REAKSI ACETYLASI
PEMBUATAN ASPIRIN
OLEH
KELOMPOK 1
KELAS B
APRIADI LUBIS
(1107120289)
(1107111934)
(1107114172)
Disusun Oleh :
1. Apriadi Lubis
2. Nila Sari Siregar
3. Riny Afrima Sari
Amalia Ardiana
Nim. 0907114248
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal sebagai aspirin memiliki nama
sistematik 2-acetoxybenzoic acid. Aspirin sering digunakan sebagai analgesik
(terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan antiinflamasi. Aspirin dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam
bentuk asam salisilat) menggunakan asetat anhidrat dengan bantuan sedikit
katalis asam sulfat pekat, dimana asam salisilat (o-hydroxy benzoic acid) sebagai
substrat dan asetat anhidrat sebagai gugus acetyl. Tujuan percobaan ini adalah
untuk membuat aspirin dalam skala labor, mengamati dan mempelajari proses
reaksi yang terjadi serta menghitung persentase aspirin yang dihasilkan. Pada
percobaan ini, 3,0 gram asam salisilat, 8 ml asetat anhidrat, dan 5 tetes asam
sulfat pekat direaksikan pada temperatur 50-60 oC selama 15 menit, lalu
didinginkan pada suhu kamar, ditambahkan akuades lalu dinginkan selama 2 jam
menggunakan batu es. Kristal yang dihasilkan di saring menggunakan pompa
vakum. Agar kristal aspirin lebih murni maka dilakukan proses rekristalisasi
dengan penambahan etanol dan air hangat, lalu didinginkan hingga kristal
terbentuk. Lakukan uji kemurnian aspirin dengan larutan FeCl 3. Dari hasil
percobaan, massa aspirin yang didapat adalah 2,08 gram, dengan rendemen
sebesar 55,03%, dan ketika uji kemurnian aspirin dilakukan, kristal aspirin hasil
percobaan ini telah murni.
Kata kunci : asetilasi, asam salisilat, aspirin, kristal, rekristalisasi
ABSTRACT
Acetyl salicylic acid, better known as aspirin has the systematic name 2acetoxybenzoic acid. Aspirin commonly used as an analgesic (against minor
pains or aches), antipyretic (against fever), and anti-inflammatory. Aspirin can be
prepared by acetylation of phenol compounds (in the form of salicylic acid) using
acetic anhydride with the help of a little concentrated sulfuric acid catalyst, in
which salicylic acid (o-hydroxy benzoic acid) as a substrate and acetic anhydride
as an acetyl group. Purpose of this experiment is to make aspirin in laboratory
scale, observing and studying the reaction and calculate the percentage of aspirin
produced. In this experiment, 3.0 grams of salicylic acid, 8 ml of acetic anhydride
and 5 drops of concentrated sulfuric acid are reacted at temperatures of 50-60oC
for 15 minutes, then cooled to room temperature, add distilled water and then
refrigerate for 2 hours using ice cubes. The resulting crystals filtered using a
vacuum pump. To be more pure aspirin crystals recrystallization process then do
by the addition of ethanol and warm water, then cooled until crystals formed.
Conduct a test of the purity of aspirin with a solution of FeCl3. From the
experimental results, the mass derived aspirin is 2.08 grams, with a yield of
55.03%, and the purity of aspirin when the test is done, experimental results the
crystal aspirin has been pure.
Keywords :acetylation, salicylic acid, aspirin, crystal, recrystalization
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetyl
ke dalam suatu sustrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-C-OO(dimana
R adalah alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau
acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara acetylasi senyawa phenol
(dalam bentuk asam salisilat) menggunakan asetat anhidrat dengan
bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat (Hendriayana, 2003).
Aspirin berasal dari kata A (acetyl glikol), Spir (Sperea
Ulmaria), In (dikemas dalam bentuk obat-obatan). Aspirin atau asam
asetil salisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang
sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki
efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung.
Asal dari obat yang dikenal dengan "Aspirin" - ternyata dari jaman
Yunani kuno, dan diperkenalkan oleh Bapak Para Dokter se-dunia - yaitu
Hippocrates. Tentu saja Hippocrates tidak menyebut Aspirin, melainkan
menyebut tumbuhan bernama willow yang bila batangnya dikeringkan dan
dijadikan bubuk, dapat menghilangkan rasa sakit.
