Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

ASETANILIDA

Oleh:
Christella Audria Lorenza (1130289)
Ni Made Dian Parwati (1130286)
KP : G
Kelompok : 7

Laboratorium Kimia Organik


Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
2014

Kepustakaan
Vishnoi, N.K. 1979 . Advanced Practical Organic Chemistry 1st edition . New Delhi
: Vikas Publishing House . halaman 330-331
https://www.academia.edu/7245856/Paper_Sintesis_Asetanilida_Menggunakan_AsamAsetat
_Glasial_dan_Anilin diakses pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 18.56 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27003/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 3 Oktober 2014 pukul 21.11 WIB
https://www.academia.edu/4880656/ASETILASI_PEMBUATAN_ASETALINIDA diakses
pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 22.58 WIB

Prosedur
Place 10 ml aniline, 10 ml glacial acetic acid, 10 ml acetic anhydride and 0,5 gm zinc dust in
a 250 ml round bottom flask fitted with a reflux condenser. Heat the reaction mixture to
boiling for about 40 minutes, detach the condenser and pour the hot contens slowly so as to
prevent any residual zinc dust from escaping the flask, into a 500ml beaker containing about
250 ml of cold water whilst stirring vigorously the resultant solution. Cool the beakr in icebath when crude acetanilide separates. Filter it in a buchner funnel using suction, wash with
cold water, drain well with the help of an inverted glass stopper and dry on the filter papers
in air. The yield of crude acetanilide, m.p. 113 0. Is about 15 gm. Recrystallise it from hot
water containing 2 % rectified spirit. The pure recrystallise product has the m.p. 1140 .

Dasar Teori
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara
mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang
kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899
Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis
HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat.
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih (kristal) tidak larut dalam minyak parafin
dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau sering disebut
phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dengan berat molekul 135,16

g/gmol dan berat jenis 1,21 g/ml. Asetanilida memiliki titik didih 305oC, titik lebur 114,3oC,
dan akan mengkristal pada 113-60oC .
Asetanilida memiliki beberapa sifat kimia khusus seperti pirolisa dari asetanilida
menghasilkan Ndiphenil urea, anilin, benzena dan asam hidrosianik. Asetanilida merupakan
bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa, hydrolisa dengan alkali cair atau dengan
larutan asam mineral cair dalam kedaan panas akan kembali ke bentuk semula. Adisi sodium
dalam larutan panas Asetanilida didalam xilena menghasilkan C6H5NH2.
Senyawa asetanilida merupakan senyawa amida. Senyawa amida adalah turunan asam
karboksilat yang gugus OH diganti dengan gugus amina. Amida mengandung nitrogen
trivalent yang terikat pada gugus karbonil dimana gugus nitrogennya mempunyai sepasang
elektron diam dalam suatu orbital tensi. Amida mempunyai resonansi datar. Reaksi pada
ikatan karbon-nitrogen, yang merupakan ikatan tunggal, sangat terbatas oleh karena addanya
resonansi struktur. Resonansi ini menunjukkan mengapa nitrogen suatu amida tidak bersifat
basa maupun nukleofilik. Amida merupakan basa yang sangat lemah, dengan pKb : 15-16.
Ada beberapa proses pembuatan asetanilida antara lain :
1. Pembuatan asetanilida dari anhidrida asam asetat dan anilin

Anilin

Anhidrida Asam Asetat

Asetanilida

Air

2. Pembuatan asetanilida dari anilin dan asam asetat

Anilin

Asan Asetat

Asetanilida

Air

3. Pembuatan asetanilida dari ketena dan anilin

Anilin

Ketena

Asetanilida

Sebuah turunan asetil lebih mudah diperoleh dengan mereaksikan anhidrida asetat
dengan anilin. Secara teori, asetanilida sederhana adalah dengan mereaksikan anilin dengan
anhidrida asetat. Anilin merupakan amina aromatis primer. Reaksi substitusi terhadap amina
aromatis dapat berupa substitusi pada cincin benzene atau substitusi pada gugus amina.
Asetilasi amina aromatis primer atau sekunder banyak dilakukan dengan asam klorida dalam
suasana basa atau dengan cara mereaksikan amina dengan asetat anhidrida. Anilin primer
bereaksi dengan anhidrida asetat panas menghasilkan turunan mono asetat (amida).

