Anda di halaman 1dari 3

1.

MONOGRAFI

Didanosin

Rumus molekul : C10H12N4O3

Pemerian : Serbuk hablur , putih sampai hampir putih.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam dalam dimetil sulfoksida, praktis tidak larut dalam
aseton dan dalam metanol.

Bobot Molekul : 236,23

Titik lebur : 160-163°C

pKa :9,13

Stabilitas : Didanosine stabil pada pH netral atau sedikit basa, tetapi tidak stabil pada pH
asam. Pada pH kurang dari 3, didanosin dihidrolisis sepenuhnya menjadi
hipoksantin dan 2 ', 3'-dideoksiribosa dalam waktu kurang dari 2 menit pada 27° C.

(Direktorat Jenderal, 2014:307 ; McEvoy,2003:649)

Farmakologi

Mekanisme : Didanosine (ddI) dimetabolisme secara intraseluler oleh serangkaian enzim seluler
menjadi bagian aktifnya, dideoxyadenosine triphosphate (ddATP), yang
menghambat enzim reverse transcriptase HIV secara kompetitif dengan bersaing
dengan dATP alami. Ini juga bertindak sebagai terminator rantai dengan
penggabungannya ke dalam DNA virus karena kurangnya gugus 3'-OH dalam
analog nukleosida yang tergabung mencegah pembentukan 5 'hingga 3' hubungan
fosfodiester esensial untuk perpanjangan rantai DNA, dan oleh karena itu,
pertumbuhan DNA virus dihentikan.

Mekanisme lengkap aktivitas antivirus ddI belum sepenuhnya dijelaskan. Setelah


konversi menjadi metabolit aktif secara farmakologis, ddI tampaknya menghambat
replikasi retrovirus, termasuk virus human immunodeficiency, dengan mengganggu
RNA viral polymerase (reverse transcriptase) viral. Obat itu, ada memberikan efek
virustatik terhadap retrovirus dengan bertindak sebagai inhibitor transkriptase
terbalik. Seperti inhibitor nukleosida reverse transcriptase lainnya (misalnya
abacavir, lamivudine, stavudine, zalcitabine, zidovudine) dan agen antivirus
nukleosida lainnya (misalnya, asiklovir, gansiklovir, ribavirin), aktivitas antivirus dari
ddI tampaknya bergantung pada konversi intraselular dari obat ke obat 5'-trifosfat
metabolit; dengan demikian, dideoxyadenosine-5'-trifosfat dan ddI tidak berubah
tampaknya merupakan bentuk obat yang aktif secara farmakologis. Perbedaan
substansial ada pada tingkat di mana sel manusia memfosforilasi berbagai agen
antivirus analog nukleosida dan dalam jalur enzimatik yang terlibat.

Dosis : Dewasa berat badan kurang dari 60 kg, 125 mg tiap 12 jam, berat badan lebih dari
60 kg, 200 mg tiap 12 jam.

Indikasi : infeksi HIV progresif atau lanjut; dalam kombinasi dengan antiretroviral
yang lain.

Peringatan : riwayat pankreatitis (perhatian khusus); neuropati perifer, hiperurisemia;


gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, kehamilan; perlu pemeriksaan
retina terutama pada anak di bawah 6 bulan, atau bila terjadi gangguan
fungsi penglihatan.

Kontraindikasi : gangguan fungsi hati karena pemberian didanosin sebelumnya; ibu


menyusui.

Efek Samping :hiperurisemia asimtomatik (tangguhkan pemberian obat),


diare (adakalanya berat), mual, muntah, mulut kering, reaksi
hipersensitivitas, gangguan retina dan nervus optikus (terutama pada anak);
diabetes melitus.

Interaksi obat : Interaksi yang signifikan juga telah dicatat dengan allopurinol, dan
pemberian obat ini bersama-sama harus dihindari. Penurunan tingkat plasma
indinavir dan delavirdine telah terbukti terjadi ketika diberikan bersamaan
dengan ddI; obat-obatan ini harus diberikan pada waktu yang berbeda.
Ketoconazole, itraconazole, ciprofloxacin harus diberikan pada waktu yang
berbeda dari ddI karena interaksi dengan zat penyangga.

http://pionas.pom.go.id/monografi/didanosin.

Farmakokinetika

Bioavaibilitas : bioavaibilitasnya adalah 42%. Tingkat penyerapan bervariasi dan tergantung pada
beberapa faktor termasuk bentuk sediaan yang diberikan, pH lambung, dan
keberadaan makanan dalam saluran GI. Nilai plasma protein binding: < 5%

Metabolisme : Metabolisme mungkin terjadi melalui jalur yang sama yang bertanggung jawab
untuk menghilangkan purin endogen. Secara intraseluler, ddI difosforilasi dan
dikonversi oleh enzim seluler menjadi metabolit aktif, dideoksi adenosin 5'-
trifosfat.
Eksresi : Dieliminasi dalam urin dengan filtrasi glomerulus dan sekresi tubular aktif.
Dengan nilai klirens ≥90 mL/minute.

Waktu paruh : Dewasa 0,97-1,6 jam. Rata-rata waktu paruh plasma 1,2 jam pada neonatus dan
anak-anak usia 2 minggu hingga 4 bulan dan 0,8 jam. Waktu paruh dalam plasma
30 menit dan lebih dari 12 jam di lingkungan intraseluler.

Cmax : 1µg/mL (AHFS,2011).

2. Metode analisis dan senyawa yang akan ditentukan

Senyawa yang akan dianalisis adalah didanosin dan metabolitnya dideoksi adenosin 5’-trifosfat.
Konsentrasi plasma yang mengandung didanosin diukur menggunakan kromatografi cair dan
elektrospray ion positif dengan detektor spektrometer massa tandem.

DAPUS

AHFS,2011. AHFS Drug Information, Bethesda: American Society of Health System Pharmacists.

Direktorat Jenderal. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan.


McEvoy, G.K., 2003. American Hospital Formulary Service - Drug Information 2003. Bethesda, MD:
American Society of Health-System Pharmacists, Inc.

http://pionas.pom.go.id/monografi/didanosin( Diakses hari senin ,tanggal 1 januari 2019).

Anda mungkin juga menyukai