Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PERCOBAAN KIMIA FISIK II Substitusi Elektrofilik Aromatik

Disusun Oleh : Nama NPM Jurusan : Muhammad Dennis Firman Sakti : 0621 10 047 : Kimia

Hari/tgl Percobaan : Senin , 30 April 2012

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNVERSITAS PAKUAN 2012

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu mempelajari reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik : a. Reaksi Brominasi Asetanilida b. Kecepatan reaksi Brominasi

Dasar Teori
Beberapa contoh reaksi substitusi elektrofilik aromatik yang umum adalah reaksi nitrasi , halogenasi , sulfonasi , serta alkilasi dan asilasi Friedel-Craft. Kondisi percobaan ditentukan oleh jenis reaksi , kereaktifan substrat dan jenis substitusi yang terjadi. A. Reaksi Brominasi Asetanilida Gugus asetanilida NHCOCH3 mempunyai aktivitas yang cukup kuat sehingga pada reaksi brominasi asetanilida berlangsung cepat membentuk campuran isomer orto dan para. Isomer=isomer tersebut dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutannya.

B. Kecepatan reaksi Brominasi Substitusi yang dapat bereaksi dengan benzena tidak hanya ditentukan oleh orientasi elekrofilik , tetapi juga pengaruh kecepatan reaksinya. Pada percobaan ini , sebagai elektrofilik adalah ion brominium hasil bromin dan asam asetat.

BAB II ALAT & BAHAN


A. Reaksi Brominasi Asetanilida 1. Erlenmeyer 2. Gelas Piala 3. Corong Buchner 4. 1,4 g asetanilida 5. Asam Asetat 6. 3 ml bromin dalam asam asetat 7. Natrium Metabisulfit 8. 20 ml etanol

BAB III METODOLOGI

1. Dilarutkan 6.75 g (0,05 mol) asetanilida dalam 25 ml asam asetat glacial dalam erlenmeyer 100 ml . Dipanaskan dengan api langsung supaya cepat larut. 2. Ditepatkan suhu 40oC , kemudian ditambahkan tetes demi tetes larutan 2,8 ml bromin yang dilarutkan dalam 10 ml asam asetat glacial , diaduk. 3. Setelah 10 menit di suhu kamar , brominasi sempurna dan warna merah dari bromin hilang. 4. Dituangkan campuran ke dalam gelas piala yang mengandung 150 ml air dingin dan sedikit es untuk pembentukkan endapan yang sempurna dari isomer para. 5. Bila larutan berwarna kuning atau merah pada penambahan berlebih bromin , ditambahkan Natrium bisulfit secukupnya untuk menghilangkan warna. 6. Disaring dengan corong buchner dan dikumpulkan endapan p-bromoasetanilida yang berwarna putih lalu dicuci dengan air.

BAB IV HASIL PERCOBAAN

A. Titrasi Asam dengan Basa PP : V1 V2 Vtot MM : V1 V2 Vtot JM : V1 V2 Vtot = 10,2 ml = 9,9 ml = 10,05 ml = 9,9 ml = 9,8 ml = 9,85 ml = 10,4 ml = 9,6 ml = 10,5 ml

B. Titrasi Basa dengan Asam PP : V1 V2 Vtot MM : V1 V2 Vtot JM : V1 V2 Vtot = 9,4 ml = 9,4 ml = 9,4 ml = 10,4 ml = 9,5 ml = 9,95 ml = 10,2 ml = 99,8 ml = 10 m

BAB V PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini banyak hal yang harus diperhatikan untuk menggunakan indicator yaitu : 1. Indicator harus bisa memperlihatkan titik akhir titrasi dan titik ekivalennya 2. Indicator bersifat netral 3. Indicator mudah didapat dan murah

BAB VI KESIMPULAN

Dalam praktikum ini dapat disimpulkan bahwa semua titrasi menggunakan indicator untuk mengetahui titik dimana titran dengan penitar sama dan titran dengan penitar tepat

beraeaksi yang disebut dengan titik ekivalen dan titik akhir.


Tidak semua larutan menggunakan indicator ysng sama akan tetapi harus sesuai dengan range PH-nya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/47479936/Pengenalan-Indikator http://www.yousaytoo.com/ Pengenalan-Indikator /1259764\ Jakarta : PT GRAMEDIA.Sauri, Sofyan dan Farid Hardiana. 2006.Analisis Jenis edisi 5 jilid I dan II. Jakarta: PT KALMANMEDIA PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai