Anda di halaman 1dari 8

Jam/Tanggal : 08.30-11.

00 WIB / 29 September 2021


Paralel/Kelompok : Pararel 2 / Kelompok 2
Dosen Pembimbing : Dr. Drh. Huda Shalahudin Darusman, M. Si

LAPORAN PRAKTIKUM
TOKSIKOLOGI VETERINER

KERACUNAN PESTISIDA

Kelompok 2 :

Muhammad Nurochman B04180135

Zahratiza Nayami B04180141

Albarido Muhammad B04180146

Attin Qurrotu A Yun B04180147

Rifa Nadila B04180148

Dinda Aisyah Putri B04180150

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambahan penduduk dunia dan perkembangan lahan pertanian memicu timbulnya


teknik pengendalian hama yang lebih efektif dan efisien dibandingkan metode fisik atau
konvensional, salah satunya melalui penggunaan zat kimia berupa pestisida. Sayangnya,
penggunaan pestisida baik oleh petani atau produk komersial untuk masyarakat umum belum
disertai pemahaman yang memadai mengenai bahaya dan faktor-faktor risikonya. Sebagai
contoh, penggunaan pestisida oleh petani dewasa ini masih banyak berupa cover blanket system,
yaitu pemberian pestisida pada tanaman tanpa memerhatikan ada atau tidak adanya hama di
lahan pertanian. Selain itu, penggunaan pestisida jenis insektisida yang sering digunakan sebagai
anti serangga berupa produk komersial yang bebas dijual juga masih banyak digunakan secara
tidak bertanggung jawab. Residu pestisida yang terakumulasi di lingkungan hingga produk
pangan dapat menyebabkan keracunan pada organisme yang mengonsumsi atau terpapar zat
tersebut secara umum (Arif 2015).
Keracunan pestisida dapat terjadi secara akut ringan, akut berat, dan kronis. Keracunan
akut ringan menimbulkan gejala klinis sakit kepala, iritasi kulit ringan, diare, dan badan yang
terasa sakit. Keracunan akut berat biasanya menunjukkan gejala mual, menggigil, kejang perut,
sulit bernapas, salivasi, pupil mata mengecil, dan peningkatan denyut nadi. Keracunan yang
sangat berat dapat mengakibatkan pingsan, kejang-kejang, hingga kematian. Keracunan kronis
biasanya sulit dideteksi dan terjadi pada individu yang terpapar toksikan dalam waktu lama, baik
dari lingkungan maupun akumulasi residu dalam pangan (Yuantari et al. 2013).
Organofosfat dan karbamat tergolong pestisida jenis insektisida yang paling banyak
digunakan saat ini. Organofosfat umumnya digunakan pada lahan pertanian dan perkebunan,
mulai dari pertanian rakyat hingga perkebunan profesional dalam skala besar (Arif 2015).
Karbamat sering ditemukan pada produk anti serangga komersial yang bebas dijual di pasaran,
seperti Baygon. Kedua zat kimia ini menimbulkan keracunan melalui inhibisi asetilkolinesterase
(AChE) pada sistem saraf dan gangguan reseptor melatonin pada manusia (Popovska-Gorevski
2017). Penanganan keracunan biasanya dilakukan melalui terapi antidota yang bertujuan
mengurangi intensitas hingga menghilangkan efek toksik yang ditimbulkan toksikan (Nurlaila et
al. 2005).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui efek toksik pestisida, efek antidota pestisida yang
diujikan pada mencit, dan cara identifikasi unsur P dalam senyawa organofosfat.
TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida merupakan suatu zat yang dapat bersifat racun (WHO, 2006; Permentan, 2007)
dalam yuantari et al. 2015, namun di sisi lain pestisida sangat dibutuhkan oleh petani untuk
melindungi tanamannya. Pestisida dengan zat aktif yang terkandung di dalamnya, seperti
organofosfat, karbamat, dan organoklorin, digunakan untuk mengurangi pertumbuhan organisme
yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Menurut Yuda (2917), bahwa pestisida tergolong ke
