REAKSI ACETYLASI
PEMBUATAN ASPIRIN
OLEH
KELOMPOK 3
KELAS A
FAJRINA QAISHUM
(1007113681)
ARBHY INDERA I.
(1007113576)
NOFERI YANLI
(1007121556)
YOPALIM Z.
(1007135110)
Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Dinilai Oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Praktikum Kimia Organik.
Disusun Oleh :
1. Fajrina Qaishum
2. Arbhy Indera I
3. Noferi Yanli
4. Yopalim Z
Asisten
Dosen Pembimbing
Abstrak
Abstract
and
for
pain
(analgesic).
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai
obat
penurun
demam,antibiotika,dan
penawar
nyeri
b.
c.
BAB II
LANDASAN TEORI
lebih murni dan dikenal dengan nama asam salisilat. Asam salisilat menjadi dasar
dari banyak produk farmasi lainnya termasuk asam asetilsalisilat, yang dikenal
dengan nama aspirin pada saat sekarang ini.
Walaupun asam salisilat memiliki banyak kegunaan, namun ada efek
samping yang tidak disukai yaitu menyebabkan iritasi pada lambung. Penelitian
dilakukan untuk menetralisir keasaman asam salisilat dengan natrium, dan dengan
mengkombinasikan natrium salisilat dan asetil klorida, namun usaha ini masih
belum berhasil. Baru pada tahun 1899, ilmuwan yang bekerja pada Bayer, Felix
Hoffman berhasil menemukan asam asetilsalisilat yang lebih ramah ke lambung.
Kemudian produk ini diberi nama aspirin, a- dari gugus asetil, -spir- dari nama
bunga spiraea , dan in merupakan akhiran untuk obat pada waktu itu.
dapat dibuat
dengan cara acetylasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan
acetate anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat. Pada pembuatan
aspirin, asam salisilat (0-hydroxy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan
reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin digunakan sebagai obat
penurun demam, antibiotika, dan penawar nyeri (analgetika). Biasanya aspirin
dijual sebagai garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat. Untuk menguji
kemurnian
Aspirin
dapat
menggunakan
larutan
Ferri
klorida
(FeCl3).
(Irdoni,2010)
Asam Salisilat merupakan senyawa turunan Asam benzoate yang dikenal
juga dengan nama Asam orto-hidroksibenzoat. Aspirin juga disebut asam asetil
salisilat atau Acetyl salicyli acid yang merupakan kristal jarum berwarna bening
yang dapat diperoleh dengan cara acetylasi senyawa phenol (dalam bentuk asam
salisilat) menggunakan acetate anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam
sulfat pekat. Pada pembuatan aspirin, asam salisilat berfungsi sebagai alcohol
dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Gugus hidroksi dari asam salisilat
akan bereaksi dengan acetyl dari acetate anhidrat. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi esterifikasi.(Fessenden,1989)
Titik leleh aspirin di atas 70oC . Aspirin tidak larut dalam air . Hal ini
disebabkan karena asam salisilat sebagai bahan baku
Aspirin
merupakan
senyawa turunan Asam Benzoat yang merupakan asam lemah yang memiliki
sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu, dalam pembuatan Aspirin dilakukan
penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi endapan Aspirin. Reaksi ini juga
di lakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat tercapainya energi
aktivasi. Selain pemanasan juga dilakukan pendinginan yang dimaksudkan untuk
membentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin dalam
larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk
endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation).
Asam asetat dengan nama sistematik asam etanoat, CH3COOH,
merupakan cairan tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Asam asetat
larut dalam air dan pelarut organik lainnya. Di dalam air, asam asetat bertindak
sebagai asam lemah. Asam asetat mendidih pada temperatur 118C (245F) dan
meleleh
pada
17C
(62F).
Asam
asetat
biasanya
dibuat
dengan
2.
Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan pendinginan karena
mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus semacam ini penambahan
kristal bibit, mungkin akan efektif. Bila tak ada Kristal bibit, mengeruk
dinding mungkin akan berguna.
3.
Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan
pelarut non polar lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung
merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa polar.
4.
Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah lebih diinginkan. Namun sekali
lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi,
pemilihan pelarut biasanya bukan masalah sederhana
Adapun tahap tahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi pada
umumnya, yaitu :
1. Memilih pelarut yang cocok
Pelarut yang umum digunakan jika dirutkan sesuai dengan kenaikan
kepolarannya adalah petroleum eter ( n-heksan, toluene, kloroform, aseton, etil
asetat, etanol, methanol, dan air). Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu
sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut
dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.
