MAKALAH
Oleh:
Offering GHI-P/Kelompok 3
Afif Qoiri Putri (160342606250)
Livia Nur Cholifah (160342606203)
Roikhatul Jannah (160342606257)
Vitri Alfia Nur Aini (160342606261)
A. Latar Belakang
Kata evolusi awalnya diungkapkan oleh seorang ahli filsafat dari Inggris,
akan tetapi belum mengarah pada evolusi kehidupan. Dalam perkembangannya,
evolusi digunakan oleh seorang ahli naturalis untuk menjelaskan fenomena
kehidupan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Menurut Herbet Spencer yang merupakan seorang ahli filsafat dari Inggris
yang pertama kali menggunakan istilah evolusi. Menurut Spencer, konsep evolusi
yang dimaksud adalah berkaitan dengan suatu perkembangan ciri atau sifat dari
waktu ke waktu melalui perubahan bertingkat. Pengertian yang dikemukakan oleh
Spencer tersebut menunjukkan terjadinya suatu proses perubahan. Pengertian dari
Evolusi sendiri secara umum adalah serentetan perubahan kecil secara pelan-
pelan, kumulatif, terjadi dengan sendirinya, dan memerlukan waktu lama.
Makroevolusi adalah skala analisis evolusi yang dipisahkan dari gen pool.
Dalam genetika populasi, gene pool adalah populasi yang menampung berbagai
alel yang mungkin tersedia dalam suatu spesies. Populasi menjadi gen pool
apabila di dalamnya terdapat keunikan akibat proses saling kawin di dalamnya
terjadi secara tertutup (terisolasi), terpisah dari populasi lain. Kajian makroevolusi
berfokus pada perubahan yang terjadi pada tingkatan spesies atau populasi. Hal ini
berbeda dengan mikroevolusi, yang merujuk pada perubahan evolusi yang kecil
(biasanya dideskripsikan sebagai perubahan pada frekuensi gen atau kromosom)
dalam suatu spesies ataupun populasi. Makroevolusi ini menggunaka pendekatan
sistematik dan paleontology. Namun, pada makalah ini, akan lebih banyak dibahas
mengenai paleontology.
Kehidupan di bumi berevolusi dengan cara bereaksi terhadap perubahan
kondisi geologis. Seperti yang dikatakan oleh seorang ahli paleontologi terkenal,
Alfred Roman, alam telah menghasilkan sejumlah model eksperimental yang
dapat menyesuaikan diri dengan bumi yang selalu berubah. Pada kenyataannya
ahli ilmu bumi membagi waktu geologis dengan jalan mengkhususkan interval
waktu tertentu terhadap bentuk kehidupan yang dominan. Tidak seperti planet-
1
planet lain pada sistem matahari, bumi terus aktif secara geologis. Sesudah
pengendapan dari pengumpulan debu kosmis 4,6 milyar tahun yang lalu, bahan-
bahan dari planet mulai mengatur dirinya menjadi unit-unit yang terus berinteraksi
satu sama lain secara dinamis. Pengumpulan partikel tekanan menyebabkan bumi
memanas sebagai akibat dari friksi (benturan) dan aktivitas radioaktif. Perkiraan
temperatur pada tahap permulaan bumi menunjukkan sekitar 1.000oC. Panas
dalam bumi tetap menjadi sumber energi untuk proses diferensiasi proto bumi
yang homogen, untuk dijadikan komponen yang tetap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makroevolusi
Makroevolusi adalah evolusi dalam "skala besar" yang menghasilkan taksa
yang lebih tinggi. Di dalam teori evolusi ini, umumnya terkait dengan jalur
keluarga, modifikasi, spesiasi, hubungan gen dari semua silsilah pada makhluk
hidup, perubahan bentuk, perubahan jenis, dan perubahan populasi baik struktural
dan fungsional secara besar-besaran melalui waktu tertentu pada semua tingkatan
Makroevolusi umumnya mengacu pada evolusi di atas tingkat spesies. Jadi
makroevolusi tidak terfokus pada individu spesies, makroevolusi mengharuskan
kita melihat lebih jauh ke pohon kehidupan, untuk memahami keragaman seluruh
kumbang dan posisinya di cladogram (lihat Gambar 1).
3
alam) dapat menghasilkan evolusi dalam skala besar jika diberikan cukup waktu.
Kehidupan di bumi telah mengakumulasi mutasi dan melewatinya melalui seleksi
alam selama 3,8 miliar tahun - lebih dari cukup waktu untuk proses evolusi untuk
menghasilkan sejarah kehidupan yang sangat besar (Understanding Evolution,
2015).
4
Darwin, di mana evolusi terjadi secara bertahap sebagai perubahan genetik kecil
perlahan terakumulasi dalam populasi lebih dari waktu yang lama.
B. Pola Makroevolusi
Semua perubahan, diversifikasi, dan kepunahan yang terjadi selama sejarah
kehidupan adalah pola makroevolusi. Namun, di luar rincian peristiwa masa lalu
suatu individu, seperti munculnya kumbang pertama kali atau seperti apa
penampakan bunga pertamakali, ahli biologi tertarik pada pola umum yang
muncul kembali melalui pohon kehidupan:
1. Statis
Banyak garis keturunan pada pohon kehidupan menunjukkan pola yang
tetap, yang berarti bahwa mereka tidak banyak berubah dalam waktu yang lama,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
5
keturunan ikan Coelacanth memperlihatkan perubahan yang stasis pada
morfologinya sekitar 80 juta tahun lamanya.
2. Perubahan Karakteristik
Garis keturunan dapat berubah dengan cepat atau lambat. Perubahan
karakteristik dapat terjadi dalam satu arah, seperti adanya segmen tambahan, atau
bisa mengalami kemuduran melalui tambahan segmen baru atau kehilangan
segmen yang didapat sebelumnya. Perubahan dapat terjadi pada satu garis
keturunan atau pada beberapa garis keturunan. Gambar 5 menunjukkan keturunan
A berubah dengan cepat tetapi arahnya tidak beraturan. Garis keturunan B
menunjukkan perubahan arah yang lebih lambat.
Trilobita, hewan yang terletak pada kladogram yang sama seperti serangga
dan udang modern, hidup lebih dari 300 juta tahun yang lalu. Seperti ditunjukkan
6
pada Gambar 6, catatan fosil jelas menunjukkan bahwa beberapa garis keturunan
mengalami penambahan segmen selama jutaan tahun.
7
untuk punah, dan pada akhirnya, lebih dari 99% spesies yang pernah hidup di
bumi akan mengalami kepunahan. Gambar 8 menunjukkan kepunahan masal
secara singkat memperpendek waktu hidup banyak spesies, dan hanya tiga spesies
yang berhasil bertahan hidup.
8
marga dan 90% spesies invertebrata laut, terdiri dari trilobita, semua tabula dan
karang rugose, dan sekitar 70% famili brachiopoda, 65% famili bryozoan, dan
47% famili cephalopoda, diantaranya beberapa ammonita.
3. Kepunahan pada Akhir Cretaceous
Kepunahan pada akhir Cretaceous, sekitar 50% marga yang ada
menghilang. Semua invertebrata laut terpengaruh. Korban menonjol adalah
foraminifera, bivalvia, bryozoans, semua ammonita, gastropoda, sponge,
echinodermata, dan ostracoda. Dinosaurus tampaknya berkurang sebelum
kepunahan massal, dan beberapa fosil dinosaurus pada permulaan Paleocene,
sehingga sedikit dinosaurus yang dapat bertahan saat kepunahan massal.
Bagaimanapun juga, beberapa dinosaurus mungkin mati pada saat yang sama
dengan invertebrata laut. Pada kepunahan massal akhir dari Cretaceous dalam
kondisi yang tidak biasanya. Jelaga tersebar luas yang diakibatkan kebakaran pada
skala hemisheric, seperti halnya spora dari pakis yang telah menginvasi habitat
dibersihkan oleh api. Pada batas Cretaceous-Paleocene banyak mengandung
iridium, elemen yang ditemukan dengan konsentrasi yang rendah di bumi dan
konsentasi tinggi pada meteorit. Dugaan utama adalah adanya hantaman meteorit
yang berdiameter 10 km yang membentuk kawah dengan diameter 180 km.
Puing-puing yang dikeluarkan akan mengeluarkan api dan menyebabkan debu di
atmosfer, baik secara langsung maupun melalui letusan gunung berapi, sehingga
bumi mengalami kegelapan dan suhu yang dingin dalam beberapa tahun. Akan
tetapi hipotesis meteorit tidak dapat diterima secara universal.
