Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
kimia dasar ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ir Lucky Indrati Utami,M.T. atas
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
makalah kimia dasar ini dengan baik
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Surabaya, 4 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Pengertian NaOH/Kaustik Soda .................................................................... 4
2.2 Sifat-sifat NaOH ................................................. Error! Bookmark not defined.
2.3 Pembuatan Kaustik Soda (NaOH)………………………………………….6
BAB III ................................................................................................................. 16
KESIMPULAN .................................................................................................... 16
3.1.Kesimpulan .................................................................................................... 16
3.2. Saran………………………...………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa
dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan
Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan,
karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih
kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan
kertas.
Natrium banyak ditemukan di bintang-bintang. Garis D pada spektrum
matahari sangat jelas. Natrium juga merupakan elemen terbanyak keempat di bumi,
terkandung sebanyak 2.6% di kerak bumi. Unsur ini merupakan unsur terbanyak
dalam grup logam alkali. Jaman sekarang ini, sodium dibuat secara komersil
melalui elektrolisis fusi basah natrium klorida. Metoda ini lebih murah ketimbang
mengelektrolisis natrium hidroksida, seperti yang pernah digunakan beberapa tahun
lalu.
Natrium, seperti unsur radioaktif lainnya, tidak pernah ditemukan tersendiri
di alam. Natrium adalah logam keperak-perakan yang lembut dan mengapung di
atas air. Tergantung pada jumlah oksida dan logam yang terkekspos pada air,

1
natrium dapat terbakar secara spontanitas. Lazimnya unsur ini tidak terbakar pada
suhu dibawah 115 derajat Celcius.
Logam natrium sangat penting dalam fabrikasi senyawa ester dan dalam
persiapan senyawa-senyawa organik. Logam ini dapat di gunakan untuk
memperbaiki struktur beberapa campuran logam, dan untuk memurnikan logam
cair. Campuran logam natrium dan kalium, NaK, juga merupakan agen heat
transfer (transfuse panas) yang penting.
Senyawa yang paling banyak ditemukan adalah natrium klorida (garam
dapur), tapi juga terkandung di dalam mineral-mineral lainnya seperti soda niter,
amphibole, zeolite, dsb. Senyawa natrium juga penting untuk industri-industri
kertas, kaca, sabun, tekstil, minyak, kimia dan logam. Sabun biasanya merupakan
garam natrium yang mengandung asam lemak tertentu. Pentingnya garam sebagai
nutrisi bagi binatang telah diketahui sejak zaman purbakala.
Di antara banyak senyawa-senyawa natrium yang memiliki kepentingan
industrial adalah garam dapur (NaCl), soda abu (Na2CO3), baking soda (NaHCO3),
caustic soda (NaOH), Chile salpeter (NaNO3), di- dan tri-natrium fosfat, natrium
tiosulfat (hypo, Na2S2O3 . 5H20) and borax (Na2B4O7 . 10H2O).
Dalam makalah ini, akan dibahas secara spesifik tentang senyawa NaOH
atau kaustik soda, yaitu meliputi pengertian, sifat, sintesis kegunaan dan lain-lain.

2
1.2 Tujuan Penulisan
1) Untuk dapat mengetahui apa kaustik soda itu.
2) Untuk mengetahui sifat fisik dari NaOH/kaustik soda.
3) Untuk mengetahui cara pembuatan Kaustik soda/NaOH.
4) Untuk mengetahui kegunaan dari kaustik soda/NaOH.

1.3 Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud dengan Kaustik Soda?
2) Bagaimana sifat fisik dan kimia dari NaOH atau kaustik soda?
3) Bagaimana cara pembuatan NaOH atau kaustik soda?
4) Apa saja kegunaan dari NaOH/kaustik soda?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian NaOH/Kaustik Soda

Natrium hidroksida (NaOH),


juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium Hidroksida
terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin

yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam


bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut
non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning
pada kain dan kertas.