Ribuan tahun berlalu, hingga di tahun 1829, para ilmuwan berhasil
mengisolasi bahan dalam tumbuhan willow yang berfungsi meredakan
rasa sakit. Bahan tersebut bernama salicin. Bahan ini dapat menghilangkan
sakit, tapi memiliki efek samping terhadap perut-manfaat dan mudaratnya
sama besar. Tentu saja harus ada jalan keluar. Seorang
ahli
Perancis bernama
menetralkan
salicin
kimia
Tujuan pratikum
Membuat aspirin dalam skala labor
Mengamati dan mempelajari proses reaksi yang terjadi
Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Aspirin
Reaksi acetylasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetil
kedalam suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-C-OO (dimana
R = alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau
acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol
(dalam bentuk asam salisilat) menggunakan acetat anhidrat dengan
bantuan sedikit katalis asam sulfat. Gugus hidroksi dari asam salisilat akan
bereaksi dengan acetyl dari asetat anhidrat. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi esterifikasi.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari
pembuatan aspirin. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan
alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai
alkohol karena mempunyai gugus OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu
saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat
(aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan
gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam
kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi
sebgai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi
asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini
akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan
kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan
hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti
setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) merupakan sejenis obat turunan
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan
aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di
berbagai wilayah dunia.
Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates
yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai
penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi
senyawa asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Aspirin adalah obat pertama
yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam
bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman,
replika tablet aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran
terbuka Deutschland, Land der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").
: C9H8O4
BM
: 180,2
Titik didih
: 140 0C
Titik lebur
: 138 0C 140 0C
Berat jenis
: 1.40 gr/cm
Sinonim
: 2-acetyloxybenzoic acid/O-acetylsalicylic
: 10 mg/mL (20 C)
Kelarutan
larutan Ferri klorida (FeCl3). Aspirin juga bisa meredakan penyakit artritis dan
melambatkan pembekuan darah. Juga sebagai penghilang nyeri, mencegah kanker
mulut, dan kerongkongan. Untuk merawat kesakitan aspirin digunakan dos
sehingga 1gm setiap empat jam dan maksimum empat dos sehari.
Penggunaan aspirin di kalangan kanak-kanak tidak digalakkan. Ini karena
aspirin didapati mengakibatkan kesan sampingan yang dikenali sebagai penyakit
Reye, Suatu keadaan yang membawa kepada kerusakan hati, otak dan akhirnya
kematian . Ia dapat menyebabkan nyeri perut serta di sistem pencernaan. Rasa
mual dan muntah sering terjadi sebagai efek samping pada orang dewasa.
Memakan aspirin melebihi dos yang dianjurkan yaitu 20-25gm bisa menyebabkan
kematian. Efek keracunan pada tingkat awal akan terasa muntah, lesu dsan sakit
perut. Selanjutnya ia akan mengganggu pendengaran, berkeringat, suhu badan
akan meningkat dan peringkat akhir korban tidak sadarkan diri dan denyutan
jantung akan berhenti.
2.2
Sifat fisika
%Unsur Penyusun
Rumus molekul
: (CH3CO)2O
Berat molekul
: 102,09 gram/mol
: 139,060C
Titik beku
: -730C
Suhu kritis
: 2960C
: 1.08 g/ml
Sifat kimia
Penguapan
Panas pembakaran
Tekanan kritis
: 46.81 atm
: 0.843 mPa.s
Sifat fisika
% Unsur Penyusun
Rumus Molekul
: C7H6O3
Bobot Molekul
: 138,12
Kelarutan
Tekanan Uap
: 1 mmHg pada 33 0C
Daya Ledak
: 1,146 g/cm3
Titik Nyala
: 76 0C
Sifat Kimia
Penguapan
Kelarutan
kedalam suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-C-OO- (dimana R=
alkil). Aspirin disebut juga asam asetyl salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat
dibuat dengan cara acetylasi senyawa phenol ( dalam bentuk asam salisilat )
menggunakan acetat anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat.
