Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul Praktikum
Pembuatan Aspirin
B. Hari, Tanggal Percobaan
Senin, 31 Oktober 2022 pukul 07.00 – 12.00 WIB
C. Tujuan
Melakukan pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol
D. Dasar Teori
Asam salisilat berasal dari bahasa Latin Salix “pohon willow”, dari kulit
dimana substansi yang digunakan adalah asam monohydroxy benzoic, jenis
asam fenolik. Asam organik ini berbentuk kristal, asam secara luas digunakan
dalam sintesis organik dan berfungsi sebagai hormon tanaman. Hal ini
disebabkan karena adanya metabolisme dari salisin. Selain menjadi suatu
senyawa yang secara kimia mirip, tapi tidak identik dengan komponen aktif
dari aspirin (asum asetilsalisilat). Garam dan ester dari asam salisilat yang
dikenal disebut sebagai salisilat. Asam salisilut memiliki rumus
C6H4(OH)COOH. Dimana gugus OH adalah onto dengan gugus karboksil.
Hal ini juga dikenal sebagai asam 2-hidroksi benzen karboksilat. Hal ini
kurang larut dalam air (0.2 g/100 ml H2O pada 20°C). Asam salisilat dapat
ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk metal salisilat dan dapat
disintesa dari phenol. Asam salisilat memiliki sifat-sifat: berasa manis,
membentuk kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, meleleh pada
159°C (318°F). Asam salisilat biasanya digunakan untuk memproduksi ester
dan garam yang cukup penting (Fessenden, 1999).
Struktur asam salisilat dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Struktur Asam Salisilat


Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid, Senyawa ini
juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol.
Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat,
pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat (Fessenden, 1999).
Asetat anhidrat adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana.
Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini merupakan reagen penting
yang ada dalam sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau
cuka karena reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat.
Asetat anhidrat merupakan golongan anhidrida yakni mempunyai rumus R-
CO-O-CO-R’, poda asetat anhidrat R dan R’ adalah CH3 (metil). Asetat
anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar molekulnya
simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain
sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam
proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat
acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam
industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik serat kain dan
lapisan (Rofiqoh, 2013).
Asetat anhidrat ((CH3CO)2O) merupakan larutan aktif, tidak berwarna,
serta memiliki bau yang tajam. Kapasitas produksi Amerika untuk produk
asetat anhidrat ini cukup besar, yaitu lebih dari 900.000 ton per tahun. Asetat
anhidrat merupakan suatu senyawa yang memiliki kegunaan yang sangat
bervariasi. Asetat anhidrat digunakan dalam pembuatan cellulose asetate,
serat asetat, obat-obatan, aspirin, dan berperan sebagai pelarut dalam
penyiapan senyawa organik (Austin, 2008).
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Asam sulfat
murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh
karena sifatnya yang higroskopis, walaupun demikian asam sulfat merupakan
komponen utama hujan asam yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksidasi di
atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfit dioksidasi
adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu
bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerung). Struktur molekul asam
sulfat pekat dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur Asam Sulfat Pekat


Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi
pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya.
Sebagian dan masalah ini disebabkan perbedaan isi pada kedua cairan. Air
yang kurang dibanding asum sulfat dan cenderung untuk terapung di atas
asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium :
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan
agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan
buah-buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah asam sulfat, ia
membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum
(Austin, 2008).
Aspirin atau asam asetilsalisilat ialah senyawa hasil sintesis asam salisilat
dengan anhidrida asetat. Aspirin termasuk ke dalam kelompok senyawa
glikosida, yang berfungsi sebagai antipiretik (obat penurun suhu tubuh) dan
analgesik (obat penghilang rasa sakit) yang lebih sempurna dibandingkan
dengan asam salisilat. Aspirin juga dapat digunakan untuk mengatasi rematik
dan dapat menghambat pembekuan darah (antikoagulan).
Aspirin diperdagangkan dalam bentuk asam asetilsalisilat murni maupun
dikombinasikan dengan zat lain karena aspirin merupakan obat standar (acuan
bagi obat nyeri lain), dimana sistem kerjanya yaitu menghambat produksi
prostaglandin (zat spesifik yang menyebabkan rasa sakit dan demam) untuk
mengurangi respon tubuh terhadap serangkaian proses kimia yang akhirnya
terbentuk nyeri. Contohnya ialah calsium aspirin, magnesium aspirin, dan
alumunium aspirin.
Aspirin (acetylsalicylic acid) merupakan senyawa yang umum digunakan
sebagai obat. Aspirin digunakan sebagai analgetik dan antipiretik serta anti
inflamasi. Aspirin diproduksi melalui proses esterifikasi dari asam salisilat.
Ester adalah suatu gugus fungsional organik.
Tidak seperti anilin, dalam air fenol tidak dapat didestilasi secara
memuaskan. Asetilasi berlangsung baik dengan anhidrida asetat dengan
adanya asam sulfat pekat sebagai katalis.Asetilasi dari asam salisilat (asam o-
hidroksi benzoat) menghasilkan asam asetil salisilat atau aspirin. Aspirin bila
dipanaskan akan terurai dan tidak mempunyai titik leleh tertentu. Temperatur
penguraian berkisar antara 128-137°C. Penguraian dapat juga terjadi jika
senyawa direkristalisasi dari pelarut yang mempunyai titik didih tinggi, atau
jika selama direkristalisasi pendidihan dilakukan dalam waktu yang terlalu
panjang (Pratama, 2022).
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke
dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R =
alkil atau aril). Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi.
Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol
membentuk suatu ester (Fessenden, Kimia Organik Jilid 2, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi asetilasi, diantaranya :
1. Suhu
Suhu tinggi dapat menyebabkan selulosa asetat terdegradasi sehingga
mengakibatkan yield produk menurun.
2. Waktu Asetilasi
Waktu asetilasi yang panjang dapat menyebabkan selulosa terdegradasi
sehingga yield produk menjadi kecil.
3. Kecepatan Pengadukan
Kecepatan pengadukan yang tinggi akan memperbesar perpindahan massa
sehingga akan memperbesar kecepatan reaksi sehingga yield yang
dihasilkan akan meningkat.
4. Jumlah Asam Asetat
Jumlah reaktan yang besar akan memperbesar kemungkinan tumbukan
antar reaktan sehingga mempengaruhi kecepatan reaksi asetilasi.
5. Jumlah Pelarut
Jumlah pelarut akan mempengaruhi homogenitas dari larutan tetapi jika
jumlahnya terlalu besar akan mengurangi kemungkinan tumbukan antar
reaktan sehingga akan memperkecil yield dari produk (Rofiqoh, 2013).

Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat


anhidrida menggunakan katalis H2SO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat
adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus yaitu gugus –OH dan
gugus –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi
yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam
asetat akan menghasilkan aspirin. Sedangkan reaksi dengan metanol akan
menghasilkan metil salisilat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi.
Titik leleh aspirin di atas 70oC (Pratama, 2022).
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari
aspirin yaitu asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrida atau
dapat juga direaksikan dengan asam asetat glasial. Asam asetat anhidrat ini
dapat digantikan dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial
bersifat murni dan tidak mengandung air selain itu asam asetat anhidrat juga
terbuat dari dua asam asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya
semua digandakan.
Aspirin tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam salisilat
sebagai bahan baku aspirin, yang merupakan senyawa turunan asam benzoat
yang merupakan asam lemah yang memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh
karena itu, dalam pembuatan aspirin dilakukan penambahan air. Hal ini
bertujuan agar terjadi endapan aspirin (Fessenden, Kimia Organik Jilid 2,
1987).
E. Alat dan Bahan
Alat :
- Labu erlenmeyer 3 buah
- Corong Buchner 1 buah
- Pipet tetes 5 buah
- Pengaduk kaca 1 buah
- Kompor listrik 1 buah
- Termometer 1 buah
Bahan :
- Asam salisilat 2,5 gr
- Aquades 40 mL
- Asam asetat anhidrat 3,75 gr
- Asam sulfat pekat 3 mL
- Etanol 96% 7,5 mL
- Larutan FeCl3 1 mL
F. Alur Kerja