Berikut beberapa sifat fisis dan sifat kimia dari bahan baku sintesis asetanilida :
1. Anilin

Sifat fisis :
Rumus molekul

: C6H5NH2

Berat molekul

: 93,12 g/mol

Titik didih

: 184,4oC

Titik lebur

: -6,3C

Wujud

: cair

Warna

: jernih (tidak berwarna)

Sifat kimia :
1. Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer menghasilkan
endapan 2, 4, 6 tribromo anilin.
2. Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada tekanan
sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamin.
3. Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 170oC dan tekanan 50 500 atm
menghasilkan 80% sikloheksamin ( C6H11NH2 ). Sedangkan hidrogenasi anilin pada
fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95% sikloheksamin.
C6H5NH2 + 3H2 C6H11NH2
4. Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada suhu -20oC menghasilkan mononitroanilin, dan
nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0oC menghasilkan 2, 4
dinitrophenol.
2. Anhidrida Asam Asetat
Sifat fisis :

Rumus molekul
Berat molekul

: C4H6O3
: 102,09 g/mol

Titik didih
Titik lebur
Wujud
Warna

: 139,8C
: -73,1 C
: cair
: jernih (tidak berwarna)

Sifat kimia :
Anhidrida asetat dapat berasetilasi dengan berbagai macam campuran mulai dari
kelompok selulosa sampai ammonia dengan memakai katalis asam atau basa. Pada
beberapa organic dipakai juga reaksi katalis, tetapi sukar menggeneralisasikan reaksi dari
garam metalik dan ion. Pada umumnya reaksi katalisasi asam dengan asetat anhidrida
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi katalis dengan asam basa. Hidrolisis dari asetat
anhidrida berjalan pada suhu yang sangat rendah dengan adanya katalis akan mencapai
tingkat laju lebih baik.
Asetanilida banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan seperti
parasetamol, lidokain, obat sulfa dan penisilin. Senyawa ini juga dapat digunakan sebagai
bahan pembantu dalam industri cat dan karet, bahan intermediet pada sulfon dan
asetilklor-ida, inhibitor dalam industry peroksida, serta stabilizer pada selulosa ester
varnish seperti tinner. Namun sebagian besar asetanilida digunakan untuk pewarna buatan
dan intermediet pada pembuatan pewarna buatan.

Tujuan
Mampu menjelaskan reaksi pembentukan asetanilida
Mampu menjelaskan arti refluks
Mampu dan terampil dalam menggunakan karbon aktif dalam proses pemurnian
melalui rekristalisasi
Mampu menghasilkan bentuk kristal yang homogen

Alat dan Bahan


Alat :

Labu alas bulat leher panjang


Batu didih
Refluks/pendingin balik
Penangas air
Kaki tiga
Beaker glass
Pengaduk

Kertas saring
Corong buchner
Labu hisap
Corong panas
Oven
Gabus
Gelas ukur
Pipet

Bahan :

0,25 g
5 ml
5 ml
5 ml
125 ml
150 ml
3 ml
75 mg
Es batu

Serbuk Zn
Anilin
Asam asetat glasial
Anhidrida asetat
Air es
Air hangat
Etanol (2% dari jumlah air hangat)
Norit (0,5-1% dari bobot bahan yang akan digunakan)

Mekanisme Reaksi

Sumber :
https://www.academia.edu/4880656/ASETILASI_PEMBUATAN_ASETALINIDA diakses
pada tanggal 3 Oktober 2014 pukul 22.58 WIB

Skema Cara Kerja


Masukkan 250 mg serbuk Zn, 5 ml anilin, 5 ml asam asetat
glasial, dan 5 ml anhidrida asetat ke dalam labu alas bulat
leher panjang
Masukkan batu didih ke dalam labu alas bulat yang berisi
campuran larutan di atas
Dilakukan pendinginan dengan menggunakan pendingin balik
dalam penangas air selama 40-60 menit, digoyang tiap 5 menit

Tuang ke dalam 125 ml air dingin, aduk 10 menit


Masukkan ke dalam ice bath sampai terbentuk kristal abu-abu
keunguan
Saring dengan corong buchner dan labu hisap
Lakukan rekristalisasi, dengan memasukkan kristal yang
terbentuk ke dalam beaker glass
Tambahkan 125 ml air panas (kelarutan 1:20) dan 2,5-3 ml
etanol 2%, lalu didinginkan
Bila berwarna, tambahkan norit 75 mg
Panaskan larutan tersebut selama 10 menit
Segera saring dengan corong panas (ujung corong diberi kertas
saring)
Hasil penyaringan didinginkan ke dalam ice bath sampai
terbentuk kristal

Saring dengan corong buchner dan labu hisap


Diperoleh kristal
Keringkan di dalam oven
Timbang berat asetanilida yang diperoleh dan tentukan titik
lelehnya

Batu
didih

........
........
mg
5250
5mlml
Labu
alas
bulat
Serbuk
Zn
Asam
Anhidrida
Anilin
asetat
leherglasial
panjang
asetat

Pendingin
balik
125 ml
Ice
air dingin
bath

Gambar Pemasangan Alat

Dinginkan sampai
terbentuk kristal putih

Corong buchner
Saring dengan
corong buchner dan
Sumbat
Dihubungkan
labu hisap gabus dengan pompa hisap

Water bath
Serbuk Zn + anilin +
asam asetat +
anhidrida asetat +
batu didih
Direfluks 40-60 menit
(Goyang tiap
5 menit)
Panaskan
air 125 ml

Kristal asetanilida

Air panas 125 ml

Etanol 2% 2,5 ml
Bila berwarna
tambahkan norit
........
........
Panaskan 10 menit

Corong gelas
Ice
diberi
kertas bath
saring
Dinginkan sampai
terbentuk kristal

Corong buchner
Sumbat
gabus

Disaring dengan corong panas

Dihubungkan
dengan
Saring dengan corong buchner
danpompa hisap
labu hisap

Kristal
Timbang
asetanilida
berat
kristal asetanilida
Keringkan di dalam oven

Pembahasan
Asetanilida dapat disintesis dari anilin dan anhidrida asetat, dengan hasil samping asam
asetat. Sintesis asetanilida pertama-tama dilakukan dengan menambahkan serbuk Zn, anilin,
asam asetat, dan anhidrida asetat ke dalam labu alas bulat leher panjang. Terjadilah reaksi
asetilasi anilin dengan anhidrida asetat. Penambahan asam asetat glasial dilakukan untuk
membuat larutan bersifat asam. Larutan yang bersifat asam akan mengakibatkan gugus
karbonil pada anhidrida asam asetat akan lebih positif sehingga penyerangan gugus karbonil
oleh nukleofil yaitu electron menyendiri pada aniline, akan lebih mudah terjadi. Fungsi
penambahan serbuk Zn adalah untuk mencegah adanya oksidasi dari anilin menjadi
nitrobenzene yang kemudian direduksi kembali menjadi anilin. Kemudian dimasukkan batu
didih ke dalam labu alas bulat yang berisi campuran larutan tersebut. Penambahan batu didih
bertujuan untuk mencegah terjadinya bumping / letupan-letupan yang terjadi akibat
pemanasan.
Campuran larutan dan batu didih pada labu alas bulat dipasangkan pada pendingin balik,
dengan bagian bawah labu alas bulat (seluruh campuran larutan) tercelup di dalam waterbath,
kemudian campuran larutan direfluks selama 40 menit. Perhitungan waktu dihitung setelah
ada tetesan hasil refluks yang telah terkondensasi. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu
pelarut berupa asam asetat sudah mulai menguap dan terkondensasi sehingga dapat dikatakan
bahwa saat itu juga proses refluks sudah berlangsung. Pemilihan waktu selama 40 menit ini
didasarkan pada kecepatan reaksi dari zat bahan dasar yang tergolong lambat. Pemanasan
akan meningkatkan suhu dalam sistem sehingga tumbukan antar molekul akan lebih banyak
dan cepat sehingga akan mempercepat reaksi atau dengan kata lain pada proses ini kita
mengontrol reaksi secara kinetik. Fungsi lain dari dilakukannya pemanasan adalah untuk
menyempurnakan reaksi. Pemilihan metode refluks dalam percobaan ini karena apabila
digunakan pemanasan biasa maka akan terbentuk uap yang akan mengurangi hasil kuantitatif
dari suatu reaksi, selain itu asam asetat dan anhidrida asetat mempunyai sifat mudah menguap
sehingga harus menggunakan metode refluks. Pada saat melakukan refluks sebaiknya zat di
goyang setiap 5 menit hal ini bertujuan mempercepat reaksi dan sirkulasi udara ke larutan
semakin bertambah sehingga meningkatnya suhu secara cepat berkurang, selain itu
penggoyangan juga bertujuan untuk menghomogenkan bahan awal.
Campuran larutan yang telah direfluks tersebut dimasukkan ke dalam air dingin.
Kemudian didinginkan di dalam ice bath. Alasan dilakukan pendinginan dengan air dingin
terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam ice bath adalah agar tidak terjadi
pendinginan secara mendadak.

Tujuan pendinginan ini adalah agar diperoleh kristal;

asetanilida dan untuk menghidrolisis asam asetat yang masih tersisa dalam larutan. Akan
diperoleh kristal yang berwarna kuning kecoklatan/kuning kehijauan yang menandakan
masih adanya pengotor berupa sisa reaktan hasil samping reaksi dalam kristal tersebut.
Kemudian dilakukan penyaringan dengan corong buchner dan labu hisap untuk mendapatkan
kristal asetanilida.
Kristal asetanilida, etanol, air panas dimasukkan ke dalam beaker glass. Fungsi
penambahan etanol adalah untuk mengikat sisa-sisa asam dan juga sisa-sisa air sehingga pada
saat pemanasan akan ikut menguap bersama alkohol. Air dapat diikat oleh etanol karena
keduannya bersifat polar sehingga mudah untuk bereaksi. Ditambahkan air panas untuk
mempercepat kelarutan kristal asetanilida. Penambahan karbon aktif (norit) bertujuan untuk
menghilangkan pengotor, namun penambahan norit pada suhu yang tinggi dapat menguraikan
norit itu sendiri. Suhu optimum norit adalah 500C, maka sebelum di tambahkan norit, kristal
asetanilida harus didinginkan terlebih dahulu hingga suhunya 500C atau kurang, baru
selanjutnya di tambahkan norit. Pengunaan norit yang berlebih dapat mengakibatkan ikut
tertariknya asetanilida sehingga mengurangi hasil yang didapat.
Kemudian dilakukan pemanasan pada campuran larutan tersebut. Guna pemanasan ini
adalah untuk mempercepat kelarutan kristal asetanilida sehingga dapat dilakukan
rekristalisasi dengan corong panas. Campuran larutan dimasukkan ke dalam corong panas.
Fungsi corong panas adalah untuk menyaring kristal yang tersaring sebagai filtrat dan
pengotor berada di atas kertas saring. Selanjutnya, hasil rekristalisasi didinginkan di dalam
ice bath untuk mempercepat terbentuknya kristal. Lalu, dilakukan penyaringan dengan
menggunakan corong buchner dan labu hisap untuk mendapatkan kristal asetanilida yang
bebas dari pengotor.
Kristal tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 700C, pemilihan suhu tersebut
bertujuan untuk mempercepat penguapan air pada kristal asetanilida. Selanjutnya kristal
asetanilida di timbang dan diperoleh sebanyak 2,75 gram dimana hal ini tidak sesuai dengan
teori. Secara teoritis hasil yang diperoleh sebanyak 10-11 gram. Hal ini kemungkinan
diakibatkan banyaknya kristal yang tertinggal pada alat dan juga pada penyaring, hingga
kurang trampilnya praktikan dalam melakukan praktikum sehingga hasilnya yang terbuang.
Dalam percobaan ini kami tidak melakukan penentuan titik leleh.

Diskusi
1. Apa fungsi dari asam asetat glasial, serbuk Zn, dan etanol?
Fungsi asam asetat glasial untuk membuat larutan bersifat asam. Larutan yang
bersifat asam akan mengakibatkan gugus karbonil pada anhidrida asam asetat
akan lebih positif sehingga penyerangan gugus karbonil oleh nukleofil yaitu

electron menyendiri pada aniline, akan lebih mudah terjadi.


Fungsi serbuk Zn untuk mencegah adanya oksidasi dari anilin menjadi

nitrobenzene yang kemudian direduksi kembali menjadi anilin.


Fungsi etanol untuk mengikat sisa-sisa asam dan juga sisa-sisa air sehingga pada
saat pemanasan akan ikut menguap bersama alkohol. Air dapat diikat oleh etanol
karena keduannya bersifat polar sehingga mudah untuk bereaksi.

2. Apa gunanya refluks selama 40 menit?


Guna larutan direfluks selama 40 menit adalah agar pelarut volatil (asam asetat)
yang digunakan akan menguap pada temperatur tinggi tetapi kemudian dilakukan
pendinginan sehingga pelarut yang semula berbentuk uap akan mengembun dan
turun lagi ke dalam labu sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi serta
reaksi dapat berjalan lebih cepat. Pemilihan waktu selama 40 menit ini didasarkan
pada kecepatan reaksi dari zat bahan dasar yang tergolong lambat.
3. Mengapa penambahan karbon aktif ke dalam cairan tidak boleh waktu mendidih?
Suhu optimum norit adalah 500C. Jika norit ditambahkan saat mendidih (>500C ),
norit akan terurai dan tidak dapat menyerap pengotor dalam larutan.
4. Apa akibat penambahan norit yang berlebih?
Penambahan norit yang berlebih dapat mengakibatkan ikut tertariknya asetanilida
sehingga mengurangi hasil yang didapat.
5. Apa akibat kelebihan penambahan pelarut untuk rekristalisasi?
Penambahan pelarut yang berlebihan untuk rekristalisasai dapat mengakibatkan
asetanilida sulit mengkristal, sehingga mempengaruhi hasil yang didapat.

TANDA TANGAN PRAKTIKAN

Ni Made Dian Parwati


(1130289)

Christella Audria Lorenza


(1130286)

Anda mungkin juga menyukai