Genap/2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anilina
Anilina memiliki rumus kimia C6H5NH2 dan biasa dikenal dengan nama fenilamina
atau aminobenzena. Senyawa turunan benzena ini mengandung gugus amina. Berikut
struktur molekul anilina. Anilina memiliki wujud cair pada suhu kamar dan tidak
berwarna (colorless). Titik didihnya 184 °C, sedangkan titik lelehnya –6 °C. Senyawa
anilina mudah menguap dan menimbulkan bau tak sedap, seperti ikan yang membusuk.
Dilihat dari sifat kimianya, anilina tergolong basa lemah. Anilina dapat bereaksi dengan
asam kuat menghasilkan garam yang mengandung ion anilinium (C6H5–NH3+).
dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat dengan mengoksidasi etanol atau dengan
mengoksidasi butana dengan bantuan mangan (II) atau kobalt (II) etanoat larut pada suhu
200oC. Asam asetat digunakan dalam pembuatan anhidrida etanoat untuk menghasilkan
selulosa etanoat (untuk polivinil asetat). Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi
alkohol, dijumpai dalam cuka makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur atau air
kelapa. Beberapa jenis cuka makan dibuat dengan menambahkan zat warna.
c. Sebagai pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (Polar), mirip seperti air dan
etanol. asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2, sehingga ia bisa
melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non-
polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. asam asetat bercampur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan
heksana. sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat.
Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya itu
asam asetat juga berperan dalam perindustrian dan kesehatan, yaitu (Fessenden, 1999) :
1) Dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman,
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, serta untuk menambah rasa sedap
pada masakan.
2) Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai
bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
3) Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga
ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif
kecil. Sekitar larutan 12,5% untuk makanan.
4) Reagen untuk analisa.
5) Untuk membuat putih timbal, dll.
C= 1(16,67%), H= 4 (66,67%),O= 1
%Unsur Penyusun
(16,67%)
Rumus molekul (CH3CO)2O
Berat molekul 102,09 gr/mol
Titik didih 139,060C
Titik beku -730C
Panas pembakaran 431,9 kkal/mol
Tekanan kritis 46,81 atm
Suhu kritis 2960C
Densitas pada 20°C 1,08 g/ml
Viskositas pada 25°C 0,843 mPa.s
Sumber : Damtith (1994)
Adapun sifat kimia asetat anhidrat yaitu (Damtith, 1994):
a. Mudah menguap dan mudah terbakar
b. Larut dalam air membentuk asm asetat, dengan alkohol dengan membentuk etil
asetat, larut dalam kloroform dan eter
c. Asetat anhidrat merupaka cairan yang sngat reaktif
d. Menyebabkan kulit iritasi dan matinya jaringan, hindari kontak kulit dan mata
e. Asetat anhidrat digunakan sebagai pelarut
2.4 Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa
ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan
termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol
sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang
pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah
diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri
dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Struktur resonansi untuk anilin menunjukkan bahwa gugus NH2 itu bersifat melepas
elektron secara resonansi meskipun N merupakan atom elekktronegatif.
Gambar 2.4 Proses donor pasangan elektron (Fessenden dan Fessenden, 1999)
Akibat stabilisasi-resonansi, cincin anilin menjadi negatif sebagian dan sangat
menarik bagi elektrofil yang masuk. Semua posisi (o-, m-, p-) pada cincin anilin
teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik. Namun posisi o- dan p- lebih teraktifkan
disbanding m-. Struktur resonansi yang sudah dipaparkan diatas menunjukkan bahwa
posisi-posisi o- dan p- mengemban muatan negatif parsial sedangkan m- tidak.
Amina aromatis tidak larut dalam air, seperti misalnya amilum, N-metil
aniline.Amonia dan amina primer masing-masing mengandung sebuah gugus -NH2. Pada
amonia, gugus ini terikat pada sebuah atom hidrogen sedangkan pada amina primer
terikat pada sebuah gugus alkil (disimbolkan dengan "R" pada gambar berikut) atau pada
sebuah cincin benzen. (Fessenden dan Fessenden, 1997).
yaitu amida dibentuk oleh penggantian gugus hidroksil karboksilat oleh gugus amino,
NH2. Senyawa ini diberi nama dengan menjatuhkan asam "-ic" dari nama asam
karboksilat asal dan menggantinya dengan akhiran "amida" (Austin, 1984).
2.7.2 Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan proses pengkristalan kembali, yang bertujuan
mendapatkan kristal yang lebih murni dan bentuk kristalnya lebih bagus. Syarat untuk
rekristalisasi adalah menggunakan pelarut, dimana pelarut yang dipakai harus dapat
melarutkan kristal tersebut. Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisasi, yaitu sebagai
berikut (Williamson, 1999):
a. Rekristalisasi adalah suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan
oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli
termasuk didalamnya.
b. Perubahan struktur kristal akibat pemanasan pada suhu kritis.
c. Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan.
Besarnya suhu rekristalisasi adalah setengah sampai dengan sepertiga dari suhu
logam.
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada
umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun
sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai
kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga
parameter berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD),
kemurnia kristal (crystal purity) dan bentuk kristal (crystal habit/shape).
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen
larutan organik. Ada tujuh metode menurut dalam rekristalisasi yaitu (Williamson, 1999):
a. Memilih pelarut
b. Melarutkan zat terlarut
air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung
dilengkapi skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung.
Penentuan kadar air dengan cara pemanasan yang dimaksud disini adalah
pengeringan sample dengan menggunakan oven (pemanas). Metode penentuan kadar air
dengan cara pemanasan ini adalah yang paling sering dilakukan dan paling sederhana.
𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
.............................................(2.2)
2.8 Asetanilida
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu
gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih (kristal) tidak larut dalam
minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau
sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan berat
molekul 135,16 g/gmol (Irdoni & Nirwana, 2017).
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan
cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime
yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun
1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan
katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam
asetat (Irdoni & Nirwana, 2017).
Tabel 2.4 Sifat fisika asetanilida
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Rekristalisasi Asetanilida
Aquades Hangat 25
Etanol hangat 25 ml Asetanilida ml
Pompa Vakum
3
Corong Biuchner
Keterangan :
1. Pompa Penghisap Vakum
2. Selang Pembuangan Gas
3. Corong Buchner
4. Erlemenyer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pada proses pencampuran sebaiknya dilakukan didalam lemari asam karena reaksi
bersifat eksoterm dan berhati-hati saat praktikum berlangsung. Serta gunakan selalu alat
pelindung diri seperti sarung tangan dan masker
DAFTAR PUSTAKA
Austin, G.T. (1984). Shreve’s Chemical Process Industries,5th ed, Singapura: McGraw-
Hill Book Co.
Fessenden, RJ dan J.S Fessenden. (1997). Dasar-dasatr Kimia Organik, Jakarta: Bina
Aksara.
Fessenden, RJ dan J.S Fessenden. (1999). Kimia Organik. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
Irdoni dan Nirwana. (2017). Modul Kimia Organik. Pekanbaru: Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Michael,P. (2004). Kimia SMA Kelas XI Jilid 2A dan 2B. Jakarta: Erlangga.
Vogel, A.I. (1996). Vogel's Textbook of Practical Organic Chemistry, 5 th edition. New
York: Longman Scientific & Technical.