Tabel 1. Dampak Akhir Cretaceous: Kehancuran dan Pemulihan
Waktu Efek
1 sekon Pemusnahan sekitar lokasi yang terkena dampak sejauh 30.000 km
1 menit Gempa bumi, dengan 10 skala richter
10 menit Pengapian spontan hutan Amerika Utara
60 menit dampak ejecta menyeberangi Amerika Utara
10 jam Rawa tsunami tepi pesisir Tethyan
1 minggu Kepunahan pertama
9 bulan Awan debu mulai lenyap
10 tahun Gangguan iklim yang parah (pendinginan) berakhir
1000 tahun Vegetasi benua pulih; akhir dari ‘Fern Spike’
1500 tahun Ekosistem bentik air yang lebih dalam mulai pulih
7000 tahun Pemulihan secara penuh ekosistem bentik
70.000 tahun Samudera anoksia (kurang oksigen) berkurang
100.000 tahun Kepunahan akhir dinosaurus
9
300.000 tahun Kepunahan akhir ammonita
500.000 tahun Ekosisten laut mulai stabil
1.000.000 tahun Ekosistem laut terbuka sebagian pulih
2.000.000 tahun Fauna moluska sebagian besar pulih
2.500.000 tahun Ekosistem global normal
10
brachiopoda, dan echinovermata. Fosil tersebut umumnya kecil dan halus, setelah
itu baru ditemukan organisme yang besar.
5. Radiasi Silurian-Devonian terhadap Tumbuhan Berpembuluh Darat
Kelompok tumbuhan berpembuluh muncul secara bertahap pada Silurian
(438-410 juta tahun) dan Devonian (410-355 juta tahun). Munculnya tumbuhan
berpembuluh lebih cepat dibandingkan dengan sisa sejarah mereka dan sedikit
lebih lambat dibandingkan munculnya kelompok utama dari hewan multisel.
E. Bukti-bukti Makroevolusi
Sebagian besar bukti perubahan evolusi berskala besar (disebut evolusi
makro) bersumber dari peninggalan berupa fosil. Hanya pada fosil kita dapat
mengamati evolusi untuk jangka waktu cukup lama agar bisa mengetahui pola
skala besar. Dengan fosil dapat menunjukkan jatuh bangunnya kelompok pada
semua peringkat taksonomi, Species, Genus datang dan pergi, demikian pula
halnya Familia, Ordo dan Classis yang mengandung spesies itu. Semakin besar
kelompok semakin inklusif kelompok tersebut, tetapi pola bagi semua kelompok
sama saja. Kemudian ada kepunahan masal, dimana beberapa kelompok besar
punah pada waktu yang kurang lebih sama. Kita juga dapat melihat
kecenderungan evolusi, menurut garis silsilah, dimana anggota-anggota garis
silsilah tersebut berevolusi secara berkesinambungan pada arah yang sama,
melalui banyak spesies dan selama waktu yang panjang. Seperti itulah gejala
evolusi makro.
Paleontologi, biologi perkembangan evolusioner, genomika perbandingan,
dan filostratigrafi genomik berkontribusi terhadap kebanyakan bukti-bukti akan
pola-pola dan proses-proses alam yang dapat diklasifikasikan sebagai
makroevolusi. Sebagai contoh makroevolusi adalah kemunculan bulu selama
evolusi burung dari dinosaurus teropoda.
Kehidupan di bumi berevolusi dengan cara bereaksi terhadap perubahan
kondisi geologis. Seperti yang dikatakan oleh seorang ahli paleontologi terkenal,
Alfred Roman, alam telah menghasilkan sejumlah model eksperimental yang
dapat menyesuaikan diri dengan bumi yang selalu berubah. Pada kenyataannya
11
ahli ilmu buni membagi waktu geologis dengan jalan mengkhususkan interval
waktu tertentu terhadap bentuk kehidupan yang dominan.
Tidak seperti planet-planet lain pada sistem matahari, bumi terus aktif
secara geologis. Sesudah pengendapan dari pengumpulan debu kosmis 4,6 milyar
tahun yang lalu, bahan-bahan dari planet mulai mengatur dirinya menjadi unit-unit
yang terus berinteraksi satu sama lain secara dinamis. Pengumpulan partikel
tekanan menyebabkan bumi memanas sebagai akibat dari friksi (benturan) dan
aktivitas radioaktif. Perkiraan temperatur pada tahap permulaan bumi
menunjukkan sekitar 1.000oC. Panas dalam bumi tetap menjadi sumber energi
untuk proses diferensiasi proto bumi yang homogen, untuk dijadikan komponen
yang tetap. Tahap mula dari diferensial adalah mencairnya besi dan pengerasan
sesudahnya dari elemen ini menjadi core/inti yang berdiameter lebih dari 10.000
kilometer.
Ketika pemanasan terus berlangsung, elemen yang lebih ringan naik dan
elemen yang lebih berat tenggelam ke inti bumi. Sementara itu yang mengelilingi
inti bumi, namun berada tepat di bawah lapisan terluar adalah “matel” (selimut).
Lapisan terluar di atas matel terdiri dari atmosfer, litosfer dan crust/debu-debu
halus. Karena perbedaan temperatur diantara lapisan-lapisan, termo “arus
convention” membentuk apa saja yang seperti yang dilakukan dalam atosfer.
