Anda di halaman 1dari 10

1.

Evolusi Biologis
a. Teori Evolusi Biologis
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The
Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika
atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya
energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet,
memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik
atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung
dilautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti
Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta
tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa yang lebih kompleks,
Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan
bahan pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan
maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar
Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi
timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut
selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut :
A. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang
terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
B. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan
ke sekelilingnya;
C. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai
denagn pola-pola ikatan didalamnya;

D. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.


Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk
berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang
pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop
purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu
mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau
reproduksi.
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang
berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun
Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari
molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawasenyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti tersebut
diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut :
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk
kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus
oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana
dia berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn struktur emulsi ini akan
menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbuna gumpalan atau
Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut
memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu
secara selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain
kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung
kepada komposisi mediumnay. Denagndemikian, perbedaan komposisi medium akan
menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba
diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang
merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling
perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-molekul
Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput sel
primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian,
kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi
diri kedalam koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat
mungkin akan mnghasilkan sel primitif.

Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan


bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan
terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan
bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh paar Ilmuwan. Namun, tidak
sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat
menjadi awal terbentuknya organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru
teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi
biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum
mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini pertama
kali muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut
masalah replikas; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga
menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori asal usul kehidupan yang
menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut biologi,
karena molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut.

2. Spesiasi
a. Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari spesies
sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi.
Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses perubahan yang
berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual, perlahan tetapi pasti terjadi.
Spesiasi lebih membahas tentang transisi mikroevolusi ke makroevolusi. Proses
mikroevolusi yang terjadi pada populasi, yaitu seleksi alam, perubahan frekuensi gen,
pemeliharaan variasi genetik, ekspresi khusus dari variasi gen, evolusi dari kelamin,
sejarah hidup dan alokasi seksual, seleksi seksual, dan konflik genetik.
Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya terjadi pada masa lampau
dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa
spesiasi masih berlangsung hingga kini.

b. Penyebab Terjadinya Speiasi


Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi dan isolasi reproduksi.
1. Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama
masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi,
meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa
sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses
geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu

daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi


organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; suatu glasier yang yang
bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi; atau suatu danau besar
bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang
sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh
geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang
demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara
sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin
berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing
(Widodo dkk, 2003).
2. Isolasi Reproduksi
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor geografis,
yang sebenarnya populasi tersebut masih memiliki potensi untuk melakukan
interbreeding dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies. Kemudian kedua
populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis, sehingga gene flow yang
efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik
pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies
yang terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan
mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai
frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari
lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini
memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan membentuk koloni
baru.
3. Domestikasi
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar
ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana,
domestikasi merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar.
Namun di sini proses penjinakan melibatkan populasi, bukan individu.

Perkiraan awal domestikasi hewan dilakukan arkeolog berdasarkan nalar logika


dari hasil temuan di situs purbakala. Bukti tertua adanya hewan peliharaan adalah
kerangka anjing berusia sekitar 5 bulan di sisi kerangka seorang perempuan yang
ditemukan di dekat Ain Mahalla (Israel), yang berusia hampir 10.000 tahun SM.
Kerangka-kerangka anjing dari masa antara 8.000 dan 7.000 SM juga ditemukan pada
situs-situs purbakala di banyak tempat. Kerangka kucing peliharaan tertua ditemukan
di Siprus, berasal dari sekitar 6.000 tahun SM. Diperkirakan, kucing dipelihara untuk
mengatasi gangguan tikus di lumbung pangan.

c. Spesiasi pada Tingkat Populasi


Spesiasi pada tingkat populasi terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi allopatrik
simpatrik, spesiasi parapatrik (semigeografi), dan spesiasi simpatrik.
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi.
Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi
pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat
terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi
yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan
interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent)
dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi
alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara gradual.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di
Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam Stearns
and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang
sama. Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di mana
pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris). Beberapa
mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai antelope berekor putih harris
(Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil dan memiliki ekor

yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya (Gambar 2.6.). Ternyata di
situ semua burung-burung dan organisme lain dapat dengan mudah menyebar
melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
2. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi
frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang sama. Pada
model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada isolasi geografi.
Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan. Suatu populasi yang berada di
dalam wilayah tertentu harus berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah
ke daerah lain yang masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang
baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi akan
berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian mereka
berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka perbatasan ini akan diakui
sebagai zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun
secara geografis letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk gene
flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah
kawin dengan tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam cakupan
populasi yang berbeda. Artinya bahwa individu lebih mungkin untuk kawin dengan
tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini,
penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan
bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
3. Spesiasi Simpatrik
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di
dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang dengan berbagai
cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual

dan spontan. Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali
pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan autopoliploidi yang
terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera lamarckiana) yang merupakan
suatu spesies diploid dengan 14 kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru
yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28
kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga
mawar diploid, spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain
spesiasi adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu
hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina
maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya
serangga Rhagoletis sp.

d. Contoh Terjadinya Spesiasi


1. Salah satu contoh kejadian spesiasi ini adalah ketika tanaman Arabidopsis thaliana
dan Arabidopsis arenosa berkawin silang, menghasilkan spesies baru Arabidopsis
suecica. Hal ini terjadi sekitar 20.000 tahun yang lalu.
2. Burung Acaulhiza pusilla yang tersebar luas di benua Australia dan mempunyai suatu
populasi yang sedikit berbeda yaitu A. Ewingi. Penjelasan yang masuk akal adalah
selama peristiwa pleistocene glaciation, ketika permukaan laut lebih rendah,
Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke dalam A. Ewingi yang terisolasi
oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada A.pusilla pada pulau itu.
3. Contoh lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis) di bagian
barat Amerika Utara.
4. Contoh spesiasi lainnya terjadi pada pembentukan spesies burung finch di
Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Spesiasi burung finch
termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan

penguatan. Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit mekanisme


spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra, 2003).
Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang
sama.
5. Spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang pantai Inggris selatan
pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu allopoliploid yang diturunkan dari
spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika (Spartina alternaflora).

Tugas Artikel
Evolusi Biologis dan Spesiasi

Disusun oleh : Pungky Umi Sadiyah


Kelas

: XII IPA 3

SMA Negeri 1 Cileungsi


Jl. Pasar Lama No 66 Telp ( 021 ) 8232236
Cileungsi Bogor

Anda mungkin juga menyukai