Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“ SINTESIS IODOFORM ”

Dosen Pengampu :
Susanto, S.Pd, M.Sc

Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas
1F
1. Amani Muflihah Tsabitah (2031410143)
2. Faidlotul Tri Al Habid (2031410094)

3. Fitri Hidayatul Chomariyah (2031410101)

4. Lika Wikendi (2031410055)

5. Retta Uli Getsemani Sinaga (2031410021)

6. Surya Rendi Pradana (2031410054)

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
A. Judul
Sintesis Iodoform
B. Tanggal Pelaksanaan
Selasa, 27 April 2021

C. Tujuan
1. Dengan melakukan percobaan ini mahasiswa dapat
membuktikan reaktivitas hidrogen suatu senyawa
karbonil dalam reaksi haloform.
2. Mampu menentukan pelarut yang paling umum
digunakan untuk rekristalisasi.

D. Dasar Teori

Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodine


dengan etanol/aseton dan asetaldehida dalam suasana basa. Iodoform
dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptic luar. Reaksi
iodoform adalah reaksi haloform dimana dalam reaksi tersebut
digunakan iodide dari larutan alkali hidroksida (NaOH dan KOH)
sehingga menghasilkan iodoform (Cairns, 2008).
Sintesis merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir.
Secara sederhana, Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti
menentukan makna pernyataan atas dasar empirik. Meskipun demikian,
kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis dengan membedah
pengertian yang dikemukakan (Cairns, 2008).
Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut uji
iodoform, untuk metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton
diiodinasi bertahap sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna
kuning (Moore, 2003).