Pergeseran dari arus-arus batu ini merupakan kunci untuk mengerti mengapa
lapisan terluar bumi selalu mengatur kembali dirinya melalui pergeseran benua,
vulkanisme dan daerah-daerah/zona-zona subduction. Fenomena ini merupakan
salah satu bagian dari plate tecnonics. Piringan tektonik merupakan hal penting
untuk mengetahui biostratigrafi bumi. Jika ingin menelusuri sejarah kehidupan
bumi, maka harus kerap kembali pada pembicaraan mengenai piringan tektonis.
Bukti – bukti yang dapat diklasifikasikan sebagai makroevolusi diantaranya
adalah :
a. Paleontologi
Paleontologi didefinisikan adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan praaksara. Paleontologi mencakup studi fosil untuk
menentukan evolusi suatu organisme dan interaksinya dengan organisme lain dan
lingkungannya (paleoekologi). Pengamatan paleontologi telah didokumentasikan
12
sejak abad ke 5 sebelum masehi. Sains paleontology berkembang pada abad ke 18
ketika Georges Cuvier melakukan anatomi komparatif, dan berkembang secara
cepat pada abad ke 19. Paleontologi berada pada batas antara biologi dan geologi,
namun berbeda dengan arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan
kebudayaan Homo sapien modern. Paleontologi kini mendayagunakan berbagai
metode ilmiah dalam sains, mencakup biokimia, matematika, dan teknik.
Penggunaan berbagai metode ini memungkinkan paleontologi untuk
menemukan sejarah evolusioner kehidupan, yaitu ketika bumi menjadi sesuatu
yang mampu mendukung terciptanya kehidupan, sekitar 3.800 juta tahun silam.
Dengan pengetahuan yang terus meningkat, paleontologi kini memiliki subdivisi
yang terspesialisasi, beberapa fokus pada jenis fosil tertentu, yang lain
mempelajari sejarah lingkungan dalam paleoekologi, dan yang lain mempelajari
dalam iklim dalam paleoklimatologi.
Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak
kehidupan zaman purba terekam dalam fosil. Fosil adalah sisa kehidupan purba
yang terawetkan secara alamiah dan terekam pada bahan-bahan dari kerak
bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang,jejak atau cetakan
yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Catatan fosil (fossil
record) adalah susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan/ strata,pada
batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Semakin atas letak
strata tempat fosil ditemukan, semakin muda usia fosil tersebut.
Ada bermacam-macam fosil bila ditinjau dari dari kejadiannya, antara lain:
Bagian keras yang terawetkan dan menjadi fosil seperti keadaannya semula.
Misalnya: tulang,gigi, cangkang
Hasil pembatuan
Awetan yang terdapat dalam lapisan seperti batu amber
Jejak, lubang, tempat tinggal, kotoran
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makroevolusi adalah peristiwa terjadinya perubahan skala besar pada
frekuensi gen dalam suatu populasi selama periode geologis yang panjang.
Makroevolusi adalah skala analisis evolusi yang dipisahkan dari gen pool.
2. Beberapa pola makroevolusi diantaranya adalah statis, perubahan
karakteristik, terpisahnya garis keturunan (spesiasi), dan kepunahan.
3. Pada zaman Phanerozoic (570 juta tahun yang lalu) telah terjadi serangkaian
kepunahan massal. Ada sekitar 20 kepunahan massal pada Phanerozoic
diantaranya yaitu, akhir Ordovician, Devonian, Permian, Triassic, dan
Cretaceous.
4. Pada evolusi juga terdapat kondisi stasis dimana berdasarkan observasi (fosil)
dari ilmuan mengatakan bahwa dalam waktu yang lama tidak terjadi
perubahan. Selain itu, makroevolusi mendukung terjadinya spesiasi dan
perubahan morfologi.
5. Sebagian besar bukti perubahan evolusi berskala besar (disebut evolusi
makro) bersumber dari peninggalan berupa fosil. Paleontologi mencakup
studi fosil untuk menentukan evolusi suatu organisme dan interaksinya
dengan organisme lain dan lingkungannya (paleoekologi).
B. Saran
Untuk mengungkap kebenaran dalam belajar evolusi, hendaknya sadar
bahwa kajian ilmiah adalah berdasarkan bukti empiris (misalnya fosil), bukan
berdasarkan dogma atau yang lainnya. Jadi, sebagai ilmuan (mahasiswa),
sebaiknya menghindari sikap yang latah untuk menyalahkan suatu hasil temuan
ilmiah. Adanya perkataan yang menyalahkan hasil temuan ilmiah, maka harus
disikapi dengan bijak.
14
DAFTAR RUJUKAN
15