x (Bulan Tahun) xx - xx
Website: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip
Abstrak
Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS dalam asetilasi dan juga inaktivasi siklo-
oksigenase irreversible. Aspirin cepat didestilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang
mempunyai efek anti-inflamasi, antipiretik dan analgesik. Tujuan pembuatan aspirin ini adalah untuk
mempelajari reaksi esterifikasi dan menentukan pengaruh perbandingan reaktan asam salisilat dan anhidrida
setat. Aplikasi dari aspirin yaitu digunakan sebagai obat analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi. Prosedur
dalam pembuatannya dengan mereaksikan asam salisilat dan anhidrida asetat yang disertai dengan asam sulfat
85% yang berperan sebagai katalis, selain itu, dalam prosesnya digunakan penangas air dengan suhu 70-75°C.
Dalam tahapan kristalisasi dilakukan penambahan aquades dan dilakukan proses pendinginan dalam ice bath
untuk menyempurnakan proses kristalisasi. Tahapan selanjutnya yaitu proses penyaringan kristal aspirin yang
terbentuk dengan corong Hirsch. Untuk tahapan rekristalisasi, aspirin yang telah terbentuk direaksikan kembali
dengan etanol 25% dan akuades yang kemudian dipanaskan kembali dalam penangas air. Proses rekristalisasi
dilakukan sama seperti proses kristalisasi. Tahapan akhir, dilakukan proses pengeringan pada oven sehingga
aspirin yang terbentuk dapat diketahui massa serta kadar massanya dan kualitas aspirin yang terbentuk dengan
penentuan pada titik lelehnya.
Abstract
Aspirin is organic weak acid that is unique between AINS in acetylating and cyclooxygenase irreversible
inactivation. Aspirin is quickly distillated by esterase in body producing salicylic that have the effect of anti-
inflammation, antipyretic and analgesic. The purpose of the aspirin production is to study esterification reaction
and to determine the ratio of salicylic acid and acetic anhydrite factor. Application of aspirin is being used as
analgesic, antipyretic and anti-inflammation medicine. Procedure of making the aspirin is to reacting salicylic acid
and acetic anhydrite with sulfuric acid 85% as catalyst, furthermore in the process is used water bath between 70-
75oC. In crystallization stage, add the purified water and do the cooling process on ice bath to perfect crystallization
process. Next stage is filtering aspirin crystal that is formed with Hirsch funnel. For recrystallization stage, aspirin
that is formed reacted again with ethanol 25% and purified water and then heat again in water bath.
Recrystallization process is the same as crystallization process. The last stage, do the drying process in oven so that
aspirin mass that is formed can be discovered along mass concentration and quality of aspirin that is form by
determining the melting point.
gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli
mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi
efisiensi dan toleransinya. Felix Hoffman berhasil senyawa tersebut dan diberi nama salicin yang berasal
melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini
senyawa asam asetil salisilat yang kemudian umum memiliki aktivitas antipretik yang mampu
dikenal dengan istilah aspirin. Bayer sendiri membuka menyembuhkan demam. Penelitian ini kemudian
cabang di Indonesia yaitu dengan nama perusahaan dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck
PT. Bayer Indonesia. pada 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah mendapatkan kristal senyawa salisin dalam kondisi
suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri
digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti- dengan rumus empiris C7H6O3. (Austin, 1984)
inflamasi (anti peradangan). Aspirin juga memiliki Bayer adalah perusahaan pertama yang berhasil
efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah menciptakan senyawa aspirin. Pada tahun 1845,
dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Arthur Eichengrum dari perusahaan Bayer
Selain kegunaan tersebut manfaat aspirin lainya mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus
adalah untuk jerawat karena aspirin memiliki asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi
kandungan aktif asam salisilat yang dapat digunakan efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan
untuk mengecilkan pori–pori pada wajah serta toleransinya. Pada tahun 1897, Felix Hoffman berhasil
mengatasi peradangan dan penggumpalan darah pada melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan
jerawat. senyawa asam asetil salisilat yang kemudian umum
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil dikenal dengan istilah aspirin.(Marry, 2010)
salisilat yang memiliki peranan sangat besar dalam Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah
bidang farmasi. Senyawa aspirin ini tidak terdapat sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
dalam keadaan bebas di alam, jadi untuk digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa
memperolehnya perlu dilakukan sintesis. Sintesis sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam),
adalah reaksi kimia antara dua zat atau lebih untuk dan anti-inflamasi(peradangan). Aspirin juga memiliki
membentuk suatu senyawa baru. Sintesis senyawa efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis
organik adalah sintesis teknik preparasi senyawa yang rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
dapat dianggap sebagai seni, salah satu senyawa jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai
organik yang dapat disentesis adalah aspirin. Aspirin obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik
atau asetosal atau asam asetilsalisilat adalah turunan flu di berbagai wilayah dunia. (Schror,2009)
dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari Asam salisilat (o-hidroksi asam benzoat)
simplisia tumbuhan Coretx salicis. Dilakukanya merupakan senyawa bifungsional, yaitu gugus fungsi
percobaan aspirin ini dapat memberikan gambaran hidroksil dan gugus fungsi karboksil. Dengan demikian
mengenai proses untuk menghasilkan produk aspirin, asam salisilat dapat berfungsi sebagai fenol (hidroksi
serta mengetahui kuantitas dalam massa produk yang benzena) dan juga berfungsi sebagai asam benzoat.