dalam endocrine disrupting compounds (EDC) dan secara khusus mengganggu kerja dan sintesis
hormon tiroid (thyroid disrupting chemicals/TDC). Proses-proses seperti hambatan pada ambilan
iodin, hambatan pada proses sintesis dan konversi hormon tiroid menjadi bentuk aktif, serta
penekanan produksi hormon tiroid akibat produksi berlebihan somatostatin akibat paparan
pestisida mengakibatkan kadar hormon tiroid di dalam tubuh menjadi berkurang atau bahkan
tidak ada sama sekali.
Insektisida golongan organofosfat adalah insektisida yang sangat beracun namun dapat
dengan cepat terdekomposisi di alam, sehingga golongan organofosfat memiliki efek yang cukup
efektif dalam mengendalikan hama (Maruli et al. 2012). Cara kerja organofosfat adalah
menghambat penyaluran impuls saraf dengan cara mengikat kolinesterase sehingga tidak terjadi
hidrolisis asetilkolin (Alegantina et al. 2005). Asetilkolin adalah suatu neurotransmitter yang
terdapat di antara ujung-ujung saraf dan otot serta berfungsi meneruskan rangsangan saraf. Hal
ini sesuai dengan Lesmana (2017), menyatakan bahwa mekanisme kerja utama insektisida
organofosfat adalah bekerja terhadap asetilkolinesterase (AChE).
AChE mengendalikan hidrolisis dari asetilkolin (Ach), yaitu neurotransmitter yang
dihasilkan dalam vesikel-vesikel pada akson dekat celah sinap. Setelah impuls diteruskan, Ach
dan AChE dihidrolisis menjadi kolin. Pada keadaan tidak terdapat AChE, Ach yang dihasilkan
berakumulasi sehingga terjadi gangguan transmisi impuls yang menyebabkan menurunnya
koordinasi otot-otot, konvulsi dan kematian. Secara elektrofilik struktur organofosfat meniru
struktur Ach sebagai substrat dari enzim AChE akibatnya akumulasi Ach sangat banyak yang
menyebabkan penurunan koordinasi otot, konvulsi dan kematian.
karbamat merupakan pestisida yang banyak digunakan dengan mekanismenya yang
menghambat enzim asetilkolinesterase secara reversible (Pambudi 2019). Menurut Hartini
(2014), mekanisme toksisitas dari karbamat adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim
achE dihambat dan mengalami karbamilasi. Karbamat dilaporkan bersifat toksik pada otak dan
mengganggu tumbuh kembang otak. Akumulasi asetilkolin di otak akan menyebabkan
hipereksitasi neuron sehingga mengakibatkan pelepasan beberapa enzim yang dapat merusak
neuron.
Atropin adalah obat untuk menangani denyut jantung lambat (bradikardia) dan keracunan
insektisida. Obat ini juga dapat digunakan sebelum pemeriksaan mata atau sebagai pramedikasi
sebelum prosedur anestesi. Menurut Aprilianti et al. 2020, bahwa atropin sulfat dan xylazin
mempunyai efek yang berlawanan dengan efek samping ketamin, sehingga tiga sediaan tersebut
perlu dikombinasikan agar mendapatkan kondisi fisiologi yang optimal, dan ketika timbul efek
samping dari sediaan ketamin, maka akan diseimbangkan dengan efek dari sediaan atropin dan
xylazin. Kombinasi atropin-ketamin-xylazin secara efektif mengurangi beberapa efek yang tidak
diinginkan dari ketamin, seperti kekakuan otot, penekanan refleks yang tidak memadai dan
takikardia (Nagoo, 2017 dalam Aprilianti et.al 2020). Atropin merupakan agen antimuskarinik
yang berperan untuk meningkatkan degup jantung (Plumb 2018).
Asam nitrat yaitu oksida yang kuat terhadap bahan organik seperti turpentine dan
charcoal, alkohol juga sangat bereaksi terhadap asam nitrat. Furfuryl alcohol, anilin, dan bahan
organik dengan asam nitrat digunakan dalam bahan bakar roket. Sebagian besar baja kecuali
platinum dan emas dapat dirusak oleh asam nitrat, sebagian diubah menjadi oksida seperti
arsenic dan antimony tetapi sebagian besar yang lain diubah menjadi nitrat.

METODE PRAKTIKUM

Percobaan 1: Keracunan Insektisida Organofosfat/Karbamat

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit, insektisida
organofosfat (basudin/diazinon, dimecron) dan karbamat (baygon/ propoxur), serta atropin sulfat
sebagai antidota.

Prosedur Kerja

Mencit diberikan injeksi obat baygon (karbamat) dosis bertingkat dimulai dari 0,05 mL
dengan rute subkutan (SC). Pemberian tersebut dilakukan setiap selang waktu 5 menit. Gejala
klinis yang terjadi diamati dan diobservasi. Antidota berupa atropin sulfat diberikan dengan rute
intra peritoneal (IP) setelah adanya gejala sesak napas, hiperlakrimasi, dan hipersalivasi. Gejala
klinis yang mungkin dapat terlihat dikelompokkan berdasarkan gejala langsung dan gejala tidak
langsung. Gejala langsung berpengaruh terhadap kelenjar eksokrin (hipersalivasi,
hiperlakrimasi), pupil mata (miosis). Sedangkan gejala tidak langsung dilihat melalui efeknya
yang mempengaruhi otot polos pada saluran cerna (diare) dan bronkus (sesak napas).

Percobaan 2: Identifikasi Adanya Unsur P dalam Senyawa Organofosfat


Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah tabung reaksi, senyawa insektisida organofosfat
(Basudin/ Demecron), larutan ammonium molybdat, dan larutan asam nitrat pekat.

Prosedur Kerja

Di dalam tabung reaksi diberikan beberapa tetes senyawa organofosfat, kemudian


ditambahkan HNO3 pekat untuk merubah P organik menjadi P anorganik. Setelah itu dipanaskan
beberapa menit, lalu didinginkan dan kemudian disaring. Selanjutnya ditambahkan Ammonium
molybdat ke dalam filtratnya. Bila ada unsur P maka akan terbentuk warna hijau kekuningan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Hasil pengamatan gejala klinis keracunan karbamat pada mencit


Menit ke- Volume Injeksi Gejala

30 0,05 Salivasi, aktivitas fisik


meningkat, aktivitas jantung
meningkat.

30 0,1 Gerakan menggarukkan


tangan ke hidung (indikasi
bronkokonstriksi), tremor
yang meningkat secara
signifikan hingga terjadi pada
seluruh tubuh, aktivitas
motorik makin berkurang,
aktivitas jantung berkurang
(bradikardia).

Perlakuan praktikum keracunan insektisida karbamat pada mencit didapati hasil dengan
beberapa gejala klinis. Mencit yang diinjeksikan propoksur dengan dosis bertingkat mengalami
gejala klinis yang mulai terlihat di penyuntikan dengan volume 0,05 mL mencit mengalami
hipersalivasi, aktivitas fisik yang meningkat juga aktivitas jantung yang meningkat atau
takikardi, namun gangguan muskarinik belum terlihat. Gejala yang didapatkan merupakan gejala
langsung keracunan insektisida. Setelah perlakuan injeksi tersebut mencit mengalami tremor di
seluruh tubuh, juga gejala bronkokonstriksi dengan penggarukan tangan ke hidung, aktivitas
motorik yang menurun dan aktivitas jantung yang ikut menurun atau bradikardi yang terjadi
setelah diinjeksikan dengan volume 0,1 mL pada menit ke-30. Gejala tersebut juga merupakan
gejala langsung. Gejala tidak langsung yang dialami mencit adalah berupa penyempitan bronkus,
dan ritme napas yang tidak teratur sehingga mengalami sesak napas (gangguan muskarinik).
Pada percobaan tidak ditemukan gejala klinis defekasi dan dilatasi pupil pada mencit. Onset dari
keracunan timbul setelah beberapa menit dari awal injeksi. Paparan akut propoksur akan
menyebabkan proses karbamilasi dari enzim kolinesterase yang memproduksi akumulasi
asetilkolin. Asetilkolin ini menyebabkan efek muskarinik (diare, gangguan berkemih, miosis,
bradikardia, bronkorea, muntah, lakrimasi, dan berkeringat banyak) dan efek nikotinik
(fasikulasi, kelemahan, dan kelumpuhan) (Nurokhman et al. 2018)
Sebelum mencapai tahap tremor atau kekejangan, antidota disuntikkan berupa atropine
sulfat secara intraperitoneal dengan dosis 0,1 mg/kg BB. Setelah diinjeksikan atropine sulfat,
ritme pernapasan mencit kembali normal. Atropin sebagai antimuskarinik, menghambat aksi
asetilkolin pada situs parasimpatis di kelenjar sekretori dan SSP, menghambat air liur, sekresi
trakeobronkial, bradikardia dan hipotensi. Secara kompetitif menghambat aksi Ach pada efektor
otonom yang dipersarafi oleh saraf postganglionik, membalikkan efek muskarinik dari keracunan
kolinergik yang disebabkan oleh agen dengan aktivitas inhibitor cholinesterase (Mukaddas et al.
2015). Dimana jika keracunan organofosfat, organofosfat dapat menghambat aksi
pseudokolinesterase dalam plasma dan kolinesterase dalam sel darah merah dan pada
sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kolin.
Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan dengan
reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan perifer.
Percobaan kedua dilakukan identifikasi unsur P dalam senyawa organofosfat. Unsur P
dalam senyawa yang dilakukan pada percobaan termasuk kedalam fosfat organik yang diubah
menjadi fosfat anorganik. Hasil percobaan menunjukan hasil posistif yang mana ditandai oleh
perubahan warna filtrat organofosfat yang ditambahkan ammonium molybdat. Maria et al.
(2007) menyebutkan bahwa perubahan warna organofosfat terjadi karena reaksi antara fosfat dan
amonium molibdat dengan amonium molibdat sehingga membentuk asam fosfat molibdat yang
berwarna kuning. Pada percobaan perubahan warna yang terjadi pada filtrat menunjukan warna
hijau kekuningan setelah filtrat uji direaksikan dengan ammonium molybdat.