2,5 g asam salisilat

Dimasukkan dalam Erlenmeyer


Ditambahkan 3,75 mL CH3COOH anhidrida
Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat
Diaduk sampai homogen
Campuran

Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang sudah dipanaskan dengan


kompor listrik(T=50-60°C)
Diaduk perlahan selama 5 menit
Didinginkan pada suhu kamar sambal diaduk
Ditambahkan 37,5 mL aquades
Disaring dengan penyaring buchner
Filtrat Residu

Dimasukkan dalam gelas kimia


Ditambahkan pelarut campuran 7,5 mL etanol 90% dan
25 mL air
Dipanaskan sampai homogen
Disaring dalam keadaan panas dengan corong buchner
dan labu isap
Filtrat Residu

Didinginkan pada suhu kamar


sampai terbentuk kristal
Disaring dengan corong buchner
Filtrat Residu

Dikeringkan dalam desikator


Ditimbang
Diuji dengan FeCl3
Dibandingkan titik leleh dengan
zat mula-mula
Hasil
Persamaan Reaksi:
G. Hasil Pengamatan

No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
- 2,5 gram - 2,5 gram asam - - Pembuatan
2,5 g asam salisilat asam salisilat + 3,75 aspirin dilakukan
salisilat: gram asam dengan asetilasi
Dimasukkan dalam Erlenmeyer serbuk putih asetat terhadap gugus
- 3,75 gram anhidrat: fenol, yaitu
Ditambahkan 3,75 mL CH3COOH asam asetat larutan dengan
anhidrida anhidrat: berwarna penggantian
larutan tidak putih gugus hidroksil
Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat berwarna - 2,5 gram asam (OH-) dengan
Campuran - 3 tetes salisilat + 3,75 gugus asetil
Diaduk sampai homogen H2SO4: gram asam (CH3COO-)
larutan tidak asetat anhidrat - Massa kristal
Dimasukkan ke dalam gelas kimia berwarna + 3 tetes aspirin yang
yang sudah dipanaskan dengan H2SO4: diperoleh = 1,734
padatan putih gram dengan titik
kompor listrik(T=50-60°C) leleh 139oC
Diaduk perlahan selama 5 menit - Massa kristal
aspirin sesuai
Didinginkan pada suhu kamar teori adalah
sambal diaduk 3,258 gram
- Aspirin yang
Ditambahkan 37,5 mL aquades dilihat adalah
murni, hal
- 37,5 mL - Campuran+ tersebut dilihat
aquades: dipanaskan: - dari warna yang
cairan tidak larutan tidak dihasilkan saat
Ditambahkan 37,5 mL aquades berwarna berwarna uji FeCl3 yaitu
- 7,5 mL - Campuran+ kuning.
Disaring dengan penyaring etanol 96%: 37,5 mL - Titik leleh aspirin
buchner larutan tidak aquades: secara teori
berwarna larutan tidak adalah 128 –
- 25 mL berwarna + 137oC sehingga
Residu aquades: residu hasil yang
Filtrat

Dimasukkan dalam gelas


Ditambahkan pelarut
campuran 7,5 mL etanol 90%
dan 25 mL air
Dipanaskan sampai homogeny
Disaring dalam keadaan panas
dengan corong buchner dan
labu isap