Asam Salisilat merupakan senyawa turunan Asam benzoat yang dikenal juga
dengan nama Asam orto-hidroksi benzoat.
2.4
Keajaiban dalam Kulit Pohon Willow, Lebih dari 2500 tahun silam, kurang
lebih 500 SM, ahli-ahli obat-obatan Cina menggunakan kulit pohon (willow bark),
yang merupakan cikal bakal aspirin, sebagai obat untuk mengobati penyakit yang
ringan. Sekitar 400 SM, Hipokrates seorang Yunani yang sering diakui sebagai
bapak obat-obatan, menyarankan bahwa mengunyah kulit pohon dapat
mengurangi demam dan rasa sakit. Lima ratus tahun sesudah Hipokrates,
Dioscrorides, seorang dokter Yunani, menggunakan kulit pohon untuk mengurangi
inflammation pada pasiennya. Hal-hal di atas menunjukkan penggunaan kulit
pohon sebagai cikal bakal dari aspirin (Fary, 2009).
Pada pertengahan abad ke-18, Reveren Edward Stone dari Oxford mulai
melakukan eksperimen dengan berbagai cara untuk mengurangi demam. Stone
menghancurkan satu pound kulit pohon yang dikeringkan dan memberikannya
kepada 50 orang yang demam selama beberapa tahun. Dia mencoba
mencampurkan bubuk kulit pohon tersebut dengan teh, air dan bahkan bir.
Dengan beberapa pengecualian, demam yang diderita pun hilang. Mungkin ini
merupakan bukti nyata tetapi Stone tidak mengetahui bahwa ia sebenarnya
melanjutkan pekerjaan ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 1763 The Royal
Society of London mempublikasikan kesuksesan Stone dalam menemukan
kemampuan kulit pohon willow untuk menurunkan demam. Masih memakan
waktu beberapa tahun untuk dapat menjadikan kulit pohon willow menjadi obat.
Pada tahun 1828, ahli kimia Itali Raffaele Piria dan apoteker Perancis
Henri Leroux menemukan dan memisahkan bahan aktif yang terkandung di dalam
kulit pohon. Karena nama Latin dari pohon willow putih adalah Salix alba,
senyawa baru yang terkandung di dalam kulit pohon itu dinamakan salicin.
Sepuluh tahun kemudian, ahli kimia Perancis berhasil memisahkan senyawa yang
lebih murni dan dikenal dengan nama asam salisilat. Asam salisilat menjadi dasar
dari banyak produk farmasi lainnya termasuk asam asetilsalisilat, yang dikenal
dengan nama aspirin pada saat sekarang ini (Fary, 2009).
Walaupun asam salisilat memiliki banyak kegunaan, namun ada efek
samping yang tidak disukai yaitu menyebabkan iritasi pada lambung. Penelitian
dilakukan untuk menetralisir keasaman asam salisilat dengan natrium, dan dengan
mengkombinasikan natrium salisilat dan asetil klorida, namun usaha ini masih
belum berhasil. Baru pada tahun 1899, ilmuwan yang bekerja pada Bayer, Felix
Hoffman berhasil menemukan asam asetilsalisilat yang lebih ramah ke lambung.
Kemudian produk ini diberi nama aspirin, a- dari gugus asetil, -spir- dari nama
bunga spiraea , dan in merupakan akhiran untuk obat pada waktu itu.
Aspirin juga disebut asam asetil salisilat atau Acetylsalicylic acid yang
merupakan kristal jarum berwarna bening yang dapat diperoleh dengan cara
acetylasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan acetate
anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat. Pada pembuatan
aspirin, asam salisilat berfungsi sebagai alcohol dan reaksinya berlangsung pada
gugus hidroksi. Gugus hidroksi dari asam salisilat akan bereaksi dengan acetyl
dari acetate anhidrat. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi acetylasi
(Hendriayana, 2003).
2.5 Rekristalisasi
Untuk mendapatkan aspirin yang murni, maka harus dilakukan
rekristalisasi. Dimana, rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk
memurnikan zat-zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu, teknik ini sering
digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan
alami, sebelum dianalisis lebih lanjut. Sebagai metoda pemurnian padatan,
rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab
kemudahannya dan karena keefektifannya.
Metode ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang
cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk
mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan
didinginkan, Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun
bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan pengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Walaupun rekristalisasi adalah metoda yang sangat sederhana, dalam
prakteknya bukan berarti mudah dilakukan. Adapun saran saran yang
dibutuhkan untuk melakukan metoda kristalisai adalah sebagai berikut :
1.
2.
Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan
pelarut non polar lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung
merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa polar.
3.
Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah lebih diinginkan. Namun sekali
lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi,
pemilihan pelarut biasanya bukan masalah sederhana.
isopropanol (CH3CH(OH)CH3)
titik didih : 820C
konstanta dielektrik : 18
n-propanol (C3H7OH)
titik didih : 970C
konstanta dielektrik : 20
etanol (C2H5OH)
titik didih : 790C
konstanta dielektrik : 30
methanol (CH3OH)
titik didih :650C
konstanta dielektrik : 33
Adapun pengertian dari konstanta dielektrik adalah nilai yang menyatakan
tingkat kepolaran suatu pelarut, semakin besar nilai konstanta dielektrik
menunjukkan bahwa pelarut tersebut semakin polar dan sebaliknya.
2.
3.
Penyaringan
Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang
tidak larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk
memisahkan zat zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam
larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya. Agar penyaringan berjalan cepat,
biasanya digunakan corong Buchner. Jika larutannya mengandung zat warna
pengotor, maka sebelum disaring ditambahkan sedikit ( 2 % berat ) arang
aktif untuk mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak
boleh terlalu banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan.
4.
Pendinginan filtrate
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk Kristal. Sering
pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan ( feed ) yang
berupa Kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah
dengan batang pengaduk dapat mempercepat rekristalisasi.
5.
2.6
Manfaat Aspirin
dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan
berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram
dapat mengakibatkan kematian (Fary, 2009).
Aspirin juga digunakan untuk mencegah pembekuan darah dalam jangka
panjang untuk mencegah serangan jantung dan stroke pada pasien yang berisiko
tinggi terhadap penyakit ini. Saat ini, aspirin sering diberikan kepada pasien
setelah mengalami serangan jantung untuk mencegahnya terulang kembali.
Selain itu aspirin juga berperan sebagai bahan tambahan untuk Untuk
Masker Wajah Anti Penuaan Dini karena asprin mengandug alat eksfoliator
(eksfoliasi). Dimana Eksfoliasi adalah pengelupasan kulit.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
3.2
Alat-alat
Bahan
Asam salsilat
Asetat anhidrat
Asam sulfat pekat
Etanol
Ferri klorida
Aquadest
Batu es
3.3
Prosedur Percobaan
a. Pembuatan Aspirin
Masukkan asam salsilat sebanyak 3 gram ke dalam labu didih dasar bulat
dan tambahkan 8 mL asam asetat anhidrat sedikit demi sedikit serta 5 tetes
asam sulfat pekat. Goyang-goyangkan labu agar zat tercampur baik
(lakukan dalam lemari asam).
Panaskan di atas penangas air pada temperatur 500C - 600C sambil diaduk
selama 15 menit.
Biarkan campuran menjadi dingin pada suhu kamar, aduk sekali-kali.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Keterangan Gambar :
Statif
Termometer
Labu didih dasar bulat
Ketel pemanas
Kabel
Stop kontak
Keterangan Gambar :
1. Corong Buchner
2. Erlenmeyer Buchner
3. Selang
4. Selang
5. Pompa vakum
6. Tombol on-off
Gambar 3.2 Rangkaian alat ketika dilakukan
Penyaringan dengan pompa vakum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Pengamatan
a. Pembuatan aspirin
Tabel 4.1 Data Pengamatan Praktikum
No
Perlakuan
Pengamatan
b. Rekristalisasi aspirin
Tabel 4.2 Data Pengamatan Praktikum
No
Perlakuan
Pengamatan
Larutan aspirin +
didinginkan 1 jam
4.2
a.
Perlakuan
Pengamatan
Hasil Perhitungan
Pembuatan aspirin
:
Massa asam salsilat
Massa kristal + kertas saring
Massa kertas saring
Massa endapan
=
=
=
=
3 gram
9.67 gram
0.682 gram
(berat endapan dan kertas saring)
berat kertas saring
= 9.67 -0.682
= 8.988 gram
b. Rekristalisasi aspirin :
Massa aspirin percobaan
Massa kertas saring
Massa aspirin percobaan
c.
Stoikiometri :
Densitas asam salsilat
:
Mr asam salsilat
:
Densitas asam asetat anhidrat :
Mr asam asetat anhidrat
:
Mr aspirin
:
1.44 gr/mL
138 gr/mol
1.08 gr/mL
102 gr/mol
180 gr/mol
n asam salsilat
aspirin +
asam asetat
0.02174
0.02174
0.02174
0.02174
=
= 0.02174 mol
=
= 0.08471 mol
1.08
m
Berat teoritis aspirin :
Massa aspirin
dan
=
= 8.64 gram
= Mr aspirin x mol aspirin
Rendemen
= 180 x 0.021
= 3.78 gram
=
= 55.03%
4.3 Pembahasan
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol
dengan anhidrat asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol
karena mempunyai gugus (OH), sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja
sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat
(aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) b e r a s a l d a r i anhidrida asam asetat,
sedangkan gugus R nya berasal dari asam salisilat (pada pada gambar di bawah
gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat).
Gambar
4.1
Reaksi Pembuatan Aspirin (Hendriayana, 2003)
karena titik leleh aspirin 700C, sehingga tidak akan terbentuk kristal aspirin.
Untuk mendapatkan kristal aspirin, pada pemanasan suhu harus dijaga di bawah
titik leleh aspirin tersebut.
Setelah dipanaskan, erlenmeyer didinginkan terlebih dahulu pada suhu
kamar hingga dingin dan aduk sekali-kali. Erlenmeyer tidak langsung diletakkan
pada wadah berisi es batu dikarenakan perubahan suhu yang terlalu tajam dapat
mengakibatkan erlenmeyer pecah. Kristal yang terbentuk, dikumpul dengan
menggunakan kertas saring melalui corong. Berat aspirin kasar basah yang kami
dapatkan pada praktikum yaitu 8.988 gram.
Aspirin kasar ini kemudian ditambahkan 40 mL aquadest agar anhidrat
asetat bereaksi membentuk asam asetat sehingga produk yang pada awalnya larut
pada anhidrat asetat akan mengendap dan membentuk padatan (kristal). Akan
tetapi aquades tidak boleh ditambahkan terlalu banyak karena aspirin sedikit larut
dalam air. Tujuan digunakannya aquadest yang dingin karena dengan
berkurangnya suhu, kelarutan aspirin dalam air akan berkurang. Lalu, didinginkan
selama 2 jam menggunakan batu es. Setelah itu, padatan atau endapan yang
terbentuk dapat di saring dengan menggunakan corong Buchner dan pompa
vakum. Pompa vakum berfungsi untuk menghisap udara yang terdapat pada
larutan.
Padatan atau endapan yang telah di saring, selanjutnya dikristalisasi
dengan menggunakan etanol hangat dan aquades hangat. Dua pelarut tersebut,
yang satu harus bisa melarutkan dan yang satunya lagi harus bisa mengkristalkan.
Dalam hal ini alkohol berperan untuk melarutkan sedangkan air berperan untuk
mengkristalkan (Frida, 2011). Syarat pelarut rekristalisasi adalah dalam keadaan
panas maupun dingin, aspirin tetap larut dalam alkohol sehingga perlu
ditambahkan air untuk membantu mengkristalkan aspirin. Akan tetapi
penambahan air dilakukan setelah aspirin larut dalam etanol, karena aspirin akan
berubah menjadi asam asetat jika terkena air langsung (Bandan, 2011)
Setelah pemanasan (dalam penangas air), senyawa organik termasuk
aspirin dan asam salsilat akan larut. Bila terjadi endapan, saring larutan dalam
keadaan panas dengan cepat. Campuran kemudian dibiarkan dingin. Kelarutan
aspirin dan asam salsilat pada campuran air dan etanol tersebut berkurang seiring
dengan penurunan suhu. Akibatnya, setelah campuran kembali dingin, akan
terbentuk kristal produk yang murni, karena zat tetap akan larut, tidak membentuk
kristal produk murni yang diperoleh kemudian disaring dengan corong Buchner.
