Kelompok VII
Anisa Yuliani 1707111278
Dandi Novandri 1707111368
M. Kurnia Sandy 1707113892
Widya Wulandari 1707111281
Percobaan 3
Pembuatan Aspirin (Asam Asetilsalisilat)
Asisten:
M. Rizky S.
Dosen Pengampu:
Drs. Irdoni, HS. MS
ABSTRAK
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke dalam suatu
substrat yang sesuai. Asam asetil salisilat atau aspirin memiliki nama sistematik 2-
acetoxybenzoic acid. Aspirin dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa fenol
(dalam bentuk asam salisilat) menggunakan asetat anhidrat dengan bantuan
sedikit katalis asam sulfat pekat. Pada pembuatan aspirin, asam salisilat berfungsi
sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Praktikum ini
bertujuan untuk membuat aspirin dalam skala labor, mengamati dan mempelajari
reaksi pembentukan aspirin dan menghitung persentasi aspirin yang dihasilkan.
Aspirin dibuat dengan cara melarutkan 3 gram asam salisilat, 7 ml asetat anhidrat
dan katalis asam kuat (H2SO4) lalu dipanaskan pada temperatur 50-60°C. Kristal
yang dihasilkan disaring menggunakan pompa vakum. Untuk mendapatkan kristal
aspirin lebih murni maka dilakukan proses rekristalisasi dengan penambahan
etanol dan air panas. Hasil percobaan ini diperoleh aspirin sebanyak 3,78 gram
dengan rendemen aspirin 96,77%. Untuk pengujian kemurnian aspirin digunakan
larutan FeCl3. Larutan berwarna bening menandakan aspirin sudah murni.
ABSTRACK
Acetylasi reaction is a reaction of acetyl groups entering into an appropriate
substrate. Acetyl salicylic acid or aspirine have systematic name 2-acetoxybenzoic
acid. Aspirine can be made by way acetylasi phenol compounds (in the form of
salicylic acid) using acetic anhydride with the aid of a little concentrated sulfuric
acid catalyst. In the manufacture of aspirine, salicylic acid serves as an alcohol
and the reaction takes place at the hydroxy group. The experiment purpose to
make aspirine in scale laboratorium, watched and trains reaction production
aspirine, and count yield of aspirine. Aspirine made with dissolve 3 grams of
salicylic acid, 7 ml of acetic anhydride, and a strong acid catalyst (H 2SO4) then
heat at temperature of 50-60°C. The resulting crystals filtered using a vacuum
pump. To get a more pure aspirine crystals so recrystallization process performed
by the addition of ethanol and hot water. The results of this experiment as much
as 3,78 gram of aspirine obtained and aspirine was found to yield results of 96,77
%. To test the purity of aspirine can we use a solution of FeCl 3. Solven colored
transparent signify aspirine already pure.
Keywords: Acetylasi,, aspirine, crystal, salicylic acid
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Membuat aspirin dalam skala labor.
2. Mengamati dan mempelajari reaksi asetilasi pembuatan aspirin dari
asam salisilat dan asetat anhidrat.
3. Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan (rendemen).
BAB II
LANDASAN TEORI
Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga
biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini
stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam
kuat, dan pengoksidasi kuat. Turunan yang terpenting dari asam salisilat ini
adalah asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Berbeda dengan asam salisilat, asam asetil salisilat memiliki efek analgesik
antipiretik dan anti inflamasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan asam
salisilat. Penggunaan obat ini sangat luas di masyarakat dan digolongkan ke dalam
obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini juga digunakan sebagai standar dalam
menilai efek obat sejenis. Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi
nonsteroid (AINS). Salisilat digunakan sebagai analgetik, antipiretik, anti
inflamasi, antifungi ( Fessenden, 1987).
Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi
pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian
dari masalah ini disebabkan perbedaan isi pada kedua cairan. Air yang kurang
dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut
membentuk ion hidronium:
Note:
1. Titik Kritis adalah titik dimana fase cairan dan uap tidak bisa
dibedakan.
Sifat kimia dari asam sulfat adalah senyawa nya dapat bereaksi penuh
dengan air dan logam, dapat bereaksi dengan asam, berbentuk fase cair, warna
larutan bening, bersifat korosif, berbau tajam, reaksi Eksoterm, kemurnian zat
sebesar 98 %.
Struktur Besi (III) klorida seperti struktur BiI3, yaitu octahedral dengan
pusat Fe (III) interkoneksi oleh dua koordinat ligan klorida. Besi (III) klorida
memiliki titik lebur yang relatif rendah dan mendidih pada sekitar 315°C. Pada
suhu yang lebih tinggi uap terdiri dari Fe2Cl6 yang semakin berdisosiasi menjadi
monomer FeCl3, berkompetisi dengan dekomposisi reversibel untuk membentuk
besi (III) klorida dan gas klor. Sifat ferri klorida adalah sebagai berikut (Austin,
2008).
Sifat kimia dari Ferri Klorida adalah larut dalam pelarut air, mengalami
hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas), bersifat asam,
dan korosif, digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Austin, 2008).
b. Waktu asetilasi
Waktu asetilasi yang panjang dapat menyebabkan selulosa dan selulosa
asetat terdegradasi sehingga yield produk menjadi kecil.
c. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan yang tinggi akan memperbesar perpindahan massa
sehingga semakin memperbesar kecepatan reaksi sehingga yield yang dihasilkan
akan meningkat.
d. Jumlah asam asetat
Jumlah reaktan yang besar akan memperbesar kemungkinan tumbukan antar
reaktan sehingga mempengaruhi kecepatan reaksi asetilasi
e. Jumlah pelarut
Jumlah pelarut akan mempengaruhi homogenitas dari larutan tetapi jika
jumlahnya terlalu besar akan mengurangi kemungkinan tumbukan antar reaktan
(memperkecil konsentrasi reaktan) sehingga akan memperkecil yield dari produk.
2.6 Aspirin
Aspirin juga disebut asam asetil salisilat atau Acetyl salicyl acid yang
merupakan kristal jarum berwarna bening yang dapat diperoleh dengan cara
acetylasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan acetate
anhidrat dengan bantuan sedikit katalis asam sulfat pekat. Pada pembuatan
aspirin, asam salisilat berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada
gugus hidroksi. Gugus hidroksi dari asam salisilat akan bereaksi dengan acetyl
dari asetat anhidrat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi (Fessenden,
1999).
Aspirin tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam salisilat
sebagai bahan baku aspirin merupakan senyawa turunan asam benzoat yang
merupakan asam lemah yang memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu,
dalam pembuatan aspirin dilakukan penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi
endapan aspirin. Reaksi ini juga di lakukan pada air yang dipanaskan agar
mempercepat tercapainya energi aktivasi. Selain pemanasan juga dilakukan
pendinginan yang dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu
dingin molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada
Sifat Kimia dari aspirin adalah dapat terhidrolisa menjadi asam salisilat
bebas dengan penambahan NaOH 10 %, dapat terhidrolisis oleh air, dan tidak
terhidrolisis dalam asam lemak (Austin, 2008)
Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan
baik, efek-efek berguna dari ester-ester dari asam ini telah diketahui sejak dahulu
kala, daun-daun yang mengandung jumlah yang cukup dari senyawa-senyawa
penawar rasa sakit dan demam ini telah dikelola oleh dokter zaman dahulu kala.
Selain itu aspirin juga digunakan untuk masker wajah anti penuaan dini, arena
aspirin mengandung alat eksfuliator pengelupasan kulit. Biasanya aspirin dijual
dalam bentuk garam natriumnya yaitu Natrium Asetil Asetat. Dosis untuk aspirin
digunakan adalah 1 mg setiap empat jam dan maksimum empat kali dalam sehari
(Asri, 2012).
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin
yaituasam salisitat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau dapat juga
direaksikan dengan asam asetat glasial. Asam asetat anhidrad ini dapat digantikan
dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial ini bersifat murni dan tidak
mengandung air selain itu asam asetat anhidrad juga terbuat dari dua asam
asetat glasial sehingga pada pereaksian volumenya semua digandakan.
Aspirin tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam salisilat
sebagai bahan baku aspirin, yang merupakan senyawa turunan asam benzoat yang
merupakan asam lemah yang memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh karena itu,
dalam pembuatan aspirin dilakukan penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi
endapan aspirin (Fessenden,1987).
2.6.5 Rekristalisasi
Untuk mendapatkan aspirin yang murni, maka harus dilakukan
rekristalisasi. Dimana, rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk
memurnikan zat-zat organik dalam bentuk padat. Oleh karena itu, teknik ini sering
digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil isolasi dari bahan
alami, sebelum dianalisis lebih lanjut. Sebagai metoda pemurnian padatan,
rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab
kemudahannya dan karena keefektifannya (Rofiqoh, 2013).
Material padatan terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada
atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau
dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap
karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan
bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak
terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Adapun syarat – syarat yang dibutuhkan untuk melakukan metoda kristalisai
adalah sebagai berikut (Asri, 2012):
1. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan
yang besar pada suhu. Misalnya, ketergantungan pada suhu NaCl hampir
dapat diabaikan. Jadi pemurnian NaCl dengan rekristalisasi tidak dapat
dilakukan. Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan
pendinginan karena mungkin terbentuk super jenuh. Dalam kasus semacam
ini penambahan Kristal bibit, mungkin akan efektif.
2. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan
pelarut non polar lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung
merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa polar.
3. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah lebih diinginkan. Namun sekali
lagi pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi,
pemilihan pelarut biasanya bukan masalah sederhana.
Kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah dengan batang
pengaduk dapat mempercepat rekristalisasi.
