 Pembuatan Starter

Menyiapkan alat dan bahan

Memasukkan air sebanyak 100 ml hingga bersuhu 80°c

Menuangkan air bersuhu 80°c ke dalam gula


sebanyak 10 gram

Mengaduk hingga larut dan mendiamkan


hingga bersuhu 40°c

Memasukkan ragi sebanyak 0,4 gram ke dalam larutan gula

Mengaduk hingga larut

Menutup wadah dan didiamkan hingga 4 jam

Mengulangi langkah 1-7 dengan mengubah variabel


ragi sebanyak 0,2 gram

4.3.2 Fermentasi Pembuatan Alkohol

Menyiapkan alat dan bahan

Memanaskan air sebanyak 258 ml hingga mencapai


suhu 80°c

Memasukkan gula sebanyak 42 gram ke dalam air bersuhu 80°c

Mengaduk hingga larut dan mendiamkan hingga suhunya 40°c

Menambahkan ZA sebanyak 0,54 gr ke dalam larutan gula &


mengaduk hingga larut
Menambahkan NPK sebanyak 0,12 gr ke dalam
larutan gula & mengaduk hingga larut

Memindahkan larutan ke dalam fermentor &


Menambahkan starter ke dalam fermentor

Menutup fermentor dan mengamati setiap hari selama 5-7

V. Data Pengamatan

No. Sampel Hari Analisa Kualitatif


Warna Aroma Endapan Gelembung Jamur
ke-
(Aktivitas
Bakteri)
1. Ragi 0,2 1 Putih Seperti Endapan Ada Tidak ada
gram keruh legen/tape putih
2 Putih Seperti Endapan Ada Tidak ada
keruh legen/tape putih
3 Kuning Menyengat Endapan Ada Tidak ada
keruh putih
4 Kuning Menyengat Endapan Ada Tidak ada
keruh putih
5 Kuning Menyengat Endapan Ada Tidak ada
keruh putih (banyak)
2. Ragi 0,4 1 Putih Seperti Endapan Ada Tidak ada
gram keruh legen/tape putih
2 Putih Seperti Endapan Ada Tidak ada
keruh legen/tape putih
3 Coklat Menyengat Endapan Ada Tidak ada
keruh putih
4 Bening Sangat Banyak Sedikit Tidak ada
sedikit menyengat endapan gelembung
coklat putih
5 Bening Sangat Banyak Sedikit Tidak ada
sedikit menyengat endapan gelembung
coklat putih

VI. Data Pengamatan


 Dokumentasi

No Sampel Hari Hasil


. Ke-
1. Ragi 0,2 gram 1

5
2. Ragi 0,4 gram 1

5
VII. Hasil dan Pembahasan

Etanol merupakan zat cair, berbau khas, tidak berwarna, mudah


menguap dan terbakar serta dapat bercampur dalam air. Ketika bioetanol
dihasilkan dari biomassa yang mengandung pati atau selulosa, maka bioetanol
mampu menjadi bioenergi. Salah satu proses pembuatan bioetanol dalam
industri dengan cara fermentasi.
Fermentasi adalah proses pemecahan gula sederhana (glukosa atau
fruktosa) menjadi etanol dan CO2 dengan melibatkan enzim yang dihasilkan
oleh ragi. Ragi yang digunakan Saccharomyces cerevisiae. Mikroorganisme
ini dipilih karena Saccharomyces cerevicae dapat memproduksi alkohol dalam
jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar alkohol yang tinggi (12 –
18 % abv), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan
fermentasi pada suhu 4 – 32°C.
Prinsip kerja pada praktikum pembuatan bioetanol ini adalah dengan 2
tahap, tahap pertama pembuatan starter yaitu menggunakan air bersuhu 80°c,
lalu menambahkan gula 10 gram dan mengaduk hingga rata, kemudian
mendiamkan hingga suhu 40°c. Memasukkan ragi sebanyak 0,4 gram ,
menutup wadah dan didiamkan hingga 4 jam. Dan dilakukan langkah yang
sama dengan mengubah variabel ragi. Dan tahap kedua yaitu fermentasi
pembuatan alkohol dengan memanaskan air hingga suhu 80°c dan
menambahkan gula dan diamkan hingga suhu 40°c. Kemudian ditambahkan
ZA0,54 gram dan NPK 0,12 gram. Lalu menambahkan starter yang telah
dibuat dan menutup fermentor lalu siap untuk diamati selama 5-7 hari.
Praktikum pembuatan bioetanol menggunakan bahan ragi dengan massa
yang berbeda sebanyak 0,2 gram dan 0,4 gram. Untuk reaksinya adalah :
S. cerevisiae
(C6H12O6) 2C2H5OH + 2CO2
Pada praktikum bioetanol digunakan fermentasi dalam keadaan
anaerob. Pada tahap ini khamir dan enzim yang dihasilkan sudah cukup
banyak, sehingga akan berlangsung fermentasi, sampai sebagian atau seluruh
gula dirubah menjadi etanol, dengan reaksi (Widyanti, 2016) :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP

Pada percobaan ini langkah kerja dimulai dari pembuatan starter dari
ragi. Pada percobaan ini digunakan dua sampel starter yang pertama
menggunakan ragi 0,2 gram dan yang kedua menggunakan ragi 0,4 gram.
Langkah pertama, memasukkan air pada wadah sebanyak 100 mL lalu
dipanaskan pada penangas air selama 10 menit sampai suhu air mencapai
80°C pemanasan pada suhu ini difungsikan untuk mempermudah pelarutan
gula tanpa merusak bahan . Selanjutnya, melarutkan gula 10 gram kedalam air
dengan suhu 80°C lalu diaduk hingga homogen, gula ini nantinya berfungsi
sebagai nutrisi. Setelah larutan homogen, larutan didiamkan sampai hangat
kuku agar tidak merusak kapang pada ragi lalu memasukkan ragi/yeast pada
larutan gula dan diaduk hingga homogen. Scacharomyces cerevisiae terdapat
pada ragi dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2. Selanjutnya,
larutan yang sudah berisi kapang diinkubasi selama 4 jam pada keadaan
anerob karena kapang Saccharomyses cerevisiae tumbuh baik pada keadaan
anerob, erlenmeyer cukup ditutup dengan kapas steril. Kemudian dilakukan
pengamatan pertumbuhan kapang selama proses inkubasi dan setelah 4 jam
pastikan sudah kapang sudah aktif dan siap digunakan untuk fermentasi
ditandai dengan adanya gelembung pada larutan.

Setelah starter siap digunakan selanjutnya melakukan proses


fermentasi. Langkah pertama, memasukkan air pada botol sebanyak 258 mL
lalu dipanaskan pada penangas air selama 10 menit hingga bersuhu 80°C.
Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada daerah suhu yang luas, sedangkan
jenis yang lainnya pada daerah suhu yang terbatas. Pada umumnya batas
daerah suhu bagi kehidupan mikroba terletak antara 0-90°C. Daya tahan
mikroba terhadap suhu tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Masing-masing
mempunyai suhu optimum, minimum, dan maksimum untuk
pertumbuhannya. Hal ini disebabkan karena di bawah suhu minimum dan di
atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang
terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim. Berdasarkan daerah suhu,
mikroba dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu mikroba psikrofil (mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu berkisar 0-30o C); mikroba mesofil (mikroba
yang tumbuh pada suhu berkisar 30-60o C) dan mikroba termofil (mikroba
yang tumbuh pada suhu berkisar 40- 80o C). Pemanasan pada suhu ini
difungsikan untuk mempermudah pelarutan gula tanpa merusak bahan.
Selanjutnya, melarutkan 42 gram gula dan diaduk hingga homogen yang
nantinya berfungsi sebagai nutrisi kapang Saccharomyses cerevisiae selama
proses fermentasi. Selanjutnya, larutan gula didiamkan sampai hangat kuku
agar aman bagi kapang untuk tumbuh. Lalu menambahkan Za sebanyak 0,54
gr dan NPK 0,12 gr dan diaduk hingga larut. Kemudian starter yang sudah
dibuat tadi dimasukkan ke dalam larutan gula dan diaduk hingga homogen.
Lalu botol yang berisi larutan gula + starter ditutup rapat dengan penutup
yang sudah dilubangi dan ditutup dengan selang, selang dihubungkan pada
botol berisi aquades yang tertutup rapat juga. Botol berisi aquades difungsikan

sebagai penampung gas CO2 fermentasi dan melarutkannya .


Sampel diinkubasi selama 5 hari dalam kondisi anaerob karena proses
fermantasi optimal berlangsung pada kondisi tersebut. Memastikan lagi pada
larutan sampel sudah terdapat gelembung yang menandakan kapang
Sacharomyses cerevisiae sudah aktif, dan terakhir dilakukan analisa kualitatif
selama 5 hari meliputi warna, aroma, endapan, gelembung, dan jamur.

Hasil pengamatan hari pertama untuk sampel ragi 0,2 gr warnanya


putih keruh, beraroma seperti tape, ada endapan berwarna putih, gelembung
sudah ada dan jamur tidak ada. Sedangkan untuk sampel ragi 0,4 gr warnanya
putih keruh, aromanya sepert tape, ada endapan berwarna putih, gelembung
sudah ada dan jamurnya tidak ada.

Hari kedua untuk sampel ragi 0,2 gr warnanya putih keruh, beraroma
seperti tape, ada endapan berwarna putih, gelembung ada dan jamur tidak ada.
Sedangkan untuk sampel ragi 0,4 gr warnanya putih keruh namun lebih pekat
daripada sampel pertama, aromanya sepert tape, ada endapan berwarna putih,
gelembung ada dan jamurnya tidak ada.

Selanjutnya, untuk hari ketiga sampel ragi 0,2 gram warnanya kuning
keruh, beraroma menyengat, ada endapan berwarna putih, gelembung ada dan
jamur tidak ada. Sedangkan untuk sampel ragi 0,4 gr warnanya coklat keruh,
aromanya menyengat, ada endapan berwarna putih, gelembung ada dan
jamurnya tidak ada.

Kemudian, dihari keempat sampel ragi 0,2 gr warnanya kuning keruh,


beraroma menyengat, ada endapan berwarna putih, terdapat gelembung dan
jamur tidak ada.. Sedangkan untuk sampel ragi 0,4 gr warnanya coklat keruh,
aromanya menyengat, ada endapan berwarna putih, gelembung ada dan tidak
ada jamur.

Dihari kelima sampel ragi 0,2 gr warnanya kuning keruh, beraroma


menyengat, ada endapan berwarna putih, ada gelembung dan tidak ada jamur.
Sedangkan untuk sampel ragi 0,4 gr warnanya kuning keruh, aromanya
menyengat, ada endapan berwarna putih, ada gelembung dan tidak ada jamur.

Berdasarkan hasil pengamatan, perubahan ini menunjukkan terjadinya


endapan pada larutan sehingga larutan yang keruh akibat padatan dari ZA dan
NPK semakin mengendap. Untuk aroma pada praktikum ini aroma tape
tersebut menandai proses fermentasi yang terjadi pada larutan. Untuk hasil
fermentasi berikutnya yaitu ditandai dengan adanya gelembung, dari hari
pertama hingga hari kelima gelembung yang dihasilkan semakin banyak.
Gelembung yang muncul menunjukkan bahwa adanya aktifitas bakteri yang
menunjukkan bahwa bakterinya bekerja optimal. Apabila tidak menghasilkan
gelembung, maka khamir dinilai tidak menghasilkan fermentasi. Untuk jamur
dari hari pertama hingga hari kelima belum terdapat tanda-tanda adanya
jamur, hal ini dimungkinkan kurangnya waktu fermentasi sehingga jamur
belum bisa terlihat.

Dari kedua sampel kita tidak bisa menentukan bahwa bioethanol


tersebut berkualitas atau tidak, dikarenakan kita belum melakukan ke tahap
berikutnya atau proses destilasi. Tetapi, jika dinilai sampai tahap ini dari
kedua sampel antara ragi 0,2 gram dan 0,4 gram kualitas yang dimiliki hampir
sama. Karena dari kedua sampel tersebut memili hasil akhir yang sama,
kecuali pada warnanya pada sampe 0,2 gram menghasilkan warna kuning
keruh, tetapi pada sampel 0,4 gram warna bening sedikit coklat. Dikarenakan
menggunakan gula putih dengan warna yang berbeda. Lalu pada sampel 0,4
gram lebih memiliki endapan yang banyak dibanding sampel 0,2 gram. Dan
pada sampel 0,4 gram lebih memiliki banyak gelembung dibanding sampel
0,2 gram.

VIII. Kesimpulan

1. Pada proses pembutan bioetanol menggunakan gula Kelebihan dari bahan


baku sumber gula ini, yaitu dapat langsung dilakukan gula menjadi etanol,
sehingga proses fermentasi menjadi lebih pendek dan sederhana.
2. Pada proses fermentasi bioetanol penambahan Saccharomyces Cereviseae
(ragi) bertujuan untuk merubah gula menjadi etanol. Makin banyak gula
reduksi yang dimanfaatkan oleh Saccharomyces cerevisiae maka makin
tinggi pula konsentrasi etanol yang dapat dihasilkan. semakin tinggi
konsentrasi substrat atau gula reduksi yang dapat dipecah oleh sel khamir
menjadi etanol maka semakin tinggi pula konsentrasi etanol yang
dihasilkan.
3. Analisa kualitas bioetanol yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu
Sampel A :

 Warna : Kuning keruh


 Aroma : Semakin hari semakin menyengat
 Endapan : Semakin hari endapan yang dihasilkan bertambah dan
berwarna putih
 Gelembung : Pada hari pertama tidak ada gelembung hingga
berjalannya dari hari ke hari gelembung semakin banyak.
 Jamur : Tidak ada

Sampel B :

 Warna : Bening sedikit coklat


 Aroma : Semakin hari bau semakin menyengat.
 Endapan : Semakin hari endapan yang dihasilkan bertambah dan
berwarna putih
 Gelembung : Pada hari pertama tidak ada gelembung hingga
berjalannya dari hari ke hari gelembung bertambah sedikit
 Jamur : Tidak ada

IX. Referensi

Arias, G. & Astriana W.E.. 2011. Variasi Kondisi Operasi Steam


Pretreatment Sawdust (Serbuk Kayu) Sebagai Bahan Baku Produksi Glukosa.
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS. Surabaya

Bahri, Syamsul, dkk. 2018. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang


Kepok dengan Cara Fermentasi menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal. 7 (2) : 91-93
Chandra, Garvin (2017) Produksi Bioetanol Dengan Filtrat Kulit
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Menggunakan Teknik Imobilisasi
Berulang Sel Saccharomyces cerevisiae. S1 thesis, UAJY.

Huda, N. (2017). Proses Pembuatan Bioethanol Berkadar 90.


http://repositori.kemdikbud.go.id/16324/1/Buku Proses Pembuatan Bioetanol
2017%2822%29.pdf.

Juni Susilowati, D. (2007). Laporan Tugas Akhir Pembuatan


Bioetanol Dari Pati Garut Dengan Hidrolisa Asam.

Naryono, Eko dkk. 2021. Modul Praktikum Dasar Rekayasa Proses.


Malang:Politeknik Negeri Malang

Purba, Ramses Parlindungan (2009) Produksi Etanol Dengan Variasi


Inokulum Variasi Inokulum Dan Kadar Pati Jagung Pada Kultur Sekali
Unduh. S1 thesis, UAJY.

Job Deskripsi Praktikum (Kelompok 2)

1. Pembuatan bioetanol (Ragi 0,2 gram) = My Novitasari

2. Pembuatan bioetanol (Ragi 0,4 gram) = Siti Imroatin

3. Pengisi data excel (laporan sementara praktikum) = Dwi Ainur


Rohmah

4. Pembuat PPT = Amani Muflihah Tsabitah dan Faidlotul Tri Alhabid

5. Mengedit vidio praktikum (0,4 gram) = Siti Imroatin

6. Mengedit vidio praktikum (0,2 gram) = Faidlotul Tri Alhabid

7. Mengamati perubahan yang terjadi pada bioetanol = My Novitasari


dan Siti Imroatin

Anda mungkin juga menyukai