Dalam tahap pertama dalam reaksi bersuasana basa adalah


pembentukan ion enolat. Anion suatu keton dengan gugus karbonil
merupakan basa yang jauh lebih kuat daripada ion hidrosida. Oleh
karena itu kesetimbangan asam-basa lebih menyukai ion hidroksida
daripada ion enolat. Meskipun begitu, terdapat juga sedikit ion enolat
dalam larutan basa. Segera setelah anion ini habis terpakai, akan
terbentuk lagi yang baru, untuk menuju ke tahap 2. Dalam tahap 2, ion
enolat secara cepat bereaksi dengan halogen, menghasilkan keton
terhalogenasi alfa dan ion halida. Halogenasi alfa dalam suasana asam
biasanya memberikan rendemen yang lebih baik daripada reaksi dalam
suasana basa. Reaksi berkatalis asam berlangsung lewat enol, yang
pembentukannya merupakan tahap penentu laju. Ikatan rangkap karbon-
karbon dari enol itu mengalami adisi elektrofilik, sama seperti setiap
ikatan rangkap karbon-karbon apa saja, untuk membentuk karbonkation
yang lebih stabil (Cairns, 2008).
Dalam sintesis Iodoform, dipilih menggunakan labu alas datar
agar bias berdiri sendiri yang dipegang karena akan dikerjakan seperti
titrasi hanya lebih kasar. Pemakaian labu alas bulat disini tidak
dibenarkan karena dalam prosedur tidak dilakukan pemanasan. Dalam
mensintesis iodoform harus memerlukan suatu tingkat ketelitian yang
tinggi sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan
(Raharjo, 2007).
Adapun maksud dari penambahan segera dengan banyak air
setelah terjadi kristal Iodoform adalah untuk mengencerkan NaOH yang
mungkin berlebih. Filtrat yang terbentuk tidak boleh bersifat alkalis lagi
sebab dengan adanya suasana alkalis maka pada rekristalisasi dengan
alkohol maka Iodoform akan terurai dan kemungkinan akan dibebaskan
Iodium yang terlihat dengan berwarna coklatnya larutan (Raharjo,
2007).
Dalam proses sintesis iodoform ini dilakukan penambahan air
yang banyak setelah terjadi kristal Iodoform dengan maksud
mengencerkan NaOH yang mungkin berlebihan. Jadi mengurangi
kecepatan terhidrolisisnya Iodoform yang terjadi kecepatan
terhidrolisirnya Iodoform yang terjadi dengan adanya NaOH (Raharjo,
2007).
Iodum mengandung tidak kurang dari 99,8 % dan tidak lebih dari
100,5 % I. Pemerian keping atau granul, berat, hitam keabu-abuan, bau
khas, berkilau seperti metal. Kelarutan sangat sukar larut dalam air,
mudah larut dalam karbon disulfida, dalam kloroform, dalam karbon
tetraklorida dan dalam eter, larut dalam 13 bagian etanol (95%)P dan
dalam larutan iodida, agak sukar larut dalam gliserin. Khasiat dan
penggunaan Antiseptikum ekstern dan antijamur (Moore, 2003).
Iodoform bila kontak dengan tubuh melepaskan iodium secara
berangsur dan iodium inilah yang diharapkan bersifat bakterisid. Iodium
adalah suatu zat yang bersifat bakteriostatik non selektif . sediaan yang
mengandung zat ialah iodium tinktur dan lugol. Iodium tinktur
berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, kadang-
kadang kulit dapat mengelupas. Karena toksik dan mudah diperoleh, zat
ini sering dipakai untuk percobaan bunuh diri. Bila terjadi intoksikasi,
akan timbul iritasi saluran cerna terdapat banyak karbohidrat (Sunaryo,
2010).
Iodoform merupakan senyawa organik yang dalam bidang
kedokteran gigi masih kadang-kadang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Desinfektan adalah zat-zat yang bekerja bakterisid yang
digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba, tetapi
juga dipakai pada produk eksresi orang sakit. Zat ini juga bekerja
mematikan pada hampir semua sel hidup lainnya. Sedangkan antiseptik
umumnya bekerja bakteriostatik. Biasanya dipakai pada infeksi bakteri
pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka (Sunaryo, 2010).
Brom dan klor juga bereaksi dengan metil keton, menghasilkan
masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Istilah
umum untuk menyebut CHX3 ialah “haloform” maka reaksi ini sering
disebut sebagai reaksi haloform. Karena bromoform dan kloroform
merupakan cairan yang tidak mencolok, maka pembentukannya tak
berguna untuk maksud uji. Namun, reaksi antara suatu metil keton
dengan setiap halogen tersebut memberikan suatu metode pengubahan
metol keton ini menjadi asam karboksilat. Ikatan karbonhidrogen
biasanya stabil, nonpolar, dan pasti tidak bersifat asam. Tetapi dengan
adanya suatu gugus karbonil terjadilah hidrogen alfa yang bersifat asam
(Fessenden, 1982).

Reaksi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa.


Telah ditemukan bahwa kecepatan halogenasi suatu keton berbanding
langsung dengan konsentrasi asam yang ditambahkan, tetapi tidak
bergantung pada konsentrasi atau jenis halogen yang digunakan (klor,
brom, atau iod). Halogenasi terhadap keton asimetris seperti metil
propil keton memperlihatkan bahwa orientasi halogenasi terjadi lebih
dominan terhadap karbon yang lebih tersubstitusi. Di dalam halogenasi
terkataliss basa terhadap keton, ditemukan juga bahwa kecepatan reaksi
sama sekali tidak tergantung pada konsentrasi dan identitas halogen
(Sunaryo, 2010).

E. Alat dan Bahan

A. Alat :

B. Bahan :

F. Prosedur Percobaan
G. Data Pengamatan dan Pengolahan Data
H. Pembahasan
I. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Kesehatan, F. I., Chasani, M., Si, M., Si, M., Diastuti, H., & Si, M. (2020). Kimia organik.

Pendahuluan, B. A. B. (n.d.). Sintesis iodoform.

Farmasi, P. S., Matematika, F., Ilmu, D. A. N., Alam, P., & Tadulako, U. (2012).
PRAMITA PUTRI.

Anda mungkin juga menyukai