2.2. Sifat-Sifat NaOH


Berikut adalah sifat-sifat fisik dan kimia dari kaustik soda atau NaOH
a. Sifat fisik

4
Natrium Hidroksida

Nama Sistematis Natrium Hidroksida


Nama lain Soda kaustik
Sifat

Rumus molekul NaOH


Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik leleh 318°C (591 K)
Titik didih 1390°C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20°C)
Kebasaan (pKb) -2,43

b. Sifat Kimia
 NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan
atau batang atau bentuk lain.
 Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.
 Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan
lembab.
 Mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam

5
eter.
 NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH
murni merupakan padatan berwarna putih.
 Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan
hidroksida
c. Penanganan
 Cuci bersih setelah penanganan
 Jangan biarkan air masuk ke dalam wadah karena reaksi eksotermis
 Minimalkan akumulasi debu
 Jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian
 Jaga agar wadah tertutup rapat
 Membuang sesuatu yang terkontaminasi.
d. Penyimpanan
 Simpan di wadah tertutup rapat
 Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi
 Jauhkan dari bahan yang bersifat asam
 Lindungi dari kelembaban
 Wadah harus ditutup rapat untuk mencegah konversi NaOH ke
natrium karbonat oleh CO2 di udara. (Wikipedia, 2011)

2.3. Pembuatan Kaustik Soda (NaOH)


 Skala Laboratorium
NaOH sering disebut dengan istilah soda kaustik, dibuat dengan cara
Mereaksikan logam Na dengan air :
2Na(s) + H2O(l)  NaOH(aq) + H2(g)
Cara ini penuh resiko karena logam Na bersifat eksplosif.

 Skala Industri
Bahan baku proses pembuatan caustic soda adalah garam, air, dan
listrik. Proses pembuatan caustic soda melalui beberapa tahapan proses,
pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,

6
penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah proses utama
yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi evaporasi
dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan caustic soda berupa
gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair.

A. Pemurnian Bahan Baku


1. Tangki pencampur (Pencampuran)
Garam (97,7%) dilarutkan bersama air proses dan garam lemah
recycle pada suhu 90,6oC ke dalam tangki pencampur untuk
mendapatkan larutan garam konsentrasi 27%(othmer,2000). Larutan
garam jenuh keluar dari tangki pencampur memiliki suhu 67,1oC
memasuki tangki pengendap, suhu operasi yang baik untuk pengendapan
adalah diatas 60oC.
2. Tangki pengendap (Pengendapan)
Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki
pengendap untuk diendapkan pengotornya, diantaranya CaSO4,
MgSO4, CaCl2, MgCl2 menggunakan Na2CO3 dan NaOH dengan reaksi
sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓ + Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 ↓+ Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 → CaSO4↓ + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2↓ + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 ↓ + 2NaCl
Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan
dikeluarkan dari dasar tangki. Pemberian reagen dilakukan dengan kadar
berlebih untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pemberian reagen
NaOH dilakukan dengan excess 0,01 g NaOH per liter larutan garam,
untuk Na2CO3 0,15 g per liter larutan garam. Pada kondisi ini ion Ca2+
yang bereaksi 88,6% dan ion Mg2+ 67,6%. Sekitar 60% dari pengotor
yang mengendap keluar dari bagian bawah tangki

7
pengendap, sedangkan larutan lainya keluar dari bagian atas clarifier
menuju ke filter
3. Filtrasi (Penyaringan)
Endapan yang masih tersisa seluruhnya di terfilter dalam filter
press.
4. Pertukaran ion
Selama proses sedimentasi, masih terdapt ion-ion yang masih
lolos sehingga diperlukan perlakuan lebih lanjut dengan melewatkanya
pada resin penukar ion. Reaksi penukaran ion yang terjadi adalah:
Resin kation : R-H + A- → R-A + H+
Resin anion : R-OH – B+ → R-B + OH-
Proses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah
jenuh, atau tidak bisa menangkap atau mengikat ion mineral
positif/negative, bisa diregenerasi kembali. Regenerasi dilakukan dengan
mereaksikan kembali resin dengan asam-basa yaitu NaOH dan H2SO4
sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan terlepas lagi.
Reaksi regenerasi sebagai berikut:
2(R-A) + H2SO4 → 2(R-H) + A2SO4
2R-B + NaOH → R-OH + NaB
Proses yang terjadi dalam unit ini adalah kation dan anion yang
terlarut dalam air umpan akan terserap oleh resin secara bersama-sama.
Indikasi adanya penyerapan di dalam mixed bed polisher adalah
konduktivitas air yang keluar rendah. Konduktivitas rendah berarti
padatan atau mineral yang terlarut di dalamnya juga rendah.

