SINTESIS SENYAWA P-
NITROASETANILIDA (SUBSTITUSI
ELEKTROFILIK AROMATIK)
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
DISUSUN.OLEH
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mensintesis p-nitroasetanilida melalui reaksi substitusi elektrofilik senyawa
aromatik
2. Menentukan rendemen hasil sintesis
1.4. Hipotesa
Menurut pandangan dan dugaan praktikan bahwa p-nitroasetanilida dapat
disintesis melalui reaksi campuran antara asam nitrat pekat dan asam sulfat
pekat yang menghasilkan rendemen p-nitroasetanilida sebesar 80% dan
sisanya o-nitroasetanilida sebesar 20%.
1.5. Manfaat
1. Mengetahui tentang cara mensintesis p-nitroasetanilida melalui reaksi
substitusi elektrofilik senyawa aromatik.
2. Mengetahui tentang mekanisme reaksi p-nitroasetanilida.
3. Mengetahui tentang cara menentukan rendemen hasil sintesis p-
nitroasetanilida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. p-nitroasetanilida
Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat
yang termasuk dalam golongan amida sekunder (RCONHR’). Beberapa nama lain
dari p-nitroasetanilida antara lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-
asetamidonitrobenzen, N-Acetyl-4-nitroaniline. Senyawa ini berbentuk Kristal
prisma yang berwarna kuning pucat. industri, p-nitroasetanilida, digunakan
sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum digunakan
sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa
gugus yang terikat pada atom N (R’) mengandung inti benzene. Struktur p-
nitrobenzena sebagai berikut:
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872
dengan cara mereaksikan asetofenon dengan NH2OH sehingga terbentuk
asetofenon oksim yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi
asetanilida. Pada tahun 1899, Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara
benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Pada tahun 1905, Weaker menemukan
asetanilida dari aniline dan asam asetat. Asetanilida merupakan senyawa turunan
asetilamina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom
hydrogen pada aniline digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida yang
berbentuk butiran berwarna putih, tidak larut dalam minyak paraffin dan larut
dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
TD : 830 C bahan
peledakak
Bahaya :
menyebabk
an
kebakaran,
korosif.
TD : 78,5 0C pelarut
senyawa
organik
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada tanggal 07 November 2018 di Laboraturium
Kimia Organik UPT LAB Terpadu Universitas Sriwijaya.
2 Asetanilida 1 gram -
1) Asetanilida
= 0,0073 mol
2) Asam nitrat
Diketahui : Mr = 63 gram/mol
Volume = 6 ml
ρ = 1,51 g/ml
Dijawab :
m = ρ×V
= 1,51 gram/ml × 6 ml
= 9,06 gram
m
mol =
Mr
9,06 gram
mol = 63 gram / mol
3) Asam sulfat
Diketahui : Mr = 98 gram/mol
Volume = 24 ml
ρ = 1,84 g/ml
Dijawab :
m = ρ×V
=1,84 gram/ml × 24 ml
= 44,16 gram
m
mol =
Mr
44,16 gram
mol = 98 gram / mol
mol = 0,4506 mol
4) p-nitroasetanilida
= 0,0198 mol
-Teori
C6H5NHCOCH3 (s) + NO2+(aq) + HSO4-(aq) C6H4NHCOCH3NO2 (s) +H2SO4(aq)
M : 0,0073 mol 0,0168 mol 0,4506 mol - -
B : 0,0073 mol 0,0073 mol 0,0073 mol 0,0073 mol 0,0073 mol
S : - 0,0095 mol 0,4433 mol 0,0073 mol 0,0073 mol
-Praktek
C6H5NHCOCH3 (s) + NO2+(aq) + HSO4-(aq) C6H4NHCOCH3NO2 (s) +H2SO4(aq)
M : 0,0073 mol 0,0168 mol 0,4506 mol - -
B : 0,0198 mol 0,0198 mol 0,0198 mol 0,0198 mol 0,0198 mol
S : -0,0125 mol -0,003 mol 0,4308 mol 0,0198 mol 0,0198 mol
BBB
%Konversi = ×100%
SB
0,0198 mol
= 0,0073 mol ×100%
= 27,12%
BBD
%Yield = ×100%
SD
0,0198 mol
= 0,0073 mol ×100%
= 27,12%
Pu (T ) Pu ( P )
%Error = ×100%
Pu (T )
0,0073 mol 0,0198 mol
= 0,0073mol
×100%
= - 171,23 %
4.3. Pembahasan
Pada percobaan ini membahas sintesis p-nitroasetanilida dimana tujuannya
untuk mensintesis p-nitroasetanilida melalui reaksi substitusi elektrofilik senyawa
aromatik dan menentukan rendemen hasil sintesis. Percobaan reaksi pembentukan
p-nitroasetanilida, reaksi asam nitrat dengan asam sulfat akan menghasilkan ion
nitronium (NO2+) yang bersifat elektrofilik. Pada percobaan asetanilida akan
dilarutkan dalam asam asetat glasial, dimana senyawa asetanilida ini tidak
mengandung air. Karena asetanilida termasuk golongan amida, maka asetanilida
mudah terhidrolisis dalam larutan asam dan basa. Sehingga fungsi asam asetat
glasial dalam reaksi ini adalah untuk mencegah hidrolisis dari asetanilida. Selain
itu penambahan asam asetat glasial ini dimaksudkan agar padatan asetanilida
tersebut menjadi larutan. Asam asetat glasial digunakan dalam percobaan ini
karena kelarutan asetanilida lebih besar di dalam asam asetat glasial sehingga
reaksi akan dapat berlangsung dengan maksimal. Penambahan dari asam sulfat
pekat bertujuan agar kelarutan semakin besar akibat interaksi molekul yang
semakin cepat. Kelarutan semakin cepat dikarenakan adanya panas yang
dihasilkan dari asam sulfat tersebut. Asam sulfat pekat ini juga digunakan sebagai
katalisator yang berguna mempercepat reaksi yang terjadi.
Campuran dari larutan tersebut kemudian diletakkan diatas wadah yang
berisi es agar tidak terjadi reaksi oksidasi pada gugus karbonil sehingga
asetanilida ini tidak akan berubah. Hal ini dikarenakan asetanilida akan di
substitusi elektrofil, sehingga produk yang dihasilkan atau molekul target yang
diharapkan akan sesuai. Larutan lama-kelamaan akan mengalami perubahan
warna orange dikarenakan adanya energi yang diberikan oleh asam sulfat pekat
menimbulkan konjugasi dalam asetanilida akan menggeser tingkat energi
kedaerah vis ible. Penambahan asam nitrat dan asam sulfat dengan volume yang
sama. Hal ini sesuai dengan perbandingan volume sama dengan perbandingan
koefisien atau molnya. Tujuan dari perlakuan ini adalah agar asam nitrat berubah
menjadi elektrofil akibat asam sulfat. Perbandingan dibuat sama karena jika
sampai berlebih pada asam sulfat maka akan ada reaksi sulfonasi yang terjadi
sehingga produk menjadi tidak murni dan molekul target yang diharapkan
berkurang.
Pada percobaan ini suhu yang dijaga tidak boleh lebih dari 10°C bertujuan
agar tidak ada reaksi samping dari pembentukan elektrofil dan dapat
menghasilkan suatu panas atau reaksi esotermik dengan jumlah energi yang cukup
besar sehingga dapat meminimalisir resiko yang mungkin terjadi terbentuknya
salah satu isomer p-nitroasetanilida. Penambahan larutan nitrasi kedalam
campuran yang berisi asetanilida dilakukan secara perlahan-lahan. Hal ini
dikarenakan untuk mencegah terjadinya reaksi dari nitrasi terbentuknya p-
nitroanilina. Reaksi ini dapat terjadi akibat terlalu banyak ion hidrogen atau H +
yang dapat mengkatalis reaksi hidrolisis dalam p-nitroasetanilida. Pengadukan
dilakukan agar reaksi berlangsung lebih cepat dan sirkulasi udara ke larutan
semakin bertambah sehingga meningkatnya suhu secara cepat berkurang.
Nitrasi merupakan masuknya gugus nitro kedalam benzena pada posisi
para karena amida merupakan pengarah orto para. Dalam percobaan ini, yang
berperan sebagai elektrofil adalah ion nitronium (NO2+) yang dapat menyerang
cincin benzena dari asetanilida.Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah
yang dikenal sebagai reaksi nitrasi. Hasilnya berupa senyawa antara ion
benzonium dan pada akhir reaksi akan dihasilkan p-nitroasetanilida dan asam
(H3O+). Keadaan ini semakin membuat kepastian produk para semakin banyak
sehingga semakin baik dalam perlakuan sintesis. Pada percobaan kami terbentuk
larutan yang berwarna cokelat dikarenakan pencampuran yang terlalu cepat
sehingga sebagian molekul akan mengalami oksidasi berlebih. Pendiaman selama
30 menit ini dilakukan agar reaksi berlangsung sempurna. Pendiaman larutan
dilakukan agar reaksi dapat berlangsung hingga tidak ada sisa bagi reaktan dan
produk yang diinginkan terbentuk mendekati 100%. Perlakuan ini bertujuan untuk
pembentukan kristal. Suhu yang rendah akan semakin mempercepat pembentukan
kristal tersebut. Pada percobaan ini kristal yang diperoleh akan menjadi berwarna
kuning. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan elektron antar molekul yang
berikatan mengakibatkan timbulnya warna pada kristal itu, Setelah itu cairan
tersebut akan dituangkan ke dalam air es sambil diaduk-aduk dan didiamkan
selama 15 menit. Hal ini dilakukan karena isomer orto dapat menjadi larut dalam
air dingin, sedangkan isomer para tidak dapat larut dalam air dingin atau akan
membentuk endapan yang berupa Kristal.
Pada percobaan ini yang menjadi kristal atau endapan merupakan senyawa
p-nitroasetanilida sedangkan filtrat merupakan senyawa o-nitroasetanilida. Kristal
ataupun endapan p-nitroasetanilida dicuci dengan air es beberapa kali hingga
asam tersebut menjadi hilang. Hal ini dimaksudkan untuk melarutkan isomer orto
yang mungkin masih terdapat pada kristal atau endapan. Untuk mendapatkan
kristal p-nitroasetanilida dapat dilakukan dengan cara penyaringan menggunakan
corong biasa. Hal ini dikarenakan jika menggunakan corong Buchner maka waktu
yang diperlukan akan menjadi relatif lebih lama karena alat yang digunakan itu
terbatas, sedangkan pada saat melakukan percobaan ini kelompok yang telah
dibagikan itu banyak sehingga jika ingin menggunakan corong Buchner maka
waktunya pada saat praktikum akan menjadi lebih lama dari waktu praktikum
yang telah ditentukan tersebut dan jika menggunakan corong Buchner maka yang
akan dilakukan itu adalah rekristalisasi. Sebenarnya pada praktikum ini pada
prosedur percobaan dilakukan rekristalisasi karena waktu yang tidak
memungkinkan untuk melakukan rekristalisasi dengan etanol panas itu maka
praktikan hanya dapat melakukan kristalisasi saja pada praktikum.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Senyawa p-nitroasetanilida dapat disintesis melalui senyawa
asetanilida dengan substitusi elektrofilik oleh ion nitrosonium dari
campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat.
5.1.2. Penambahan asam asetat glacial dalam percobaan ini dengan tujuan
untuk mencegah dekomposisi asetanilida menjadi aniline dan asetat.
5.1.3. Penambahan asam sulfat pekat dalam percobaan ini untuk
mempercepat terjadinya reaksi atau sebagai katalis.
5.2. Saran
5.2.1. Pada percobaan ini diharapkan pratikan berhati-hati terhadap bahan
yang digunakan karena menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti
asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat.
5.2.2. Pada percobaan ini diharapkan praktikan berhati-hati dalam
menggunakan alat-alat praktikum karena alat yang digunakan banyak
yang terbuat dari kaca sehingga rentan pecah.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
GAMBAR ALAT
Beaker Glass 50 ml Beaker Glass 250 ml Gelas Ukur 25 ml
Batang Pengaduk
DAFTAR PUSTAKA