3. Penyaringan
Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor
yang tidak larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk
memisahkan zat zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan,
seperti debu, pasir, dan lainnya. Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya
digunakan corong Buchner. Jika larutannya mengandung zat warna pengotor,
maka sebelum disaring ditambahkan sedikit ( 2 % berat ) arang aktif untuk
mengadsorbsi zat warna tersebut. Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu
banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan.
4. Pendinginan filtrate
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk Kristal. Kadang
kadang pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan ( feed ) yang
berupa Kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan
batang pengaduk dapat mempercepat rekristalisasi.
5. Penyaringan dan pendinginan Kristal
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, Kristal yang
diperoleh perlu disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian
Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam eksikator.
lalu titik lelehnya ditentukan lagi. Bila titik leleh campuran sama dengan titik
leleh senyawa baku, berarti senyawa yang tak diketahui itu sama dengan senyawa
tersebut. Alat penentu titik leleh ada beberapa macam mulai yang manual hingga
digital seperti thiele, Fisher John Melting point apparatus, blok logam atau
dengan system digital.
2.6. Cara Kerja Aspirin
Saat terkena sakit kepala, Anda kemungkinan besar akan mengambil obat
penghilang rasa nyeri untuk menghilangkan keluhan. Aspirin adalah obat yang
ideal karena bekerja dengan memengaruhi proses kimia tubuh untuk
menghilangkan rasa nyeri. Sakit kepala disebabkan oleh berbagai sebab termasuk
faktor lingkungan, alergi makanan, dan stres. Rasa sakit dapat terjadi di seluruh
kepala atau hanya salah satu sisi kepala yang biasa disebut sebagai migren.
Rasa sakit kepala berasal dari saraf di sekitar kulit kepala, serta saraf di
wajah. Sebagian besar saraf terhubung langsung dari kepala ke otak. Saat terjadi
rangsangan nyeri, sinyal ini langsung disalurkan syaraf menuju otak yang
kemudian dirasakan sebagai sakit kepala.
Prostaglandin
Sistem saraf pusat menghasilkan bahan kimia yang disebut prostaglandin
untuk menanggapi rangsangan tertentu. Prostaglandin mampu melawan infeksi
dan trauma pada tubuh. Zat kimia ini bersifat seperti asam lemak tak jenuh, yang
saat bekerja menciptakan gejala nyeri dan peradangan.
Enzim COX-2
Semua sel mengandung enzim. Enzim adalah katalis yang membantu
reaksi kimia tubuh. Enzim COX-2 merupakan bagian penting dari respon
kekebalan. Reaksi enzim COX-2 menyebabkan sel mengirimkan pesan ke otak.
Pesan-pesan
tesebut
membuat
sistem
saraf
pusat
untuk
menghasilkan
Dosis Aspirin
Dosis aspirin bervariasi sesuai dengan intensitas rasa sakit yang dirasakan.
Biasanya dosis normal adalah 324 mg setiap empat jam. Untuk sakit kepala berat,
Anda dapat mengambil hingga 648 mg aspirin setiap empat jam. Disarankan tidak
mengonsumsi lebih dari 48 tablet dalam jangka waktu dua puluh empat
jam.Wanita hamil terutama pada trimester pertama dianjurkan tidak mengambil
aspirin karena dapat memengaruhi perkembangan janin.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Hitung rendemennya.
Gambar 2. Rangkaian
alat saat proses
pemanasan
Gambar 3. Rangkaian
alat saat proses
penyaringan dengan
vakum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
: 1,058 gram
Rendemen=
x 100 % =
,
,
x 100 % = 51,21 %
4.4. Pembahasan
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol
dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol
karena mempunyai gugus OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja
sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin).
Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya
berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak).
Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi
sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi
asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini
akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan
kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan
hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti
setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benarbenar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60C. Pada
suhu tersebut reaksi akan berlangsung baik, sehingga larutan tercampur sempurna.
Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah
dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk
memisahkan aspirin dari pengotornya dengan menggunakan pompa vakum.
Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benarbenar murni.
Pembuatan aspirin dimulai dengan menimbang asam salisilat sebanyak
2,503 gram, di masukkan dalam cawan penguap, ditambahkan dengan 7 ml asam
asetat anhidrat, campuran larutan tidak berwarna, campuran larutan sebelumnya
ditambahkan lagi dengan 5 tetes H2SO4 pekat diaduk sampai campuran larutan
larut. H2SO4 bersifat sebagai katalis. Selanjutnyan Campuran larutan dipanaskan
diatas penangas air untuk mempercepat proses pelarutan asam salisilat kedalam
anhidrida asam asetat sehingga pembentukan aspirin menjadi lebih cepat,
pemanasan dilakukan selama 15 menit pada suhu 50-60oC. Selama proses
acetylasi, pada saat pemanasan dilakukan pada suhu 50-60oC, karena semua
campuran yang kita masukkan akan bereaksi sempurna pada selang suhu tersebut.
Campuran larutan diangkat dari penangas air, didinginkan pada suhu kamar.
Tambahkan 75 ml aquadest, kemudian aduk sempurna, penambahan aquades
bertujuan untuk melarutkan asam salisilat sebagai bahan baku pembentukan
aspirin karena adanya ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus -OH dengan
air, sekaligus menghentikan reaksi karena air akan menghidrolisis anhidrida asam
asetat menjadi 2 molekul asam asetat. Endapan disaring dengan pompa penghisap
atau pompa vakum,dan hasilnya endapan putih atau berbentuk kristal.
Kemudian masuk kedalam tahap rekistralisasi yang bertujuan untuk
menghasilkan kristal aspirin yang lebih murni. Pertama, endapan yang terbentuk
dilarutkan dalam 15 ml alkohol hangat lalu ditambahkan 40 ml air hangat didalam
labu didih dasar bulat. Penambahan alkohol disini yaitu dengan menambahkan
alkohol (etanol), kristal hasil kristalisasi akan melarut dengan mudah dan kristal
akan terpisah dengan air dan diperoleh kristal yang lebih murni dengan jumlah zat
pengotor yang diminimalkan.
Pada uji kemurnian aspirin kristal aspirin diambil sedikit sampel
ditambahkan dengan etanol untuk melarutkan sampel, kemudian di goyangkan,
kristal aspirin dan etanol tidak menyatu karena asam salisilat dan aspirin kurang
larut dalam volume air yang kecil. Setelah itu ditambahkan FeCl3 kedalam
campuran untuk diuji. Jika larutan berwarna kuning bening menandakan aspirin
sudah murni
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan
bantuan asam sulfat pekat sebagai katalis.
Dari hasil pratikum dengan skala lab yang kami lakukan, diperoleh Aspirin
yang dihasilkan dari 2.503 gr asam salisilat adalah sebanyak 1,282 gr
dengan rendemen 51,21%.
5.2. Saran
akan
digunakan
dan
sangat
berhati-hati
dalam
Untuk percobaan ini lakukan penyaringan zat pengotor dengan cepat agar
aspirin yang didapat lebih murni serta lakukan pengadukan secara teratur
agar zat yang dicampur sempurna.
Pada saat rekristalisasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang lebih lama
agar Kristal yang didapat lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.www.chem-is-try.org/materi_kimia/
_senyawa_organik/anhidrida_asam/reaksi_anhirida_asam_dengan_air_alkohol_da
n_fenol/ [2011-11-20]
Anonim.2009.www.faryjackazz.blogspot.com/2009/03/rekristalisasi-pembuatanaspirin-dan.html [2011-11-20]
Anonim.2008.www.gundulshare.blogspot.com/2008/05/pembuatan-aspirin.html
[2011-11-30]
Anonim.2008.www.habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin
[2011-11-30]
HS, Irdoni & Nirwana HZ. 2007. Modul Praktikum Kimia Organik. Pekanbaru.
Program Studi Teknik Kimia S-1 Fakultas Teknik Unri
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit
Erlangga : Jakarta.
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI
Gambar 1. Asam
salisilat 2,503 gr
Gambar 4.
Campuran + As.
sulfat pekat
Gambar 7.
Aquadest 75 ml
Gambar 2. Asam
asetat anhidrat 7 ml
Gambar 5. Campuran
dipanaskan
Gambar 8.
Campuran +
aquadest hangat
Gambar 6. Campuran
didinginkan
Gambar 8. Campuran
didiamkan selama 2
jam