Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

KERACUNAN STRIKNIN

Disusun oleh:
Kelompok 6
Luthfi Sofian

(0661 11 0

Antony Dedi

(0661 12 053)

Cevi Destri

(0661 12 062)

Pungky Umi Sadiyah

(0661 11 070)

Mia Puspa Dewi

(0661 12 080)

Rini Setiawati

(0661 14 703)

Dosen Pembimbing :
1.
2.
3.

Drh. Mien R., M.Sc., Ph.D


E. Mulyati Effendi., MS
Yulianita., M.Farm

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Keracunan adalah masuknya suatu zat dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Keracunan juga bisa dikatakan sebagai reaksi kimia yang merusak jaringan tubuh atau
mengganggu fungsi tubuh. Namun keracunan harus dibedakan dengan reaksi obat.
Penggunaannya sebagai pestisida bertahan sampai hari ini dan merupakan suber
keracunan striknin yang tidak disengaja pada anak-anak dan hewan peliharaan di
rumah. Stsiknin menyebabkan eksitasi di semua sistem saraf pusat. Namun efek ini
bukan akibat eksitasi langsung pada sinaps. Striknin meningkatkan level eksitabilitas
neuron dengan merintangi penghambatan secara selektif. Impuls saraf biasanya terbatas
pada jalur yang tepat oleh pengaruh penghambatan. Jika penghambatan dirintangi oleh
strknin, aktifitas neuron yang sedang berlangsung meningkat dan rangsang sensorik
menyebabkan efek refleks berlebihan.
I.2. TUJUAN
1. Mempelajari salah satu gejala keracunan oleh obat.
2. Memahami penanganan keracunan yang bersifat simptomatis.
I.3. HIPOTESIS
Penggunaan striknin dalam jumlah besar dapat menyebabkan keracunan pada
hewan coba tikus berupa konvulsi atau kejang. Untuk mengatasi konvulsi akibat
keracunan striknin ini maka dapat digunakan diazepam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Striknin merupakan alkaloid utama yang terdapat pada nux vomica yaitu merupakan
suatu biji pohon yang berasal dari India yaitu Strychnous nuxvomica. Striknin tidak
bermanfaat untuk terapi, tetapi untuk menjelaskan fisiologi dan farmakologi susunan saraf,
obat ini menduduki tempat utama diantara obat yang bekerja secara sentral.
Senyawa kimia yang terkandung di dalam striknin terdiri dari bruchnine, longanine,
manosan, galactine, chlorogenic acid. Striknin bekerja dengan mengganggu penghambatan
pasca sinaps yang diperantarai glisin. Glisin merupakan transmiter penghambatan yang
penting kemotoneuron dan interneuron dispinalis kordata, dan striknin bekerja sebagai
antagonis kompetitif yang selektif untuk merintangi efek penghambatan gliserin pada semua
reseptor gliserin. Striknin merintangi penghambatan berulang ulang pada pada sel renshawsinaps motoneuron dengan mengantagonis kerja glisin yang dilepaskan oleh sel renhaw.
Striknin merupakan konvulsan kuat, dan konvulsinya mempunyai pola motorik yang
khas. Pada hewan coba konvulsi ini berupa ekstensi tonik dari badan dan semua anggota
gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang
merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari konvulsi striknin ialah kontraksi
ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran,
penglihatan dan perabaan.
Gejala keracunan striknin yang mula-mula timbul ialah kaku otot muka dan leher.
Setiap rangsangan sensorik dapat menimbulkan gerakan motorik hebat. Pada stadium awal
terjadi gerakan ekstensi yang masih terkoordinasi, akhirnya terjadi konvulsi tetanik. Episode
konvulsi ini terjadi berulang, frekuensi dan hebatnya konvulsi bertambah dengan adanya
perangsangan sensorik.
Pada konvulsi ini tubuh menjadi lengkung pada hiperekstensi sehingga kemungkinan
hanya ubub-ubun kepala dan tumit yang menyentuh lantai. Berhentinya nafas disebabkan
oleh kontraksi diafragma serta otot-otot dada dan perut. Konvulsi ini dapat terjadi berulang
diselingi oleh periode deperesi secara intermiten; perangsangan sensori meningkatkan
frekuensi dan keparahan konvulsi. Kematian terjadi akibat paralisis medula, yang terutama
disebabkan oleh hipoksia akibat adanya periode gangguan pernafasan. Jika tidak ditangani,
kematian akibat striknin sering terjadi setelah konvulsi penuh kedua sampai kelima, tetapi
konvulsi yang pertama bisa fatal jika berlangsung terus-menerus.

Obat yang penting untuk mengatasi hal ini ialah diazepam, sebab diazepam dapat
melawan konvulsi tanpa menimbulkan potensial terhadap depresi post ictal, seperti yang
umum terjadi pada penggunaan barbiturat atau obat penekan system saraf pusat non-selektif
lain. Kadang-kadang diperlukan tindakan anastesia atau pemberian obat penghambat
neuromuskular pada keracunan yang hebat.
Diazepam atau biasanya dikenal dengan Valium merupakan golongan obat
benzidiazepin. Diazepam merupakan obat anti cemas (antianxietas atau tranquilizer), sedatifhipnotik, dan obat anti kejang (antikonvulsan). Diazepam bekerja dengan cara meningkatkan
aktivitas GABA dalam otak, meningkatkan efek menenangkan dan hasil dalam kantuk,
penurunan kecemasan dan relaksasi otot.

BAB III
METODE KERJA
III.1. ALAT DAN BAHAN
Alat

1. Suntikan
2. Stopwatch
3. Toples
Bahan
1. Diazepam
2. Striknin
3. Tikus
III.2. CARA KERJA
1. Ditimbang tikus percobaan
2. Dihitung dosis untuk striknin dan diazepam.
3. Disuntikan striknin sesuai dosis perhitungan secara i.p.
4. Dinyalakan stopwatch dan diamati sampai terjadinya konvulsi.
5. Disuntikkan diazepam setelah terjadi konvulsi.
6. Dinyalakan kembali stopwatch sampai tikus kembali ke keadaan normal.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 : Data Biologis Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan
Pengamatan
Berat badan
Frekuensi jantung
Laju nafas
Refleks
Tonus otot
Kesadaran
Rasa nyeri
Gejala lain:
Konfulsi
Defekasi
Urinasi

Normal
87 gram
172/menit
188/menit
+++
+++
+++
+++
+
++

Hewan coba tikus


+ Striknin
87 gram
173/menit
194/menit
+
+
+
+
Aspontan, Klonik,
Simetris
-

+ Diazepam
87 gram
164/menit
196/menit
-

Salivasi
Keterangan
:+
++
+++
Tabel 2 :
Kel.
1
2
3
4
5
6
7
8
X

++
= Kurang baik
= Baik
= Sangat baik
= Tidak menunjukkan tanda

Onset Striknin dan Diazepam


T striknin
18 : 39
11 : 00
10 : 10
9 : 52
11 : 56
8 : 50
16 : 12
20 : 00

T diazepam
12 : 30
15 : 04
15 : 04
4 : 02
12 : 58
24 : 09
23 : 33
10 : 00

IV.II. PERHITUNGAN DOSIS


1. Striknin
C = 0,01 %
=
D = 0,75 mg/kg BB

x = 0,06525 mg = 6,525 x 10-5 g

x = 0,653 ml
2. Diazepam
C = 10 mg/20 ml
D = 5 mg/kg BB

x = 0,435 mg

x = 0,87 ml
IV.III. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai gejala keracunan oleh
striknin dan bagaimana cara penanganannya. Untuk memberikan efek keracunan pada
hewan coba tikus, striknin diberikan dalam dosis yang cukup besar, yaitu 0,7
mg/kgBB dengan konsentrasi sebesar 0,01 % secara i.p.
Striknin merupakan konvulsan kuat dan dapat menstimulasi syaraf, sehingga
bila diberkan dalam dosis besar maka akan meyebabkan konvulsi hebat yang bila
tidak ditangani dengan benar dan tepat akan menyababkan kematian.
Karena striknin merupakan stimulant saraf, maka terdapat tanda peningkatan
terhadap keadaan biologis hewan coba tikus. Frekuensi janung dan laju nafas dari
hewan coba ini mengalami peningkatan masing-masing adalah 172/menit menjadai
173/menit dan 188/menit dan 194/menit. Sedangkan tanda biologis lainya, seperti
refleks, tonus otot, kesadaran dan rasa nyeri mengalami penurunan. Hal ini
kemungkinan terjadi karena depresi yang dialami tikus karena keadaan lingkungannya
yang tidak tenang.
Setelah penyuntikan selama 8 menit 50 detik striknin yang disuntikkan mulai
bekerja dan mencapai onset pada waktu tersebut. Kemudian selang beberapa menit
hewan coba tersebut menunjukkan tanda-tanda konvulsi dan konvulsinya semakin
hebat setelah ada rangsangan berupa hentakan keras, maka hal ini menujukkan bahwa
konvulsi yang terjadi adalah aspontan. Selain itu konvulsi yang terjadi juga berupa
ekstensif klonik dari badan dan semua anggota gerak dan kontraksi ekstensor yang
simetris. Bila gejala ini tidak segera ditangani maka efek selanjutnya adalah kematian
pada tikus yang disebabkan oleh paralisis batang otak karena hipoksia akibat
gangguan pernapasan.
Untuk mengangani gejala keracunan ini maka disuntikkan diazepam dengan
dosis 5 mg/kgBB dan konsentrasi 10 mg/20 ml secara i.p. Diazepam ini merupakan
golongan antikonvulsan yang menghambat penjalaran neurotransmitter kejang ke otak
mampu menetralisir efek dari striknin.

Diazepam ini bersifat sedatif-hipnotis dan memiliki daya relaksasi otot yang
menyebabkan tanda-tanda biologis dari hewan coba seperti refleks, tonus otot,
kesadaran dan rasa nyeri menurun. Begitu pula frekuensi jantung dari hewan coba
mengalami penurunan dari 173/menit menjadi 164/menit. Namun pada tanda biologis
laju nafas mengalami peningkatan dari 194/menit menjadi 196/menit, hal ini mungkin
disebabkan kekeliruan pada saat perhitungan.
Onset yang diperlukan dari diazepam ini cukup lama yaitu 24 menit 9 detik,
hal ini disebabkan karena diazepam termasuk dalam kelompok kerja lama. Obat
jangka panjang membentuk metabolit akitf dengan waktu paruh panjang, sehingga
waktu yang diperlukan untuk menunjukkan efeknya pun lama. Setelah penyuntikan
diazepam selama 28 menit hewan coba tikus mulai menunjukkan kesadaran.

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Penggunaan dosis besar dari striknin dapat menyebabkan keracunan dengan gejala
konvulsi.
2. Striknin adalah konvulsan yang memberikan efek konvulsi aspontan, klonik dan
simetris.
3. Keracunan striknin dapat ditangani dengan pemberian diazepam.
4. Diazepam ini merupakan golongan antikonvulsan yang menghambat penjalaran
neurotransmitter kejang ke otak mampu menetralisir efek dari striknin dan bersifat
sedatif-hipnotis dan memiliki daya relaksasi otot.
5. Onset dari striknin adalah 8 menit 50 detik sedangkan diazepam adalah 24 menit 9
detik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

____.

Onset

Kerja

Obat

pada

Beberapa

Jalur

Pemberian.

<http://s3.amazonaws.com/ppt-download/acara3-140708121954-phpapp02.docx>.
Diakses pada 23 November 2014.
Louisa, M dan Hedi RD . 2007. Perangsang Susuna Saraf Pusat. Farmakologi dan Terapi.
Editor: Gunawan, S.G. Edisi ke-5. Jakarta (ID) : Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia.
Rizky, Amanda., Deviyani Karolin, dkk. 2013 <http://tintusfar.files.wordpress.com/
2013/10/obat-susunan-saraf-pusat.pdf. Obat Susunan Saraf Pusat. Makalah. Poltekkes
Kemenkes RI Pangkalpinang: Pangkalpinang.
Sunaryo. 1995. Perangsang Susunan Saraf Pusat dalam Farmakologi dan Terapi Ed.IV.
Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.223224.
Utama, Hendra., Vincent HS Gan., (1995). Antikonvulsan, dalam Farmakologi dan Terapi
Bab 12. Editor Sulistia G. Ganiswara. Edisi Keempat. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 163-165

Anda mungkin juga menyukai