Tabel 2. Identifikasi unsur P dalam senyawa organofosfat


Sampel Hasil Perubahan warna Gambar

Filtrat organofosfat + + Hijau kekuningan


Ammonium
molybdate

KESIMPULAN
Efek toksik pestisida karbamat pada mencit berupa sindrom muskarinik dengan gejala
bronkokonstriksi, tremor pada seluruh tubuh, penurunan aktivitas motorik, hingga penurunan
aktivitas respirasi atau bradikardia. Mekanisme kerja toksikan adalah melalui inhibisi
asetilkolinesterase (AChE) pada sistem saraf. Antidota atropin sulfat memiliki efek
antimuskarinik yang dapat mengurangi intensitas efek toksikan dalam tubuh hewan. Hasil positif
identifikasi unsur P dalam senyawa organofosfat ditunjukkan munculnya warna hijau
kekuningan pada filtrat sampel organofosfat yang ditambahkan amonium molibdat.

DAFTAR PUSTAKA

Alegantina S, Raini M, Lastari P. 2005. Penelitian kandungan organofosfat dalam tomat dan slada
yang beredar di beberapa jenis pasar di DKI Jakarta. Media Litbang Kesehatan. 15(1) :
44-49.

Arif A. 2015. Pengaruh bahan kimia terhadap penggunaan pestisida lingkungan. Jurnal Farmasi
FIK UINAM. 3(4): 134-143.

Aprilianti Y, Rahmiati DU, Setyowati EY, Dahlan A. 2020. Potensi anestetik sediaan jadi
kombinasi ketamin hidroklorida, atropin sulfat, dan xylazin hidroklorida pada kucing
jantan lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 9(3) 475-487.

Hartini E. 2014. Kontaminasi residu pestisida dalam buah melon (studi kasus pada petani di
kecamatan penawangan). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(1) : 96-102.

Lesmana SD. 2017. Resistensi aedes aegypti terhadap insektisida golongan organofosfat. Jurnal
Ilmu Kedokteran. 4(1) : 10-13.

Maria VP, Dwiretnani S, Suyanti S. 2007. Pengaruh HNO3 dan tingkat ekstraksi pada
peningkatan Ce dalam konsentrat ceri hidroksida memakai TBP. GANENDRA. 10(1):
1-11.

Maruli A, Santi DN, Naria E. 2012. Analisi kadar residu insektisida golongan organofosfat pada
kubis (Brassica oleracea) setelah pencucian dan pemasakan di desa dolat rakyat kabupaten
karo tahun 2012. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara Press.

Nurlaila, Donatus IA, Meiyanto E. 2005. Evaluasi penatalaksanaan terapi keracunan pestisida
pasien rawat inap di rumah sakit A Yogyakarta periode Januari 2001 sampai dengan
Desember 2002. Majalah Farmasi Indonesia. 16(3): 149-154.

Nurokhman, F. A. (2018). Analisis Propoksur LD50 Terhadap Pertumbuhan Larva Lalat


Sarcophaga sp. dengan Kromatografi Gas-Spektometri Massa. Jurnal Biosains
Pascasarjana, 20(2), 93-106.
Pambudi ANR. 2019. Efek paparan pestisida karbamat selama masa kehamilan dan menyusui
terhadap memori otak anakan tikus wistar (Rattus norvegicus). Surabaya (ID) :
Universitas Jember Press.

Plumb DC. 2018. Plumb's Veterinary Drug Handbook: Pocket. New Jersey: John Wiley & Sons.
Pp 104-107, 653-657, 1221-1225.

Popovska-Gorevski M, Dubocovich ML, Rajnarayanan RV. 2017. Carbamate Insecticides Target


Human Melatonin Receptors. Chemical Research in Toxicology. 30(2): 574-582

Yuantari MGC, Widiarnako B, Sunoko HR. 2013. Tingkat pengetahuan petani dalam
menggunakan pestisida (studi kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten
Grobogan). Di dalam: Hadi SP, Purwanto. Sunoko HR, Purnaweni H, editor. Optimasi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
2013; 2013 Sep 10; Semarang. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Yuantari MGC, Widianarko B, Sunoko HR. 2015. Analisis risiko pajanan pestisida terhadap
kesehatan petani. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(2) : 239-245.

Yuda KY. 2017. Risiko hipotiroidisme oleh paparan pestisida pada pekerja agrikultur. Jurnal
Medula. 7(5) : 91-95.

Anda mungkin juga menyukai