Anda di halaman 1dari 3

IV.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan dilakukan percobaan antagonism Cobalt terhadap
Kalsium Dinatrum EDTA In Vivo. Tujuannya untuk mengetahui tindakan apa yang haru di
lakukan dalam menangani gejala keracuna Cobalt kloridapercobaan ini dilakukan pada
hewan uji coba tikus. Sebelum di berikan perlakuan tikus diamati data biologisnya terebih
dahulu sama seperti praktikum sebelumnya. Pada percobaan kali ini dilakukan 3 perlakuan
yang akan dilakukan pada masing-masing tikus , perlakuan pertama yaitu pencegahan dan
perlakuan ke dua control positif dilakukan oleh kelompok lain. Sedangkan kelompok kami
melakukan percobaan dengan memberikan perlakuan pengobatan pada tikus. Hewan uji coba
yang digunakan pada kelompok kami adalah 69,9 gr dan zat yang akan di suntukan adalah
larutan Cobalt Clorida dengan konsentrasi 2 % dari perhitunganya sebnayak 0,14 ml yang
kan di injeksikan, dan Kalsium Dinatrium EDTA dengan konsentrasi 25% dari perhitungan
diperoleh 0,15 ml yang akan di injeksikan pada tikus.Penyuntikan dilakukan secara intra
peritoneal yaitu pada bagian rongga perut tikus. Dari perlakuan ini gejala klinis yang dimati
adalah warna kaki, warna kuping, keaktifan dan lain nya yang ditimbulkan oleh Cobalt
Klorida.
Kobalt klorida (CoCl6H2O) merupakan zat padat logam berat, Kristal berwarna
merah, sangat mudah menyerap air , dan dapat mengikat uap air, kobalt menunjukkan
konsentrasi yang lebih tinggi dalam hati, dengan konsentrasi agak rendah di ginjal dan
limpa.

Pertama-tama dilakukan penyuntikan 0,15 % larutan Cobalt klorida , gejala klinis /

gejala keracuna timbul pada onset geja keracunan ditandai warna kaki dan kupin
tikus mulai memerah warna ini timbul karena cobalt merupakan larutan zat yang berwarna
sehingga terjadi perubahan warna pada kulit tikus yaitu berubahnya sel darah merah , kobalt
memang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah namun diperlukan hanya dalam
jumlah yang sedikit saja. perlahan-laha pupil semakin membesar dan keadaan tubuh tiuks
melemas,

setelah gejala keracunan

timbul dilakukan

penyuntikan

larutan

Kalsium

Dinatrium EDTA sama sperti sebelumnya penyuntikan dilakukan pada intra peritoneal, zat ini
di suntikan sebagai pengobatan atau meringankan gejala keracunan sehingga kembali ke
keadaan semula atau sehat kembali. EDTA adalah asam amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat
ini sangat kuat menarik ion logam berat termasuk kalsium dari jaringan dalam tubuh. EDTAdalam terapi
ini berupa garam natrium (Na) yang berupa kristal putih, mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol , sedikit lemah,
dan dapat mengikat ion logam sesuai aktivitasnya. Pemberian EDTA secara intravena dapat mengikat atau menjepit
logam berat yang berada pada posisi patologis. EDTA dikeluarkan oleh ginjal kurang lebih 95% melalui urin dan

sisanya dimetabolisme dalam hati yang dikeluarkan melalui feses. Meski dalam percobaan EDTA tidak terbukti merusak
sel hati dan ginjal, saat pemberian terapi ini disarankan si tikus dalam keadaan baik baik saja. Untuk mengantisipasi
kemungkinan terambilnya logam-logam lain dalam setiap pemberian terapi ini dimasukkan zat-zat penting seperti
kalium.
Setelah pemberian EDTA tikus tetap diamati Selma 50 menit, dari onset awal terjadinya
keracunan sampai tikus kembali normal, atau sehat kembali. Dari hasil pengamatan setelah 10 menit
pupil mulai mengecil, warna kaki masih merah dan keadaan tubuh tikus diam atau lemah, setelah 20
menit gejala tetap sama dan tikus berjalan mundur hal ini disebabkan larutan EDTA mulai bereaksi
setelah 30 menit tikus mulai gesit kembali, salivasi tetapi kaki belakang mengangakat hala ini terjadi
karena menegangnya sputum otot dan terjadinya reaksi pada tubuh hewan untuk kembali kesemula.
Setelah 50 menit tikus mulai gesit dan kembali normal ini menandakan bahwa pengobatan telah
berhasil
Dari masing- msing perlakuan yang dilakukan oleh kelompok lain yaitu pencegahan dan
control positif, pencegahan dilakukan dengan menyuntikan larutan Kalium dinatrum EDTA setelah
ditunggu 15 menit disuntikan larutan Cobalt klorida onset yang didapat timbulnya gejala keracunan
setelah 3 menit 50 detikdan hewan mati, dan perlakuan control positif yaitu penyuntikan Cobalt
Klorida secara intraperitoneal dan setelah 16 menit tikus mati karena tikus dibiarkan keracunan dan
tidak diobati.
Dari hasil percobaan ini dapat kita ketahui bahwa pencegahan untuk tidak terkena gejala
keracunan memang benar, dalam kehidupan sehari-hari kita harus bisa mencegah agar kita tidak
terkena keracunan dari senyawa-senyawa logam yang membahayakan tubuh kita namun pada
percobaan ini pencegahan itu lebih baik daripada mengobati karena pada pengobatan tidak
menimbulkan kematian. Namun kobalt klorida ini merupakan zat yang toksisitasnya rendah
dibandingkan dengan logam lain dalam tanah. Mekanisme antagonisme obat dalam
percobaan ini, dimana zat beracun cobalt berikatan pada darah sehingga akan
terjadi kekurangan oksigen, dengan adanya Ca-EDTA maka Cobalt akan tergeser dan
akan digantikan oleh Ca sehingga akan memperlambat kematian.kerja senyawa
tersebut bereaksi secara kimia dengan demikian menginaktivasinya, tak
bergantung pada reseptor.
http://jakartapedia.net/index.php?title=Keracunan_Kobalt

Svehla, G. 1985. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.
PT. Kalman Media Pusaka. Jakarta.

Tan Hoan Tjay.Drs,Kirana Rahardja.Drs,Obat-Obat Penting, ed.keenam.Penerbit: P.T. Elex


Media Komputindo,Jakarta,2008.
Mutschler, Ernst Dinamika Obat Edisi ke-5, Penerbit ITB, Bandung.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik,Farmakologi dan Terapi,Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2007

Anda mungkin juga menyukai