Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TETAP

SINTESIS SENYAWA
P-NITROASETANILIDA (SUBSTITUSI
ELEKTROFILIK AROMATIK)
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

DISUSUN.OLEH

KURNIA MEGA LESTARI 06101381722047


INDRI YUNITA 06101381722050
SERLY TASIA PUTRI 06101381722053
FRIDA RAMADIAN 06101381722057
TASYA BELINA 06101381722058
\

SHIFT : RABU, 08.00-10.00


CO-SHIFT : ADHE MUHAMMAD RAINADI
ASISTEN : GITA ANGGRAINI
...
.....

UPT LABORATORIUM TERPADU


UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat
yang termasuk dalam golongan amida sekunder (RCONHR’). Beberapa nama lain
dari p-nitroasetanilida antara lain N-(4-nitrofenil)asetamida, p-
asetamidonitrobenzen, N-Acetyl-4-nitroanilin. Senyawa ini berbentuk Kristal
prisma yang berwarna kuning pucat. Dalam industri, p-nitroasetanilida, digunakan
sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum digunakan
sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa
gugus yang terikat pada atom N (R’) mengandung inti benzena.
Sehingga senyawa ini dapat juga dikategorikan kedalam senyawa benzene
terdisubstitusi. Kedua substituent pada senyawa ini adalah gugus – NO2 (gugus
nitro) dan gugus –NHCOCH3 (gugus asetil amina). Senyawa p-nitroasetanilida ini
memiliki 2 buah isomer posisi, yaitu : o-nitroasetanilida dan m-nitroasetanilida.
Dalam keadaan padat, suatu isomer para (p) lebih simetris dan dapat membentuk
kisi kristal yang lebih teratur jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya.
Selain itu, kedua isomer tersebut lebih sulit terbentuk. Hal ini menyebabkan
isomer para lebih stabil dalam perolehannya.
Secara umum, p-nitroasetanilida dibuat dengan jalan mereaksikan
asetanilida bersama asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan asam asetat glasial.
Di sini, asam sulfat pekat berfungsi sebagai pembentuk ion nitronium (NO2+) yang
dapat menyerang molekul asetanilida untuk menghasilkan molekul p-
nitroasetanilida. Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah yang dikenal
dengan proses reaksi nitrasi. Senyawa p-nitroasetanilida berbentuk Kristal (padat),
sehingga proses pemurniannya dilakukan dengan cara kristalisasi dan
rekristalisasi.

1.2. Rumusan masalah:


1. Bagaimana cara mensintesis senyawa p-nitroasetanilida melalui reaksi
substitusi elektrofilik senyawa aromatik?
2. Bagaimana cara menentukan rendemen hasil sintesis?

1.3. Tujuan
1. Mensintesis p-nitroasetanilida melalui reaksi substitusi elektrofilik senyawa
aromatik
2. Menentukan rendemen hasil sintesis

1.4. Hipotesa
Menurut pandangan dan dugaan praktikan bahwa p-nitroasetanilida dapat
disintesis melalui reaksi campuran antara asam nitrat pekat dan asam sulfat
pekat yang menghasilkan rendemen p-nitroasetanilida sebesar 80% dan
sisanya o-nitroasetanilida sebesar 20%.

1.5. Manfaat
1. Mengetahui tentang cara mensintesis p-nitroasetanilida melalui reaksi
substitusi elektrofilik senyawa aromatik.
2. Mengetahui tentang mekanisme reaksi p-nitroasetanilida.
3. Mengetahui tentang cara menentukan rendemen hasil sintesis p-
nitroasetanilida.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. p-nitroasetanilida
Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat
yang termasuk dalam golongan amida sekunder (RCONHR’). Beberapa nama lain
dari p-nitroasetanilida antara lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-
asetamidonitrobenzen, N-Acetyl-4-nitroaniline. Senyawa ini berbentuk Kristal
prisma yang berwarna kuning pucat. industri, p-nitroasetanilida, digunakan
sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum digunakan
sebagai zat pewarna. Jika diamati struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa
gugus yang terikat pada atom N (R’) mengandung inti benzene. Struktur p-
nitrobenzena sebagai berikut:

Gambar 1. Rumus Struktur p-nitroasetanilida


(Sumber: (Indri dan Windysari, 2011).

p-nitroasetanilida dihasilkan dari nitrasi asetanilida dalam larutan asam


asetat menghasilkan p-nitroasetanilida. Sedangkan Asetanilida sendiri merupakan
senyawa turunan asetil amina aromatis yang digunakan sebagai amida primer,
dimana satu atom hidrogen pada anilina digantikan dengan satu gugus asetil.
Asetanilida berbentuk butiran warna putih tidak larut dalam minyak paraffin dan
larut dalam air dengan bantuan klorat anhidrat (Ahluwalia dan Raghav, 1997).
Senyawa ini dapat juga dikategorikan kedalam senyawa benzena terdisubstitusi.
Kedua substituent pada senyawa ini adalah gugus –NO 2 (gugus nitro) dan gugus –
NHCOCH3 (gugus asetilamina). Senyawa p-nitroasetanilida ini memiliki 2 buah
isomer posisi, yaitu o-nitroasetanilida dan m-nitroasetanilida.
Suatu isomer para (p) lebih simetris dan dapat membentuk kisi kristal yang
lebih teratur jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya dalam keadaan
padatan. Selain itu, kedua isomer tersebut lebih sulit terbentuk. Hal ini
menyebabkan isomer para lebih stabil dalam perolehannya (Indri dan Windysari,
2011). Senyawa p-nitroasetanilida ini memiliki 2 buah isomer posisi, yaitu: o-
nitroasetanilida dan m-nitroasetanilida. Suatu isomer para (p) lebih simetris dalam
keadaan padat dan dapat membentuk kisi kristal yang lebih teratur
jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya. Sehingga, dalam percobaan akan
didapatkan p-nitroasetanilida yang lebih mendominasi dan bahkan dapat
dikatakan produk yang diperoleh berupa p-nitroasetanilida. Selain itu, kedua
isomer tersebut lebih sulit terbentuk. Hal ini menyebabkan isomer para lebih stabil
dalam perolehannya.

Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872
dengan cara mereaksikan asetofenon dengan NH2OH sehingga terbentuk
asetofenon oksim yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi
asetanilida. Pada tahun 1899, Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara
benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Pada tahun 1905, Weaker menemukan
asetanilida dari aniline dan asam asetat. Asetanilida merupakan senyawa turunan
asetilamina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom
hydrogen pada aniline digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida yang
berbentuk butiran berwarna putih, tidak larut dalam minyak paraffin dan larut
dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.

2.2. Reaksi Substitusi Elektrofilik Aromatik


Reaksi substitusi elektrofilik adalah reaksi kimia di mana
suatu elektrofil menggantikan sebuah gugus fungsional dalam suatu senyawa,
yang biasanya, tapi tidak selalu, merupakan atom hidrogen. Reaksi substitusi
elektrofilik aromatik merupakan ciri khas dari senyawq aromatik, serta merupakan
cara penting untuk memasukkan gugus fungsional ke dalam cincin benzena.
Dalam substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik, sebuah atom ditambahkan
dalam cincin aromatik, biasanya hidrogen, digantikan oleh suatu elektrofil.
Secara umum, p-nitroasetanilida dibuat dengan jalan mereaksikan asetanilida
bersama asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan asam asetat glasial. Asam sulfat
pekat berfungsi sebagai pembentuk ion nitronium (NO2+) yang dapat menyerang
molekul asetanilida untuk menghasilkan molekul p-nitroasetanilida. Mekanisme
penyerangan oleh ion nitronium inilah yang dikenal dengan proses reaksi nitrasi.
Senyawa p-nitroasetanilida berbentuk kristal (padat), sehingga proses
pemurniannya dilakukan dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi (Indy dan
Windysari, 2011).

Nitrasi aromatik menggunakan katalis asam sulfat. Asam sulfat memprotonasi


asam nitrat, yang kemudian melepaskan air dan menghasilkan ion nitronium, yaitu
NO2+ yang mengandung atom nitrogen bermuatan positif. Ion nitronium yang
merupakan suatu elektrofil kuat menyerang cincin aromatik. Oleh karena itu, ion
nitronium, yaitu NO2+ adalah pengaktif reaksi nitrasi. p-nitroasetanilida dibuat
dengan nitrasi asetanilida dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat
(campuran nitrasi). Produk utamanya adalah p-nitroasetanilida dan produk
minornya berupa o-nitroasetanilida juga terbentuk selama proses nitrasi. o-
nitroasetanilida sangat larut dalam etil alcohol dan isolasi p-nitroasetanilida
menggunakan metode kristalisasi sangatlah cocok (Ahluwalia dan Raghav, 1997).

2.3. Sifat fisika dan kimia, Kegunaan serta Bahaya dari Bahan
Tabel 1. Data Sifat fisika dan kimia, Kegunaan serta Bahaya dari Bahan
Nama Sifat Guna dan
No Sifat Fisika
Senyawa Kimia Bahaya
1. Asetanilida  Kristal tidak  dalam air  Guna :
(C8H9NO) berwarna mudah manufaktur
 tidak berbau terhidrolisa kesehatan,
 tidak berkilau menjadi pewarna

 BM : 135,16 asam asetat larutan H2O2,

gr/mol dan anilin. sebagai

 BJ : 1,219  1 gram larut penambah

g/ml dalam 185 pada

 TL : 1130C- ml air metilselulosa

1150C dingin, 20 , varnish.


ml air Dalam reaksi
 TD : 3040C-
panas, 3,4 berguna
3050C
ml alkohol, sebagai
3 ml reaktan.
metanol, 0,6  Bahaya : rasa
ml alkohol terbakar
panas, 3,7 ringan
ml
kloroform.

2. Asam asetat  Cairan jernih  jika  Guna :


glasial  tidak diencerkan dalam reaksi
berwarna dengan air berguna
 bau khas dan rasanya untuk
tajam asam. menjaga agar
 BJ : 1,049  dapat asetanilida
g/ml dicampur tidak

 TL : 15,60 C dengan terhidrolis

 TD : 1180 C air,etanol  Bahaya :


(95%) korosif,
dengan menyebabka
gliserol. n muntah,
diare,
anemia,
hingga
kematian.
3. Asam nitrat pekat  Mengandung  Guna :
 merupakan
(HNO3 p) 70%-71% pembuatan
oksidator
HNO3 substrat
Cairan tidak  bereaksi organik dan

berwarna keras dengan anorganik,


alkohol. kandungan
 BJ : 1,512
g/ml nitro untuk

 TL : 41,590 C pupuk dan

 TD : 830 C bahan
peledakak
 Bahaya :
menyebabka
n kebakaran,
korosif.

4. Asam Sulfat  Cairan kental  Mampu  Bahaya :


pekat (H2SO4 p ) seperti minyak menarik air korosif untuk
 tidak berbau dari udara seluruh organ
dan maupun dari tubuh, uapnya
 tidak zat organik. menyebabkan
berwarna kerusakan
 larut dalam air
 BJ : 1,389 paru, bila
dan alkohol
g/ml kontak dengan
dengan
 TL : 10,490 C mata
melepaskan
 TD : 3400 C menyebabkan
panas dan
kebutaan
kontraksi
 Guna : dalam
volume
reaksi berguna
sebagai
pembentuk ion
nitronium.
5. Etanol  Cairan tidak  mengabsorpsi  Bahaya :
(C2H5OH) berwarna air dari udara- mudah
 mudah larut dalam terbakar

menguap air,CHCl3p dengan api


dan eter bebas,
 bau khas
menyebabkan
 rasa panas
pusing,
dan mudah
muntah,
terbakar
panas,
 BJ : 0,810 mengantuk.
g/ml  Guna: sebagai
 TL : 114,1 C0
pelarut