Lalu, keringkan pada suhu kamar dan timbang berat aspirin yang telah kering.
Hasil kristal aspirin murni yang didapat yaitu 2,08 gram. Berat yang
diharapkan yaitu 3,78 gram. Dan dari hasil pengolahan data, diperoleh rendemen
sebesar 55.03 %. Jumlah ini menyatakan perbandingan antara jumlah produk yang
diperoleh dari percobaan dengan jumlah produk secara teoritis atau stoikiometri
aspirin.
Massa aspirin yang didapatkan ternyata hasilnya berbeda dengan
perhitungan massa aspirin secara teoritis. Adapun beberapa faktor kesalahan
diantaranya adalah ketidakmurnian bahan-bahan yang digunakan, selain kesalahan
pada penimbangan dan pengukuran juga dapat mempengaruhi jumlah kristal
aspirin yang didapatkan. Selain itu jika memang produk yang diperoleh dari hasil
percobaan adalah 100% aspirin, maka kesalahan terdapat pada proses pengerjaan.
Kemungkinan, ada aspirin yang terlarut pada pelarut pada saat penyaringan
pertama (sebelum rekristalisasi) sehingga mengurangi jumlah yang diperoleh.
Seperti yang di bahas sebelumnya, bahwa aspirin sedikit larut dalam air.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan-bahan,
yaitu alat-alat yang digunakan dalam pembuatan aspirin harus bebas air (kering),
jika aspirin yang sudah terbentuk terkena air, maka aspirin akan berubah kembali
menjadi asam asetat atau anhidrida asetat dan tidak dapat dipakai kembali. Adanya
bahan yang mudah menyerap air yaitu anhidrida asetat sehingga kadarnya akan berubah
dan reaksi tidak akan berjalan sempurna.
Harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar
terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 500C - 60C. Pada
suhu tersebut merupakan suhu optimal pada pembentukan aspirin (reaksi
berlangsung cepat tetapi ikatan ester aspirin tidak lepas). Jika suhu yang
digunakan di atas 600C maka ester yang terbentuk dapat terurai sehingga aspirin
tidak dapat terbentuk. Dan bila suhu yang digunakan dibawah 500C, maka reaksi
yang terjadi akan berlangsung lambat.
Selanjutnya ambil sedikit kristal aspirin hasil kristalisasi, masukkan ke
dalam tabung reaksi. Larutkan kristal menggunakan etanol 1 mL. Tambahkan ferri
klorida pada larutan tersebut. Apabila warna larutan berubah menjadi ungu, ini
terjadi karena adanya reaksi antara asam salsilat dengan ion Fe(H2O)63+. Atom
oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salsilat
akan berikatan dengan ion kompleks tersebut.Sedangkan, jika ferri klorida di
tambahkan pada larutan aspirin tidak terbentuk larutan berwarna ungu. Hal ini
terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat yang berikatan dengan ion
kompleks tersebut, tetapi gugus asetil tidak berikatan.
Berdasarkan hasil percobaan, tidak terbentuk warna ungu setelah
penambahan ferri klorida pada larutan produk hasil sintesis tetapi yang di
dapatkan warna kuning sedikit bening. Maka produk yang di dapatkan dari
percobaan telah murni dan tidak mengandung asam salsilat. Apabila masih ada
asam salisilat, maka harus dilakukan rekristalisasi ulang sampai tidak berwarna
ungu lagi bila diuji dengan FeCl3.
4.3
O
H
CH3COOH
O-FeCl2
+
Fe
Cl3
Cl
CH3COOH
Asam salsilat
Ferri
klorida
(Aspirin belum
murni)
BAB V
Asam
Kesimpulan
Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan
katalis asam sulfat pekat.
k
l
o
r
i
d
Asam
Salisilat
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
A.6.
Campuran
+ asam sulfat pekat
dipanaskan
didinginkan
Gambar
A.7
Campuran
dengan es
Gambar A.13.
Aquades
Gambar A.14. Larutan
Gambar A.14. Larutan
Hangat 40 ml
aspirin-etanol + air
dipanaskan kembali
Rekristalisasi