B. Proses Utama
1. Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hingga ph 4.

8
2. Elektrolisa
Larutan keluar dari resin penukar ion memasuki sebelum
memasuki sel elektrolisa dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 87oC
dengan steam. Pada proses elektrolisa menggunakan anoda dan katoda
yang dialiri arus DC(direct current) sebagai sumber energy. Elektrolisa
ini menggunakan nikel sebagai sel katoda dan titanium sebagai sel anoda.
Reaksi utama yang terjadi dalam elektrolisa :
Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e
Katoda: 2e- + 2H+ → H2
Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion yang
hanya dapan dilalui oleh ion positif.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl
teroksidasi sehingga ion Na+ kehilangan pasangan dan bergerak menuju
anoda. Pada anoda feed masuk adalah H2O dan NaOH recycle pada suhu
85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OH- kehilangan pasangan.
Ion Na+ dan OH+ ini selanjutnya bertemu dan membentuk NaOH.
Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil samping dari
proses elektrolisa ini berupa gas chlorine (Cl2) dan gas Hydrogen (H2)
pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2 liquid,
sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif sedikit.
Larutan keluar anoda pada suhu 91oC di recycle kembali menuju
tangki pencampur. Sedangkan larutan keluar katoda suhu 91oC
mengandung NaOH 32%, 10% direcycle kembali sebagai umpan dan
sebagian yang lain diproses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH 50%.
Pada elektrolisa ini juga terjadi berbagai reaksi samping. Reaksi
samping yang terjadi yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi
pembentukan chlorate :
H2O + Cl2 ↔ HClO + HCl
HClO + 3NaOH → NaClO3 + 2NaCl + 3H2O
Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak
sempurna, sekitar 5% ion Cl- lolos menuju katoda (Uhde), dan sekitar 5%

9
ion OH- lolos menuju anoda, membentuk NaOH dan kemudian
membentuk chlorate.
Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H2O di
anoda juga teroksidasi dengan reaksi:
H2O → 2H+ + O2 + 2e-
Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas anoda,
dan ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H+ bereaksi
dengan OH- manjadi H2O (back mixing).

C. Finishing
1. Evaporasi
NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator
untuk dipekatkan menjadi 50% NaOH. NaOH di evaporasi menggunakan
steam sehingga NaOH 50% keluar memiliki suhu 144oC. NaOH 50%
kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan, pertama
ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya menjadi
110,7oC, larutan ini kemudian didinginkan kembali menggunakan air
pendingin hingga suhunya mencapai 45oC dan ditampung ke dalam
tangki penampung.
2. Treatment Recycle
Garam lemah dari anoda masih mengandung chlorate di treatment
terlebih dahulu dengan penambahan HCl untuk reaksi destruksi chlorate
:
NaClO3 + HCl → NaCl + 3Cl2 + 3H2O
Setelah melewati reaktor destruksi chlorate, kandungan Cl2 di
stripping menggunakan udara. Larutan setelah stripping yang
mengandung NaCl dan H2O siap direcycle menuju tangki pencampur

D. Pengolahan produk samping


Gas Cl2 keluar dari bagian atas anoda masih mengandung H2O yang
terikut dan sedikit O2 untuk mendapatkan Cl2 liquid dengan kemurnian
99,65% kandungan air harus dihilangkan terlebih dahulu. Gas Cl2 pada

10
suhu 91oC didinginkan terlebih dahulu menggunakan brine hingga suhunya
mencapai 10oC pada suhu ini campuran gas Cl2 telah berada pada dua fase.
Campuran gas-liquid ini kemudian dipisahkan dalam flash separator,
produk atas dari flash separator berupas gas yang memiliki kandungan Cl2
sekitar 99,65. Untuk mendapatkan Cl2 liquid, gas Cl2 terlebih dahulu
dinaikan tekananya, kemudian dikondensasikan. Kompresi dilakukan dalam
dua stage, kompresi pertama tekanan Cl2 gas 1 atm dinaikan tekananya
menjadi 4 atm, dan didapatkan suhu keluar kompresor 154oC. Selanjutnya
dilakukan pendinginan dari gas Cl2 untuk meringankan beban kompresor ke
dua, gas Cl2 didinginkan menggunakan brine hingga suhu 50oC. Kompresi
yang kedua menaikan tekanan gas Cl2 dari tekanan 4 atm menjadi tekanan
6 atm. Gas Cl2 keluar dari kompresor kedua pada suhu 93oC, kemudian
didinginkan dengan air pendingin hingga suhu 45oC, dan dikondensasikan
sehingga menjadi liquid hingga suhu 8oC.

2.4. Kegunaan Kaustik Soda (NaOH)

11
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali kaustik soda
dan, adalah kaustik logam dasar . Natrium hidroksida adalah basa yang umum
di laboratorium kimia. Natrium hidroksida ( Na OH ) banyak digunakan di
banyak industri, terutama sebagai kuat kimia dasar dalam pembuatan pulp dan
kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih drain.
Pada tahun 1998, total produksi dunia sekitar 45 juta ton. Amerika
Utara dan Asia secara kolektif memberikan kontribusi sekitar 14 juta ton,
sementara Eropa memproduksi sekitar 10 juta ton. Di Amerika Serikat,
produsen utama natrium hidroksida adalah Dow Chemical Company, yang
telah produksi tahunan sekitar 3,7 juta ton dari situs di Freeport, Texas , dan
Plaquemine, Louisiana. Produsen utama AS termasuk Oxychem , PPG , Olin ,
Pioneer Perusahaan (yang dibeli oleh Olin), Inc (PIONA), dan Formosa. Semua
perusahaan-perusahaan ini menggunakan proses chloralkali.
Natrium hidroksida adalah pokok dasar dalam industri kimia. Dalam
massal itu yang paling sering ditangani sebagai air solusi , karena solusi lebih
murah dan lebih mudah ditangani. Ia digunakan untuk mendorong reaksi kimia
dan juga untuk netralisasi bahan asam Hal ini dapat digunakan juga sebagai
agen penetralisir dalam pemurnian minyak bumi. Hal ini juga digunakan untuk
tugas yang berat dan pembersihan industri.
Salah satu contoh penggunaan NaOH dalam skala industri, yitu
netralisasi minyak.
Netralisasi minyak
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari
minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Pemisahan
asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang dikenal
dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan proses netralisasi adalah untuk
menghilangkan asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industry,
karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi

12
lainnya. Selain itu penggunaan kaustik soda, membantu dalam mengurangi zat
warna dan kotoran yang berupa getah dan lender dalam minyak.
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan
kotoran seperti fosfatidan dan protein, dengan cara mementuk emulsi. Sabun
atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara
sentrifusi.
Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara
mekanis, maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat
menghilangkan fosfatida, protein, rennin, dan suspense dalam minyak yang
tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor
(minor component) dalam minyak berupa sterol, klorofil, vitamin E, dan
karotenoid hanya sebagian kecil dapat dikurangi dengan proses netralisasi.
Netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan sejumlah kecil
trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih mudah bereaksi dengan
persenywaan alkali. Reaksi penyabunan mono dan digliserida dalam minyak
terjadi sebagai berikut:

Di Amerika, netralisasi dengan kaustik soda dilakukan terhadap minyak biji


kapas dan minyak kacang tanah dengan konsentrasi larutan kaustik soda 0,1 –
0,4 N pada suhu 70- 95oC. Penggunaan larutan kaustik soda 0,5 N pada suhu
70 oC akan menyebabkan trigliserida sebanyak 1%.
Efisiensi netralisasi dinyatakan dalam refining factor, yaitu perbandingan
antara kehilangan karena netralisasi dan jumlah asam lemak bebas dalam
lemak kasar. Sebagai contoh ialah netralisasi kasar yang mengandung 3% asam

13
lemak bebas, menghasilkan minyak netral dengan rendemen sebesar 94%,
maka akan mengalami kehilangan total (total loss) sebesar (100-94)% = 6%.

refining factor =

Makin kecil nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak
dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam
lemak bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan
terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan
minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih
baik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi
larutan alkali yang digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut:
1. Keasaman dari Minyak Kasar
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah asam
lemak bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah asam
lemak bebas, makin besar pula konsentrasi alkali yang digunakan.
Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam lemak bebas dalam
minyak (sebagai asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik soda
Kristal, atau untuk menetralkan 1 ton minyak yang mengandung 1% asam
lemak bebas (10 kg asam lemak bebas) dibutuhkan sebanayk 1,42 kg kaustik
soda Kristal. Pada proses netralisasi perlu ditambahkan kaustik soda
berlebih yang disebut excess dari jumlahnya terantung dari sifat-sifat khas
minyak; misalnya untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 – 0,2% kaustik soda
didasarkan pada berat minyak.
2. Jumlah Minyak Netral (Trigliserida) yang Tersabunkan Diusahakan
Serendah Mungkin

14
Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka
kemungkinan jumlah trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula
sehingga angka refining factor bertambah besar.
3. Jumlah Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock
Makin encer larutan kaustik soda, maka makin besar tendensi larutan
sabun untuk membentuk emulsi dengan trigliserida. Umumnya minyak
yang mengandung kadar asam lemak bebas yang rebdah lebih beik
dinetralkan dengan alkali encer (konsentrasi lebih kecil dari 0,15 N atau
5oBe), sedangkan asam lemak bebas dengan kadar tinggi, baik dinetralkan
dengan larutan alkali 10-24oBe. Dengan menggunakan larutan alkali encer,
kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan
tetapi kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak akan
membentuk emulsi.
4. Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap stock)
yang terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan cepat.
Pengendapan yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak karena
sebagian minyak akan diserap oleh sabun.
5. Warna Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang digunakan, makin besar jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang dihasilkan
berwarna lebih pucat.

BAB III
PENUTUP

15
3.1. Kesimpulan
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai
macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.

3.2. Saran
Dari penjabaran yang telah kami lakukan, sebaiknya jika akan
menggunakan bahan ini haruslah dengan hati-hati dan teliti serta diharapkan
menggunakan peralatan-peralatan kerja yang dibutuhkan seperti sarung tangan
karet, pakaian keamanan dan pelindung mata. Karena seperti kita tahu bahwa
bahan-bahan ini sangatlah berbahaya. Solid natrium hidroksida atau larutan
natrium hidroksida akan menyebabkan luka bakar kimia, cedera atau bekas
luka permanen, dan kebutaan jika kontak tidak dilindungi jaringan tubuh
manusia atau hewan.

Daftar Pustaka

16
Anonim, 2011. Sodium_hydroxide.
http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_hydroxide. diakses : 9 April 2012

Cotton, 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press.


Jakarta.

Sugiyarto H, Kristian. 2003. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Logam. Jakarta : UI


Press.
Wahyu, Indrawan. 2010. Kaustik Soda.
(http://regest.wordpress.com/2009/06/03/115/) diakses pada 9 April 2012.

17

Anda mungkin juga menyukai