 TD : 78,5 0C senyawa
organik

2.4. Manfaat p-nitroasetanilida


Produk asetanilida banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri
farmasi, yaitu untuk pembuatan analgesik (obat untuk mengurangi rasa sakit) dan
untuk pembuatan antipiretik (obat penurun panas). Kegunaan utama lainnya
adalah sebagai bahan pembantu dalam proses pembuatan cat dan karet. Kebutuhan
asetanilida di Indonesia meningkat rata-rata sebesar 9,96% per tahun (Data BPS).
Indonesia sendiri belum memiliki produsen asetanilida, oleh karena itu
produksinya belum dapat memenuhi kebutuhan asetanilida
dalam negeri yang sebagian besar dikonsumsi oleh industry farmasi (Hartanti,
2007).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat Percobaan


Percobaan dilakukan pada tanggal 07 November 2018 di Laboraturium Kimia
Organik UPT LAB Terpadu Universitas Sriwijaya
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah beaker gelas 50 ml, beaker gelas 250 ml,
corong gelas, gelas ukur 25 ml, gelas ukur 10 ml, dan thermometer.
3.2.2. Bahan
1) Asam asetat glacial 12 ml
2) Asetanilida 1 gr
3) Asam sulfat pekat 28 ml
4) Asam nitrat pekat 6 ml
5) Air es
3.3 Prosedur Percobaan
1) Masukkan 12 ml asam asetat glasial ke dalam beker gelas 250 ml dan
tambahkan kedalamnya asetanilida sebanyak 1 gram, aduk terus.
2) Kemudian tambahkan secara bertahap sambil diaduk asam sulfat pekat
sebanyak 24 ml. Campuran menjadi hangat dan hasilnya adalah larutan
jernih.
3) Dinginkan campuran tersebut hingga 0 – 2 C dalam wadah berisi es lalu
tambahkan asam nitrat pekat sebanyak 6 ml dan asam sulfat pekat 4 ml
setetes demi setetes sambil terus diaduk.
4) Setelah semua asam telah ditambahkan, keluarkan beker gelas dari wadah
berisi es dan biarkan pada suhu kamar selama 30 – 40 menit. Kemudian
tuangkan campuran reaksi tersebut ke dalam beker gelas yang berisi es yang
sudah dihancurkan dan aduk.
5) o-nitroasetanilida yang larut tetap dalam larutan, sementara pnitroasetanilida
yang tidak larut akan mengendap sebagai padatan.
6) Saring produk (p-nitroasetanilida), cuci dengan air dingin kemudian saring
lalu rekristalisasi dengan etanol panas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
No Jenis Bahan Massa Awal Volume ( mL)
(gram)
1 Asam asetat glacial - 12 mL

2 Asetanilida 1 gram -

3 Asam sulfat pekat 1 - 24 mL

4 Asam sulfat pekat 2 - 4 mL

5 Asam nitrat pekat - 6 mL

6 p-nitroasetanilida 3,57 gram -

4.2. Mekanisme Reaksi dan Perhitungan


4.2.1. Mekanisme Reaksi
4.2.2. Perhitungan
1) Asetanilida

Diketahui : Mr = 135,16 gram/mol


m = 1 gram
Dijawab :
m
Mol =
Mr
1gram
= 135,16 gram / mol

= 0,0073 mol

2) Asam nitrat

Diketahui : Mr = 63 gram/mol
Volume = 6 ml
ρ = 1,51 g/ml
Dijawab :
m = ρ×V
= 1,51 gram/ml × 6 ml
= 9,06 gram
m
mol =
Mr
9,06 gram
mol = 63 gram / mol

mol = 0,0168 mol

3) Asam sulfat

Diketahui : Mr = 98 gram/mol
Volume = 24 ml
ρ = 1,84 g/ml
Dijawab :
m = ρ×V
=1,84 gram/ml × 24 ml
= 44,16 gram
m
mol =
Mr
44,16 gram
mol = 98 gram / mol

mol = 0,4506 mol


4) p-nitroasetanilida

Diketahui : Mr = 180 gram/mol


m = 3,57 gram
Dijawab :
m
mol =
Mr
3,57 gram
= 180 gram / mol

= 0,0198 mol

-Teori
C6H5NHCOCH3 (s) + NO2+(aq) + HSO4-(aq) C6H4NHCOCH3NO2 (s) +H2SO4(aq)
M : 0,0073 mol 0,0168 mol 0,4506 mol - -
B : 0,0073 mol 0,0073 mol 0,0073 mol 0,0073 mol 0,0073 mol
S : - 0,0095 mol 0,4433 mol 0,0073 mol 0,0073 mol

-Praktek
C6H5NHCOCH3 (s) + NO2+(aq) + HSO4-(aq) C6H4NHCOCH3NO2 (s) +H2SO4(aq)
M : 0,0073 mol 0,0168 mol 0,4506 mol - -
B : 0,0198 mol 0,0198 mol 0,0198 mol 0,0198 mol 0,0198 mol
S : -0,0125 mol -0,003 mol 0,4308 mol 0,0198 mol 0,0198 mol

BBB
%Konversi = ×100%
SB
0,0198 mol
= 0,0073 mol ×100%

= 27,12%
BBD
%Yield = ×100%
SD
0,0198 mol
= 0,0073 mol ×100%

= 27,12%

Pu (T )  Pu ( P )
%Error = ×100%
Pu (T )
0,0073 mol  0,0198 mol
= 0,0073mol
×100%

= - 171,23 %

4.3. Pembahasan
Pada percobaan ini membahas sintesis p-nitroasetanilida dimana tujuannya
untuk mensintesis p-nitroasetanilida melalui reaksi substitusi elektrofilik senyawa
aromatik dan menentukan rendemen hasil sintesis. Percobaan reaksi pembentukan
p-nitroasetanilida, reaksi asam nitrat dengan asam sulfat akan menghasilkan ion
nitronium (NO2+) yang bersifat elektrofilik. Pada percobaan asetanilida akan
dilarutkan dalam asam asetat glasial, dimana senyawa asetanilida ini tidak
mengandung air. Karena asetanilida termasuk golongan amida, maka asetanilida
mudah terhidrolisis dalam larutan asam dan basa. Sehingga fungsi asam asetat
glasial dalam reaksi ini adalah untuk mencegah hidrolisis dari asetanilida. Selain
itu penambahan asam asetat glasial ini dimaksudkan agar padatan asetanilida
tersebut menjadi larutan. Asam asetat glasial digunakan dalam percobaan ini
karena kelarutan asetanilida lebih besar di dalam asam asetat glasial sehingga
reaksi akan dapat berlangsung dengan maksimal. Penambahan dari asam sulfat
pekat bertujuan agar kelarutan semakin besar akibat interaksi molekul yang
semakin cepat. Kelarutan semakin cepat dikarenakan adanya panas yang
dihasilkan dari asam sulfat tersebut. Asam sulfat pekat ini juga digunakan sebagai
katalisator yang berguna mempercepat reaksi yang terjadi.
Campuran dari larutan tersebut kemudian diletakkan diatas wadah yang
berisi es agar tidak terjadi reaksi oksidasi pada gugus karbonil sehingga
asetanilida ini tidak akan berubah. Hal ini dikarenakan asetanilida akan di
substitusi elektrofil, sehingga produk yang dihasilkan atau molekul target yang
diharapkan akan sesuai. Larutan lama-kelamaan akan mengalami perubahan
warna orange dikarenakan adanya energi yang diberikan oleh asam sulfat pekat
menimbulkan konjugasi dalam asetanilida akan menggeser tingkat energi
kedaerah vis ible. Penambahan asam nitrat dan asam sulfat dengan volume yang
sama. Hal ini sesuai dengan perbandingan volume sama dengan perbandingan
koefisien atau molnya. Tujuan dari perlakuan ini adalah agar asam nitrat berubah
menjadi elektrofil akibat asam sulfat. Perbandingan dibuat sama karena jika
sampai berlebih pada asam sulfat maka akan ada reaksi sulfonasi yang terjadi
sehingga produk menjadi tidak murni dan molekul target yang diharapkan
berkurang.
Pada percobaan ini suhu yang dijaga tidak boleh lebih dari 10°C bertujuan
agar tidak ada reaksi samping dari pembentukan elektrofil dan dapat
menghasilkan suatu panas atau reaksi esotermik dengan jumlah energi yang cukup
besar sehingga dapat meminimalisir resiko yang mungkin terjadi terbentuknya
salah satu isomer p-nitroasetanilida. Penambahan larutan nitrasi kedalam
campuran yang berisi asetanilida dilakukan secara perlahan-lahan. Hal ini
dikarenakan untuk mencegah terjadinya reaksi dari nitrasi terbentuknya p-
nitroanilina. Reaksi ini dapat terjadi akibat terlalu banyak ion hidrogen atau H +
yang dapat mengkatalis reaksi hidrolisis dalam p-nitroasetanilida. Pengadukan
dilakukan agar reaksi berlangsung lebih cepat dan sirkulasi udara ke larutan
semakin bertambah sehingga meningkatnya suhu secara cepat berkurang.
Nitrasi merupakan masuknya gugus nitro kedalam benzena pada posisi
para karena amida merupakan pengarah orto para. Dalam percobaan ini, yang
berperan sebagai elektrofil adalah ion nitronium (NO2+) yang dapat menyerang
cincin benzena dari asetanilida.Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah
yang dikenal sebagai reaksi nitrasi. Hasilnya berupa senyawa antara ion
benzonium dan pada akhir reaksi akan dihasilkan p-nitroasetanilida dan asam
(H3O+). Keadaan ini semakin membuat kepastian produk para semakin banyak
sehingga semakin baik dalam perlakuan sintesis. Pada percobaan kami terbentuk
larutan yang berwarna cokelat dikarenakan pencampuran yang terlalu cepat
sehingga sebagian molekul akan mengalami oksidasi berlebih. Pendiaman selama
30 menit ini dilakukan agar reaksi berlangsung sempurna. Pendiaman larutan
dilakukan agar reaksi dapat berlangsung hingga tidak ada sisa bagi reaktan dan
produk yang diinginkan terbentuk mendekati 100%. Perlakuan ini bertujuan untuk
pembentukan kristal. Suhu yang rendah akan semakin mempercepat pembentukan
kristal tersebut. Pada percobaan ini kristal yang diperoleh akan menjadi berwarna
kuning. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan elektron antar molekul yang
berikatan mengakibatkan timbulnya warna pada kristal itu, Setelah itu cairan
tersebut akan dituangkan ke dalam air es sambil diaduk-aduk dan didiamkan
selama 15 menit. Hal ini dilakukan karena isomer orto dapat menjadi larut dalam
air dingin, sedangkan isomer para tidak dapat larut dalam air dingin atau akan
membentuk endapan yang berupa Kristal.
Pada percobaan ini yang menjadi kristal atau endapan merupakan senyawa
p-nitroasetanilida sedangkan filtrat merupakan senyawa o-nitroasetanilida. Kristal
ataupun endapan p-nitroasetanilida dicuci dengan air es beberapa kali hingga
asam tersebut menjadi hilang. Hal ini dimaksudkan untuk melarutkan isomer orto
yang mungkin masih terdapat pada kristal atau endapan. Untuk mendapatkan
kristal p-nitroasetanilida dapat dilakukan dengan cara penyaringan menggunakan
corong biasa. Hal ini dikarenakan jika menggunakan corong Buchner maka waktu
yang diperlukan akan menjadi relatif lebih lama karena alat yang digunakan itu
terbatas, sedangkan pada saat melakukan percobaan ini kelompok yang telah
dibagikan itu banyak sehingga jika ingin menggunakan corong Buchner maka
waktunya pada saat praktikum akan menjadi lebih lama dari waktu praktikum
yang telah ditentukan tersebut dan jika menggunakan corong Buchner maka yang
akan dilakukan itu adalah rekristalisasi. Sebenarnya pada praktikum ini pada
prosedur percobaan dilakukan rekristalisasi karena waktu yang tidak
memungkinkan untuk melakukan rekristalisasi dengan etanol panas itu maka
praktikan hanya dapat melakukan kristalisasi saja pada praktikum.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Senyawa p-nitroasetanilida dapat disintesis melalui senyawa asetanilida
dengan substitusi elektrofilik oleh ion nitronium dari campuran asam nitrat
pekat dan asam sulfat pekat.
5.1.2. Penambahan asam asetat glacial dalam percobaan ini dengan tujuan untuk
mencegah dekomposisi asetanilida menjadi anilin dan asetat.
5.1.3. Penambahan asam sulfat pekat dalam percobaan ini untuk mempercepat
terjadinya reaksi atau sebagai katalis.
5.2 Saran
5.2.1. Pada percobaan ini diharapkan pratikan berhati-hati terhadap bahan yang
digunakan karena menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti asam
sulfat pekat dan asam nitrat pekat.
5.2.2. Pada percobaan ini diharapkan praktikan berhati-hati dalam menggunakan
alat-alat praktikum karena alat yang digunakan banyak yang terbuat dari
kaca sehingga rentan pecah.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
GAMBAR ALAT