Filtrat Residu
H. Analisis dan Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pembuatan aspirin dengan cara
asetilasi terhadap gugus fenol.
Aspirin atau asam asetilsalisilat ialah senyawa hasil sintesis asam salisilat
dengan anhidrida asetat. Aspirin termasuk ke dalam kelompok senyawa
glikosida, yang berfungsi sebagai antipiretik (obat penurun suhu tubuh) dan
analgesik (obat penghilang rasa sakit) yang lebih sempurna dibandingkan
dengan asam salisilat. Aspirin juga dapat digunakan untuk mengatasi rematik
dan dapat menghambat pembekuan darah (antikoagulan). Aspirin dibuat
dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat anhidrida
menggunakan katalis H2SO4 sebagai zat penghidrasi (Pratama, 2022).
Langkah dalam pembuatan aspirin adalah menimbang sebanyak 2,5 gr
asam salisilat. Asam salisilat ini berupa serbuk berwarna putih. Selanjutnya
asam salisilat ini dimasukkan dalam labu erlenmeyer berukuran 250 mL.
Selanjutnya adalah menimbang 3,75 gr asam asetat anhidrat lalu ditambahkan
dalam erlenmeyer yang sudah berisi asam salisilat. Asam asetat anhidrat ini
dapat digantikan dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial
bersifat murni dan tidak mengandung air selain itu asam asetat anhidrat juga
terbuat dari dua asam asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya
semua digandakan. Asam asetat anhidrat berupa larutan tidak berwarna.
Serbuk asam salisilat ditambahkan dengan asam asetat anhidrat berupa
larutan berwarna putih. Setelah itu ditambahkan asam sulfat pekat (H2SO4)
sebanyak 3 tetes di lemari asam. Asam sulfat pekat merupakan asam kuat
yang berupa larutan tidak berwarna. Asam sulfat pekat ini berfungsi sebagai
katalis untuk mempercepat reaksi antara asam salisilat dengan asam asetat
anhidrat, memberikan suasana asam, dan sebagai senyawa penghidrasi.
Alasan penggunaan asam sulfat ini karena asam sulfat dapat terionisasi
menjadi 2 ion H+ dan 1 ion SO42- sehingga akan mempercepat reaksi karena
menghasilkan 3 ion dibanding dengan HCl atau HNO3. Setelah ditambahkan
asam sulfat pekat, maka campuran berubah menjadi larutan keruh yang
kemudiannya menggumpal dan terasa panas pada dinding labu erlenmeyer.
Campuran ini menggumpal berubah menjadi larutan tidak berwarna dan
terbentuk endapan putih. Kemudian campuran larutan diaduk sampai
homogen.
Setelah itu disiapkan penangas air di atas kompor listrik dan diukur
suhunya dengan termometer sampai suhunya 50-60oC untuk menghilangkan
zat pengotor yang akan mempengaruhi kemurnian aspirin. Pada suhu tersebut
merupakan suhu optimal pada pembentukan aspirin (reaksi berlangsung cepat
tetapi ikatan ester aspirin tidak lepas). Jika suhu yang digunakan diatas 60 oC
maka ester yang terbentuk dapat terurai sehingga aspirin tidak terbentuk.
Setelah terlihat homogen, campuran larutan dimasukkan dalam penangas air
sambil diaduk perlahan selama 5 menit. Pengadukan dilakukan supaya
campuran homogen. Setelah dipanaskan, larutan menjadi tidak berwarna.
Selanjutnya larutan didiamkan pada suhu kamar sambil diaduk. Setelah
