Anda di halaman 1dari 19

1. Untuk mengetahui contoh makroevolusi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Makroevolusi
Makroevolusi mengacu pada perubahan evolusioner skala besar yang terjadi di atas
tingkat spesies. Ini mencakup evolusi taksa seperti genera, famili, dan ordo. Berbeda dengan
evolusi mikro, yang melibatkan perubahan dalam suatu spesies, makroevolusi berkaitan
dengan pola dan proses evolusi yang lebih luas yang membentuk keanekaragaman kehidupan
dalam skala besar.makroevolusi dapat melibatkan munculnya struktur atau organ baru, itu
tidak semata-mata bergantung pada evolusi fitur yang sepenuhnya baru. Keanekaragaman
mamalia, misalnya, dapat dikaitkan dengan modifikasi organ yang sudah ada daripada
perkembangan organ yang benar-benar baru. Perubahan evolusioner pada tingkat
makroskopik dapat didorong oleh berbagai mekanisme, termasuk seleksi alam, pergeseran
genetik, aliran gen, dan mutasi.Salah satu aspek penting dari makroevolusi adalah konsep
spesiasi, yang mengacu pada pembentukan spesies baru. Isolasi reproduksi memainkan peran
penting dalam spesiasi, karena mencegah individu dari populasi atau spesies yang berbeda
untuk berhasil kawin silang. Spesiasi dapat terjadi melalui mekanisme yang berbeda,
termasuk isolasi geografis (spesiasi allopatric) atau dalam wilayah geografis yang sama
(spesiasi simpatrik).

Suatu upaya penelitian dapat memberikan banyak informasi mengenai keterkaitan dan
hubungan antara mutasi gen yang mengatur perkembangan dan sejarah evolusi.Makroevolusi
dapat terjadi ketika mikroevolusi terjadi berulang kali selama jangka waktu yang panjang dan
mengarah ke pembentukan spesies baru. Selain itu mikroevolusi juga dapat terjadi akibat dari
perubahan lingkungan utama, seperti letusan gunung berapi,gempa bumi, atau asteroid
menghantam Bumi, yang mengubah lingkungan sehingga seleksi alam menyebabkan
perubahan besar dalam ciri-ciri suatu spesies.Makroevolusi mengacu pada perubahan
evolusioner skala besar yang terjadi di atas tingkat spesies, yang melibatkan munculnya taksa
baru (genera, famili, ordo, dll.) dan diversifikasi bentuk kehidupan dalam jangka waktu yang
lama. Ini mencakup studi tentang pola dan proses yang membentuk keanekaragaman hayati
dan hubungan antara berbagai kelompok organisme sepanjang sejarah evolusi.

Perubahan evolusi jangka panjang dapat berlangsung dengan berbagai cara. Suatu
spesies yang hidup dalam lingkungan yang sedang berubah dapat mengalami seleksi secara
perlahan-lahan menggeser nilai rata-rata dan kisaran variasi spesies tersebut kearah gradien
lingkungan. Hal ini disebut spesiasi filetik. Populasi pada awal dan akhir urutanini cukup

2
berbeda sehingga ahli biologi membenarkan mengangapnya sebagai spesies yang
berlainan, meskipun menarik garis pemisah antara spesies tersebut merupakan
masalah, kerena generasi tersebut tumpang tindih dalam morfologi dan mungkin
juga dalam reproduksi jadi spesies filetik tidak sama dengan spesies di atas, dimana
divergensi terjadi agak cepat pada populasi kecil yang semiterisolasi oleh
perkembangan isolasi reproduksi.

B. Prinsip Makro-evolusi

Prinsip-prinsip makroevolusi mencakup berbagai konsep dan mekanisme yang


membentuk pola evolusi organisme secara keseluruhan. Beberapa prinsip makroevolusi yang
penting termasuk:Spesiasi: Spesiasi terjadi ketika satu populasi organisme terbagi menjadi
dua atau lebih populasi yang tidak dapat berkawin antara satu sama lain. Proses ini dapat
disebabkan oleh isolasi geografis, isolasi reproduktif, atau kombinasi keduanya.Ekstinsi dan
Radiasi Adaptif: Ekstinsi adalah hilangnya seluruh kelompok organisme, sementara radiasi
adaptif adalah ledakan keanekaragaman spesies baru yang berkembang dalam waktu yang
relatif singkat. Peristiwa ini sering kali terjadi setelah peristiwa kepunahan massal dan
memberikan sumbangan besar terhadap keanekaragaman hayati.Seleksi Alam dan Tekanan
Lingkungan: Prinsip dasar seleksi alam menyatakan bahwa organisme dengan karakteristik
yang memberikan keuntungan adaptif lebih besar memiliki peluang bertahan hidup dan
berkembang biak lebih baik.