Beaker Glass 50 ml Beaker Glass 250 ml Gelas Ukur 25 ml

Termometer Corong Gelas Ukur 10 ml


Kertas Saring Pipet Tetes Spatula

Batang Pengaduk
DAFTAR PUSTAKA

Ahluwalia dan Raghav. 1997. Comprehensive Experiment. Inida: New Age


International Publisher.
Anonim. 2014. Senyawa p-nitroasetanilida. (Online).
http://www.fiu.edu/̴̰̰mebele/chm3410_chapter8.pdf. (Diakses pada Tanggal
09 November 2018)
Hartanti,D.R. 2007. Perencanaan Pabrik Asetanilida dan Anilin dan Asam Asetat
Kapasitas 1500 Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Indri, Anietta. N. R, dan Windysari. 2011. Makalah Kimsin p-nitroasetanilida.
(Online). https://dokumen.tips/documents/makalah-kimsin-p-
nitroasetanilida.html. (Diakses pada Tanggal 09 November 2018)
Indri, Anietta. N. R, dan Windysari. 2011. Sintesis p-nitroasetanilida. Surabaya:
Universitas Airlangga.
LEMBAR PENILAIAN LAPORAN DAN PRESENTASI
LAPORAN

Poin Penilaian Point

Isi Laporan dan kelengkapan

Kesesuaian Format Laporan

Total

PRESENTASI
NAMA Cara Pemahaman Etika Nilai
Penyampaian Materi (20%) Total
(30%) (50%)
Kurnia Mega Lestari
Indri Yunita
Serly Tasia Putri
Frida Ramadian
Tasya Belina

Total = Presentasi + Laporan =

2
Nilai Akhir
NAMA NILAI
Kurnia Mega Lestari
Indri Yunita
Serly Tasia Putri
Frida Ramadian
Tasya Belina

Anda mungkin juga menyukai