5 Penyaringan dan pendinginan Kristal
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, Kristal yang
diperoleh perlu disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian
Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam eksikator. Aspirin (asetosal) adalah
suatu ester dari asam asetat dengan asam salisilat. Oleh karena itu senyawa ini
dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Gambar 2.8 Reaksi Ferri Klorida dengan Asam Salisilat (Rofiqoh, 2013)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Labu didih dasar bulat
2. Batang pengaduk
3. Penangas air
4. Kertas saring
5. Timbangan analitik
6. Gelas piala
7. Corong buchner
8. Gelas ukur
9. Termometer
10. Statip dan klem
11. Pompa vakum
12. Pipet tetes
13. Kaca arloji
14. Tabung reaksi
15. Baskom
3.2 Bahan
1. Asam salisilat
2. Asetat anhidrat
3. Asam mineral pekat
4. Alkohol
5. Ferri klorida
6. Aquadest
7. Batu es
tabung reaksi yang berisi asam salisilat). Jika laritan aspirin tetap
benung berarti aspirin yang terbentuk telah murni.
5. Jika belum murni, ulangi rekristalisasi terhadap aspirin beberapa kali
dengan cara diatas.
Corong Biuchner
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat aspirin yang dihasilkan = 3,78 gram
Rendemen yang diperoleh = 96,77%
Hasil yang didapat dari hasil percobaan terbagi menjadi beberapa tahap,
yaitu:
4.1.1 Pembuatan Aspirin
No Perlakuan Hasil
1. Pencampuran asam salisiat + asam - Reaksi eksoterm
asetat anhidrat + asam sulfat pekat - Larutan dengan endapan putih
2. Pengadukan larutan Larutan bening
3. Pemanasan pada suhu 50-60 oC Endapan menjadi larut
4. Penambahan 40 ml aquades Terbentuk dua lapisan dalam
larutan
5. Pendinginan dengan batu es Terbentuk endapan
4.2 Pembahasan
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil ke dalam
suatu substrat yang sesuai. Reaksi asetilasi dapat menghasilkan senyawa ester.
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan
asam asetat anhidrat. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena
mempunyai gugus –OH, sedangkan asam asetat anhidridat tentu saja sebagai
anhidrida asam. Selain itu, Digunakan asam asetat anhidrat dimaksudkan karena
senyawa ini tidak mengandung air dan akan dengan mudah menyerap air
sehingga air yang dapat menghidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat dapat
dihindari. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Reaksi
asetilasi menggunakan asam salisilat dan asetat anhidrat sebagai reaktan
menghasilkan produk berupa aspirin dan asam asetat.
Percobaan ini menggunakan 3 gram asam salisiat dan 7 ml asetat anhidrat,
dengan bantuan katalis asam sulfat pekat. Katalis adalah zat yang dapat
mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktifasi. Kerja katalis pada reaksi
asetilasi adalah dengan cara memutuskan ikatan gugus asetil pada asam asetat
anhidrat dan gugus substrat pada asam salisilat. Selain itu asam sulfat pekat juga
berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping
dari reaksi asam salisilat dan asam asetat anhidridat adalah asam asetat. Hasil
samping ini akan terhidrasi membentuk asam asetat anhidridat. Asam asetat
anhidridat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan
tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi
akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Pencampuran semua zat dilakukan dalam lemari asam, karena zat yang
digunakan berbahaya jika kontak secara langsung dengan udara. Setelah itu, labu
dan beberapa tetes FeCl3 terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu.
Penambahan larutan ferri klorida bertujuan untuk menguji kemurnian aspirin yang
telah direkristalisasi. Asam salisilat membentuk kompleks berwarna ungu dengan
penambahan FeCl3 ini. Kompleks ungu ini hanya bisa terjadi antara asam salisilat
dengan FeCl3 karena dalam molekul asam salisilat, atom O (nukleofil) dalam
gugus OH akan menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H nya untuk
membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak membentuk kompleks berwarna ungu
dengan uji ini karena struktur aspirin tidak memiliki gugus OH. Hasilnya adalah
tabung reaksi yang berisi asam salisilat, menghasilkan larutan berwarna ungu,
sedangkan larutan aspirin berubah warna dari putih menjadi kuning kecoklatan
(bening). Dan apabila pada campuran aspirin dengan etanol dan FeCl 3 berwarna
ungu berarti aspirin yang diperoleh belum murni. Aspirin yang kami peroleh
masih belum murni karena masih ada reaktan yang berlebih, yang tidak ikut
bereaksi yaitu asam salisilat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat
anhidridat menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis. Reaksi yang terjadi
pada pembuatan aspirin adalah Reaksi Asetilasi. Berat aspirin yang didapatkan
dari percobaan yaitu 3,78 gram dengan rendemen sebesar 96,77 %.
5.2 Saran
1. Sebaiknya melakukan pencampuran zat-zat untuk membuat aspirin
dilakukan di dalam lemari asam dengan hati-hati.
2. Gunakan pelindung yang disarankan, seperti: masker dan sarung tangan.
3. Perhatikan rentang suhu pada saat pemanasan dengan hati-hati dan teliti.
4. Lakukan penyaringan zat pengotor dengan segera setelah aspirin
dipanaskan agar aspirin yang didapat lebih murni.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
= 7 ml x 1.049 gr/ml
= 7,343 gram
3. Persamaan reaksi
Asam salisilat + Asetat anhidrat → Aspirin + Asam asetat
M : 0,0217 0,072 - -
6. Menghitung yield/rendemen
berat hasil yang didapat
% yield = x 100 %
berat teoritis
3,78
= 3,906 x 100 %
= 96,77 %
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI