Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FARMAKOLOGI II

“SKRINING FARMAKOLOGI”
Jumat, 3 Januari 2014

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Nama :
Ari Savitri 066111130
Muren W. 066111150
Anthoni Basit Erlangga 066111157
Kelas : D

Dosen Pembimbing :
Drh. Mien R., M.Sc., Ph.D
E. Mulyati Effendi., MS.
Yulianita., M.Farm
Nisa Najwa. S.Farm., Apt

Labolatorium Farmasi
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
Bogor
2014
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Skrining Farmakologi


Dosen Pembina : Drh. Mien R., M.Sc., Ph.D
Ir. E. Mulyati Effendi, MS.
Yulianita, M.Farm
Nisa Najwa, M.Farm., Apt.

Ari Savitri Muren W.

(0661 11 130) (0661 11 150)

Anthoni Basit Erlangga

(0661 11 157)

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Farmakologi II tentang “Skrining Farmakologi” ini dengan baik sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
laporan seperti ini, pengamatan yang kami laksanakan dapat tercatat dengan rapi dan dapat
kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita
terutama dalam bidang Farmakologi.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Kamis 5 Januari 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan Percobaan
I.3. Hipotesis

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab III Metodeologi Kerja


III.1. Alat dan Bahan
III.2. Cara Kerja

Bab IV Hasil dan Pembahasan


III.1. Hasil Percobaan
III.2. Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran


V.1. Kesimpulan
V.2. Saran

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang


Pencarian senyawa obat baru pada prinsipnya dapat dilakukan berdasarkan
skringing atau penapisan dengan berorientasi pada efek farmakologis tertentu. Untuk
menghindari pengabaian efek yang lebih potensial dibandingan efek yang dicari atau
diskrining maka pada umumya dilakukan skrining buta. Pada aktivitas skirining ini efek
yang terlihat semunya diamati sehingga dapat melakukan pemilahan terhadap suatu
sediaan yang mempunyai atau tidak mempunyai efek farmakologis atau toksis

I.2. Tujuan percobaan.


 Mempelajari skrining buta agar terlatih mengenali gejala – gejala yang
mempunyai efek farmakologis dari suatu sediaan.

I.3. Hipotesis.
 Pada Tabung A berisi Striknin maka tikus akan terjadi kejang-kejang otot, bila
dosis tinggi maka akan mengakibatkan kematian pada mencit
 Pada Tabung B berisi Urethan maka tikus akan terjadi pemelasan otot sehingga,
mencit menjadi mengantuk, dan lemas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui


aktivitasfarmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada
hewan cobasetelah diberi zat uji. Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk
mengetahui aktivitas farmakologisuatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan
dengan melihat gejala-gejala yangtimbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat
yang disediakan dalam praktikum iniantara lain yang memberikan efek depresan SSP,
perangsang SSP, simpato mimetik, parasimpato mimetik, simpatolitik, muscle relaxant,
analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator.
Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang
timbul padahewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat
tersebut.Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas
yangterjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu
efek maka zat atauobat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek
tersebut.Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum
diketahui efeknyaserta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau
tidak sehingga disebutsebagai penapisan hipokratik (penapisan awal).
Penapisan ini masih merupakan prediksi
Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkanefek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan
neuro hormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah
pemberian kolinergik adalah:
 Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar
ludahdan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
 Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan
jantung,vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
 Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar.
 Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
 Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
 Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
 Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.2.
Simpatomimetik Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat
menimbulkan (sebagian)efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan
melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan
adalah:
 Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya
antar lain sekresi liur dan keringat.
 Menurunkan peristaltik usus.
 Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
 Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.3.
Simpatolitik Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian
atau seluruhaktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang
ditimbulkan olehsimpatomimetika.4. Analgetik Anlagetika atau obat penghalang
nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalaurasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.5. Vasodilator Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat
yang berkhasiat melebarkan pembuluh darahsecara langsung.6.
Vasokonstriktor Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.7. CNS
Activation Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan
adalah:
Konvulsi.
 Meningkatkan laju pernapasan. Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara
lain:
 Aktivitas motorik meningkat
 Temperatur rektum naik

BAB III
METODOLOGI KERJA

III.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
- Alat Suntik
- Sarung tangan
- Timbangan hewan coba

Bahan yang digunakan :


- Mencit
- Obat Zat A (Striknin)
- Obat Zat B (Uretan)

III.2. Metodelogi kerja


Suntikan obat B dengan dosis 0,1 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,8 ; 1,6. Lakukan test berikut :
1. Uji Panggung.
Mencit diletakkan ditengah – tengah panggung yang bulat diameter 30 cm dan
tinggi 45 cm.
- Perhatikan Aktifitas motorik.
- Fenomena Straub.
- Piloereksi.
- Ptosis.
2. Uji Refleks.
- Refleks pineal.
- Refleks korne.
- Refleks ipsilateral.
3. Uji Katalepsi
Letakkan kaki mencit pada batang pensil yang diletakkan dari atas ke bawah.
4. Reflesk Postur
Letakkan mencit pada punggunya kemudia lihat kemampuan kembali ke
posisi normal.