dihasilkan dan kualiatas dalam penentuan titik leleh Baik sebagai asam maupun sebagai fenol, asam
serta kadar massa aspirin yang terkandung dalam salisilat dapat mengalami reaksi esterifikasi. Bila
produk yang dihasilkan tersebut dengan pengaruh direaksikan dengan anhidrida asam akan mengalami
dari variasi perbandingan penggunaan reaktan berupa reaksi esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat
asam salisilat dan anhidrida asetat sehingga dapat (aspirin). Apabila asam salisilat direaksikan dengan
menjadi acuan untuk proses sintesis selanjutnya dan alkohol (metanol) juga mengalami reaksi esterifikasi
dapat disempurnakan kembali. menghasilkan ester metil salisilat (minyak
gandapura). (Horizon,2011)
2. TINJAUAN PUSTAKA Aspirin mengandung gugus fungsi asam
Sejarah penemuan aspirin sudah diawali sejak karboksilat, dengan rumus molekul C9H8O4. Nama
ribuan tahun lalu sejak zaman Yunani kuno di mana IUPAC dari aspirin adalah asam 2-asetilbenzoat. Nama
pada saat itu orang Yunani kuno dan Hippocrates generik aspirin adalah asetosal. Nama kimia dari
menggunakan kulit pohon Willow sebagai obat aspirin adalah asam asetil salisilat. Adapun struktur
penghilang rasa sakit, demam, dan peradangan kimia dari aspirin adalah sebagai berikut.
kemudian khasiat obat ini tersebar luas. (Baysinger,
2004)
Reverend Edward Stone dari Chipping Norton,
Inggris, merupakan orang pertama yang
mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin.
Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan
pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan
menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun 1826,
peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fentana Gambar 1. Struktur Aspirin
melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu
senyawa dari daun willow sebagai agen medis. Dua
2
Jurnal Integrasi Proses Vol. x, No. x (Bulan Tahun) xx - xx
Sifat-sifat fisika dan kimia dari aspirin yaitu massa dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam
molekul relatif aspirin adalah 180,15 gram/mol, titik karboksilat.
leleh aspirin adalah 139°C (282,2°F), aspirin Berikut ini beberapa cara atau metode yang
merupakan senyawa padat berbentuk padatan kristal, ditemukan oleh beberapa tokoh, yang pertama adalah
massa jenis aspirin adalah 1,35 gram/ml, sukar larut proses Wacker, pada proses Wacker sodium phenolate
dalam air, larut dalam etanol dan larut dalam eter, kering direaksikan dengan karbon dioksida
merupakan senyawa polar. menggunakan fenol berlebih sebagai pelarut
Dalam pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi kemudian disuling dengan xilene dan menggunakan
adalah reaksi Esterifikasi yang merupakan prinsip dari azeotroping agent untuk mengurangi air. Kedua,
pembuatan Aspirin. Reaksi Esterifikasi tersebut dapat adalah proses Wolthuis, Wolthuis mereaksikan karbon
dijelaskan sebagai berikut: dioksida dengan potassium phenolate dengan
menggunakan halogenasi benzene seperti
khlorobenzene sebagai pelarutnya. Awalnya pada
proses ini anhydrous potassium phenolate diperoleh
dengan mendestilasi air seluruhnya menggunakan
sebagian khlorobenzene. (Baysinger, 2004)
Adapun sintesa Aspirin menurut Kolbe dimana
dalam pembuatan asam salisilat dilakukan dengan
Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli kimia
Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis
Gambar 2. Reaksi Pembuatan Aspirin ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada
tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang
salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan dihasilkan kemudian di reaksikan dengan Asetat
menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat Anhidrat dengan bantuan Asam Sulfat sehingga
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional dihasilkan asam asetil salisilat dan asam asetat. Selain
yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. itu, sintesa aspirin setelah modifikasi sintesa kolbe
Aspirin disintesis dengan proses esterifikasi atau oleh schmitt, dimana larutan sodium phenoxide masuk
asetilasi. Asetilasi merupakan proses penggantian ke dalam revolving heated ball millyang memiliki
atom H pada gugus -OH atau -NH3 oleh gugus asetil. tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium
Zat pengasetelasi yang umum ialah anhidra asetat, phenoxideberubah menjadi serbuk halus yang kering,
asetil klorida, dan ketena mulyono.Reaksi asetilasi ini kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700
merupakan reaksi yang setimbang. Reaksi asetilasi kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk
sama dengan reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar
alkohol dan asam sehingga dihasilkan suatu ester dan dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan
air. (Tjay,2002) menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan
Ester merupakan turunan asam karboksilat yang asam sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam
gugus – OH dari karboksilnya diganti dengan gugus – salisilat dimurnikan dengan sublimasi. Untuk
OR dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan membentuk Aspirin, asam salisilat di reflux bersama
alkohol, atau dari anhidrida asam denga alcohol.Suatu Asetat Anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20
ester asam karboksilat merupakan suatu senyawa jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam
yang mengandung gugus -CO2R dengan R dapat tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat
berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan
karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan
ester asam karboksilat.Reaksi ini disebut reaksi kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk
esterifikasi. (Fessenden,1992) menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol
Produksi ester secara industri dilakukan dengan 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng
mereaksikan asam asetat anhidrat dengan Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg. (Austin, 1984)
alkohol.Esterifikasi berkataliskan asam merupakan
reaksi yang reversible. Asam anhidrat ialah turunan 3. ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN
dari asam dengan mengambil air dari dua gugus
karboksil dan menghubungkan fragmen-fragmennya. 3.1. Alat
Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil Alat – alat yang digunakan dalam ercobaan untuk
salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin. penelitian sintesis aspirin ini yaitu penangas air,
Proses sintesis aspirin harus dalam kondisi bebas corong Hirsch beserta water vacuum, oven, rangkaian
air, dikarenakan aspirin yang terbentuk akan alat untuk penentuan titik leleh yang terdiri dari statif,
terhidrolisis kembali menjadi asam salisilat jika dalam melting block, bunsen, pipa kapiler dan thermometer,
keadaan berair. Mengingat sifatnya yang higroskopis, serta rangkaian alat titrasi yang terdiri dari statif,
asam sulfat juga berperan sebagai penyerap air. buret, dan erlenmeyer. Adapun peralatan gelas
(Tjay,2002) laboratorium yang digunakan meliputi corong, gelas
Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua beker, gelas ukur, dan kaca arloji.
jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat
3
Jurnal Integrasi Proses Vol. x, No. x (Bulan Tahun) xx - xx
5. KESIMPULAN
Berdasarkan data perolehan hasil sintesis aspirin,
disimpulkan bahwa massa aspirin dipengaruhi oleh
variasi perbandingan massa dan volume dalam
penggunaan reaktan yaitu dengan perbandingan
3.5:4,5 ; 1,75:1,75 ; 2,25:3,5 menghasilkan massa
aspirin secara berturut – turut sebanyak 2,98 gram,
1,08 gram, 2,84 gram dengan kualitas produk yang
tidak dipengaruhi oleh perbandingan reaktan
Gambar 3. Proses penentuan titik leleh aspirin melainkan dipengaruhi oleh penambahan dan
perlakuan dalam proses sintesis aspirin. Kualitas
Titik leleh aspirin berdasarkan literatur adalah berdasarkan titik leleh masih secara berurutan sesuai
139°C. Berdasarkan hasil percobaan, produk aspirin perbandingan reaktan sebesar 108oC, 140C, 990C dan
dengan titik leleh mendekati literature adalah aspirin dengan berdasarkan kadar massa aspirin secara
dengan perbandingan reaktar 1,75 : 1,75 yaitu dengan berurutan sebesar 0,1045 gram, 0,072 gram, 0,144
titik leleh sebesar 140°C. Dalam hal penentuan titik gram
leleh ini, perbandingan reaktan tidak mempengaruhi
kualitas pada aspirin. Kualitas aspirin ini dipengaruhi 6. ACKNOWLEDGMENT/UCAPAN TERIMA KASIH
oleh proses dalam sintesis seperti penambahan Terima kasih kepada assisten laboratorium yang
aquades yang berlebih. Karena berdasarkan data, titik telah membantu dalam penulisan jurnal ini dan
leleh kedua produk aspirin yang lain lebih mendekati Terima kasih kepada Laboratorium Integrasi Proses
titik didih H2O yaitu 100°C dimana daam proses dan Rekayasa Produk Jurusan Teknik Kimia
penentuan titik leleh, ketika H2O mendidih pada suhu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
titik didihnya maka produk aspirin dalam pipa kapiler membantu dalam hal fasilitas untuk penelitian ini.
akan bereaksi dengan H2O sehingga mudah meluruh.
Dan dapat dikatakan bahwa produk aspirin tersebut 7. DAFTAR PUSTAKA
tidak murni karena masih terdapat pengotor berupa Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process
H2O. Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co: Singapura
5
Jurnal Integrasi Proses Vol. x, No. x (Bulan Tahun) xx - xx