larutan mencapai suhu kamar, maka selanjutnya ditambahkan 37,5 mL
aquades. Aquades merupakan cairan tidak berwarna. Tujuan penambahan
aquades adalah untuk menghidrolisis ester yang terbentuk. Setelah
ditambahkan aquades, larutan tetap tidak berwarna. Selanjutnya larutan
disaring menggunakan corong buchner yang dihubungkan dengan labu isap.
Labu isap berfungsi untuk menyerap gas sisa hasil dari pembuatan aspirin.
Setelah disaring diperoleh residu dan filtrat. Filtrat tidak dilakukan uji. Filtrat
berupa larutan tidak berwarna. Residu dilakukan uji. Residu berupa endapan
putih.
Residu kemudian dimasukkan dalam gelas kimia. Lalu residu tersebut
ditambahkan campuran pelarut yang terdiri dari 7,5 mL etanol 96% dan 25
mL aquades. Etanol 96% merupakan larutan tidak berwarna dan aquades juga
merupakan cairan tidak berwarna. Setelah ditambahkan pelarut maka larutan
menjadi larutan berwarna putih. Selanjutnya larutan dipanaskan dan berubah
menjadi tidak berwarna dan menjadi homogen. Setelah itu larutan disaring
selagi masih panas dengan corong Buchner yang dilengkapi labu isap untuk
menampung gas sisa. Setelah disaring maka diambil filtrat dan residu tidak
dilakukan uji.
Filtrat kemudian dipanaskan sampai homogen dan didiamkan sampai
terbentuk kristal aspirin. Kristal aspirin berupa kristal putih berbentuk seperti
jarum di dasar dan permukaan gelas beaker. Setelah terbentuk kristal, disaring
kembali dengan corong buchner dan diambil residu. Residu berupa kristal
aspirin.
Selanjutnya kristal aspirin dalam kertas saring disimpan dalam desikator
selama 2 hari. Penyimpanan dengan desikator bertujuan untuk mengeringkan
kristal aspirin yang terbentuk. Setelah 2 hari, kristal aspirin ditimbang. Massa
kertas saring 0,604 gram. Kristal aspirin yang diperoleh berdasarkan
percobaan adalah 1,734 gram. Berdasarkan teori, kristal aspirin yang
diperoleh adalah 3,258 gram. Berdasarkan data massa aspirin hasil percobaan
dengan perhitungan secara teori maka diperoleh persen rendemen sebesar
53,22%.
Selanjutnya kristal aspirin dilakukan uji dengan FeCl3. Larutan FeCl3
merupakan larutan berwarna kuning. Tujuan uji ini adalah untuk menguji
kemurnian kristal aspirin. Apabila masih terbentuk senyawa berwarna ungu,
maka aspirin yang diperoleh masih mengandung ion Fe 3+. Karena senyawa
yang berwarna ungu tersebut adalah senyawa kompleks yang dibentuk oleh
Fe. Berdasarkan percobaan, kristal aspirin yang terbentuk diuji dengan larutan
FeCl3 menghasilkan warna kuning, artinya aspirin yang terbentuk adalah
murni. Selanjutnya dilakukan uji titik leleh. Aspirin dimasukkan dalam pipa
kapiler dan dipanaskan dalam melting block dan diamati sampai aspirin
meleleh. Setelah aspirin meleleh, maka diukur suhunya dan diperoleh titik
leleh aspirin 139oC. Berdasarkan teori, titik leleh aspirin secara teori adalah
128 – 137oC sehingga hasil yang diperoleh mendekati kemurniannya.
Dalam percobaan ini merupakan memasukkan gugus asetil ke dalam
asam salisilat sehingga diperoleh aspirin (asetil salisilat) dengan persamaan
reaksi :

I. Kesimpulan
- Pembuatan aspirin dilakukan dengan asetilasi terhadap gugus fenol, yaitu
dengan penggantian gugus hidroksil (OH-) dengan gugus asetil
(CH3COO-)
- Massa kristal aspirin yang diperoleh = 1,734 gram dengan titik leleh 139oC
- Massa kristal aspirin sesuai teori adalah 3,258 gram
- Aspirin yang dilihat adalah murni, hal tersebut dilihat dari warna yang
dihasilkan saat uji FeCl3 yaitu kuning.
- Titik leleh aspirin secara teori adalah 128 – 137oC sehingga hasil yang
diperoleh mendekati kemurniannya

J. Daftar Pustaka

Austin. (2008). Shvere's Chemical Process Industries Edisi ke 5. Singapura:


McGrawHill Book Co.

Fessenden. (1987). Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Fessenden. (1999). Kimia Organik Edisi ke 3. Jakarta: Erlangga.

Pratama, R. D. (2022). Pra Rancangan Pabrik Asam Asetilsalisilat (Aspirin)


dari Asam Salisilat dan Asetat Anhidrida dengan Proses Asetilasi.
Surabaya: Repository UPN Jatim.

Rofiqoh. (2013). Sains dan Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

K. Lampiran
Jawaban Pertanyaan
a. Tulis reaksi pembuatan aspirin secara lengkap!
Jawaban :
b. Apakah yang disebut asetilasi dan apakah fungsi asam sulfat?
Jawaban :

Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus -OH dan


asam salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Karena
asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi
destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C - O yang kuat
dari phenol, tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH,
dimana kita harus mereaksikan antara asam salisilat dan asam asetat
dengan menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator.

c. Apakah fungsi FeCl3 dalam reaksi tersebut dan jelaskan bagaimana


membuktikan terbentunya aspirin?
Jawaban :

FeCl3 berfungsi untuk menguji reaksi pengompleksan. FeCl3


digunakan untuk menguji kemurnian hasil kristal yang didapat. Jika
hasil kristal yang dihasilkan merupakan aspirin yang murni maka
setelah ditetesi larutan FeCl3 akan berwarna kuning.

d. Hitung rendemen hasil percobaan yang diperoleh!


Jawaban :
- massa aspirin = mol x Mr
= 0,0181 mol x 180 gr/mol
= 3,258 gram
massa aspirin murni
- % rendemen aspirin = x 100%
massa aspirin
1,734 gr
= x 100%
3,258 gr
= 53,22 %
Perhitungan
Massa asam salisilat = 2,5 gr
Mr asam salisilat (C7H6O3) = (7C) + (6H) + (3O)
= (7.12) + (6.1) + (3.16)
= 138 gr/mol
Volume asam asetat anhidrat = 3,75 mL
Mr asam asetat anhidrat (C4H6O3) = (4C) + (6H) + (3O)
= (4.12) + (6.1) + (3.16)
= 102 gr/mol
Mr aspirin (C4H6O3) = (9C) + (8H) + (4O)
= (9.12) + (8.1) + (4.16)
= 180 gr/mol

Ditanyakan % rendemen
Jawab =
massa 2,5
Mol C7H6O3 = = = 0,0181 mol
Mr 138
massa 3,75
Mol C4H6O3 = = = 0,0367 mol
Mr 102

C7H6O3 (s)+ C4H6O3 (aq) → C9H6O3 (aq) + CH3COOH (aq)


M 0,0181 0,367 - -
R 0,0181 0,0181 0,0181 0,0181
S - 0,0186 0,0181 0,0181

Massa aspirin (C9H8O4) berdasarkan percobaan

= gr total – gr kertas saring

= 2,338 gram – 0,604 gram

= 1,3339 gram

Massa aspirin (C9H8O4) berdasarkan teori

= mol aspirin x Mr aspirin

= 0,0181 mol x 180 gr/mol

= 3,258 gram

massa aspirin percobaan


% rendemen= x 100%
massa aspirin teori
1,734 gr
% rendemen= x 100 %
3,258 gr

= 53,22%

Dokumentasi

Dimasukkan
Ditambahkan 3,75 gr
2,5 gram asam salisilat kedalam labu
asam asetat anhidrat
Erlenmeyer 100 mL

Ditambahkan 3 tetes
Dipanaskan pada
H2SO4 pekat
Diaduk hingga penangas air dengan

homogen kompor listrik dengan


suhu air (50-60℃ )
Disaring dengan corong
Buchner yang dilengkapi
Setelah didinginkan
Diaduk perlahan selama dengan labu isap
ditambahkan 37,5
±5 menit
mL aquades

Residu ditambahkan Residu ditambahkan


dengan 7,5 mL dengan 25 mL aquades
etanol 96%

Residunya dimasukkan
kedalam gelas kimia

Disaring dengan
corong Buchner
dilengapi dengan
labu isap

Dipanaskan hingga
homogen

Filtratnya dipanaskan
kembali hingga
homogeny kemudian
didiamkan hingga
terbentuk Kristal

Disaring dengan corong


Residu yang
Buchner dilengkapi
diperoleh
dengan labu isap
dikeringkan pada
desikator selama ±3
hari
Ditimbang berat aspirin,
dan timbang berat kertas
saring. Agar tidak
mempengaruhi berat
aspirin.

Aspirin murni

Aspirin yang diperoleh


di uji dengan FeCl3

Aspirin dilakukan
uji titik lelehnya
dengan
menggunakan pipa
kapiler yang
dimasukkan pada
melting block

Anda mungkin juga menyukai