5. Uji Gelantung.
Lakukan seperti uji katalepsi tapi secara vertikal
6. Uji Hafner.
Jepit pangkal ekor mencit dengan pinset
7. Efek Lain
- Lakrimasi
- Midiriasis
- Mortalitas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Pengamatan


Pengamatan Normal 0,1 ml 0,2 ml 0,4 ml 0,8 ml 1,6 ml
Bobot (gr) 7,2 gram
frek. Jantung
132 92 90 92 92
(x/menit)
laju respirasi (x/menit) 158 92 90 92 92
Uji Panggung
Aktivitas Motorik 2x 2x 7x 3x 2x
Fenomena Straub (-) (+) (+) (+) (+)
Piloereksi (-) (+) (+) (+) (+)
Ptosis (-) (-) (+) (+) (+)

TIDAK DILAKUKAN
Uji Refleksi
Refleks Pineal (+) (+) (+) (+) (+)
Refleksi kornea (+) (+) (+) (+) (+)
Refleksi ipsilateral (+) (+) (+) (+) (+)
Uji Katalepsi (+) (+) (+) (-) (-)
Refleks Postur (+) (+) (+) (+) (+)
Uji gelantungan (+) (+) (+) (-) (-)
Uji Haffner (+) (+) (+) (-) (+)
Efek Lain
Lakrimasi (+) (-) (-) (-) (-)
Mortalitas (-) (-) (-) (-) (-)
Midriasis (+) (-) (-) (-) (-)
Salivasi (-) (+) (+) (+) (+)
Urinasi (-) (-) (+) (-) (-)
Defekasi (+) (-) (-) (-) (-)

IV.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini menggunakan mencit dengan menyuntikan dosis secara
bertingkat secara subkuta. Skrining disini dilakukan skrining buta yang menentukan golongan
suatu zat yang disuntikan. Pada kaeadaan normal mencit masih memiliki aktifitas motorik,
fenomena straub, reflex, katalepsi, gelantung dan hafner yang normal. Kemudian pada
penyuntikan pertama sebesar 0,1 ml yang menonjol perubahan itu pada fenomena straub &
piloereksi dimana naiknya bulu mencit ini berarti menghasilkan positif. Kemudian pada
penyuntikan ke 2 yaitu 0,2 ml tidak jauh berbeda dengan kondisi pada 0,1 ml namun pada
aktifitas motorik meningkat menjadi 7 x dari 2 x kemudian pada penyuntikan 0,4 ml selain
fenomena straub & piloereksi mencit juga mengalam ptoksis dan menghasilkan negative pada
uji katalepsi dimana mencit cendrung turun dan pada uji gelantung cendrung tidak bisa naik
hanya bergelantung. Kemudian lebih memastikan lagi kami menyuntikan 0,8 ml secara
subkutan dan selain yang ditunjukan pada penyuntikan 0,4 ml sebelumnya, pada uji katalepsi
mencit tidak bisa bertahan menggelantung/ jatuh.
Dari petunujuk evaluasi skrining buta pada bagan didapatkan bahwa katalepsi ptosis
(+ merupakan golongan Hipnotik, ketiga uji refleksi baik pineal, kornea, ipsilateral juga (+)
termasuk dalam tranqualizer relaksan otot, kemudian lanjut pada uji hafner dan straub yang
menghasilkan (+) ini berarti juga termasuk analgetik narkotik. Dan ptosis yang (+) disini
tanpa mengurangi aktifitas motorik. Jadi merupakan Simpatolitik.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek
terapitikus yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan
signifikan pada mencit.
Diketahui juga bahwa larutan Zat B yang dipakai merupakan uretan yang merupakan
golongan hipnotik selain itu juga uretan bersifat relaksan otot dan termasuk analgetik
narkotik. Ini membuktikan bahwa skrining buta sesuai dengan spesifikasi zat B yaitu uretan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
 Skrining Farmakologi adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatuobat/bahan
yang belum diketahui.
 Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yangdisuntikan
merupakan golongan depresan . Hal ini dapat dilihat dariparameter yang paling besar
yaitru katalebsi dan straub yang menghasilkan negative dan merupakan hipnotik dan
uji reflesi yang positif yang mengartikan sebagai relaksan otot .
 Zat B yang digunakan merupakan golongan hipnotik, analgetik narkotik, simpatolik
yaitu uretan.

DAFTAR PUSTAKA
 Mien, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Semester Genap Farmakologi Toksikologi.
FMIPA Universitas Pakuan. Bogor.
 Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Stud iFarmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
 Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition,Lange
Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-bookversion of the text).
 Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. DepartemenFarmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.

Anda mungkin juga menyukai