Faktor-faktor lingkungan, seperti perubahan iklim atau ketersediaan sumber daya, dapat
memberikan tekanan seleksi yang mengarah pada evolusi fitur-fitur tertentu dalam
populasi.Adaptasi: Organisme mengalami adaptasi melalui evolusi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan mereka. Adaptasi ini dapat berupa perubahan fisik, perilaku, atau proses
biologis yang meningkatkan peluang bertahan hidup dan reproduksi.Keterkaitan Evolusi:
Makroevolusi terkait erat dengan mikroevolusi, yaitu perubahan genetik yang terjadi pada
tingkat individu dan populasi. Proses-proses mikroevolusi seperti mutasi, migrasi, drift
genetik, dan seleksi alam berkontribusi pada perubahan yang lebih besar pada tingkat
makroevolusi.Waktu Geologis yang Panjang: Makroevolusi terjadi selama jangka waktu yang
sangat panjang, biasanya dalam skala waktu geologis. Perubahan yang signifikan
membutuhkan waktu jutaan tahun untuk terjadi.Pemahaman prinsip-prinsip ini membantu
ilmuwan dan peneliti untuk menjelaskan dan memahami bagaimana berbagai bentuk

3
kehidupan berevolusi dan bereproduksi, membentuk keragaman hayati yang kita lihat di
dunia ini.

Salah satu prinsip evolusi makro yang dicontohkan oleh kutilang Darwin adalah radiasi
adaptif. Radiasi adaptif mengacu pada diversifikasi cepat dari satu spesies leluhur menjadi
beberapa spesies berbeda, masing-masing diadaptasi untuk menempati relung ekologi yang
berbeda.Kutilang Darwin adalah sekelompok spesies burung yang ditemukan di Kepulauan
Galapagos, yang memainkan peran penting dalam pengembangan teori evolusi Darwin.
Kutilang ini menunjukkan variasi yang luar biasa dalam bentuk dan ukuran paruhnya, yang
berkorelasi dengan perbedaan dalam perilaku makan dan pola makannya.Burung kutilang
berevolusi dari nenek moyang yang sama, dan melalui radiasi adaptif, mereka menyebar ke
berbagai pulau di kepulauan Galapagos. Seiring waktu, seleksi alam memilih individu dengan
struktur paruh yang sangat cocok untuk mengeksploitasi sumber makanan yang tersedia di
setiap pulau. Misalnya, kutilang dengan paruh yang lebih besar dan lebih kuat lebih siap
untuk membuka biji yang keras, sementara kutilang dengan paruh yang lebih kecil dapat
secara efisien memakan biji yang lebih kecil atau mangsa serangga.

4
Proses radiasi adaptif ini memungkinkan kutilang menempati relung ekologi yang
beragam, mengurangi persaingan untuk sumber daya dan meningkatkan kelangsungan hidup
dan keberhasilan reproduksi mereka. Akibatnya, beberapa spesies kutilang yang berbeda
dengan morfologi paruh khusus dan kebiasaan makan muncul, masing-masing beradaptasi
dengan sumber makanan tertentu atau strategi mencari makan.Kutilang Darwin memberikan
contoh yang meyakinkan tentang bagaimana proses evolusi makro, seperti radiasi adaptif,
dapat menyebabkan munculnya spesies baru dari nenek moyang yang sama. Variasi
morfologi paruh dan adaptasi yang sesuai dengan diet yang berbeda menyoroti peran seleksi
alam dalam mendorong perubahan dan diversifikasi evolusioner. Contoh ini mendukung
pemahaman yang lebih luas bahwa prinsip-prinsip evolusi makro membentuk
keanekaragaman hayati yang kita amati di Bumi, memungkinkan spesies menempati dan
berkembang di berbagai relung ekologis.

C. MEKANISME MAKROEVOLUSI
Mekanisme makroevolusi adalah proses perubahan evolusi yang terjadi pada tingkat
yang lebih besar, seperti perubahan spesies yang baru terbentuk. Sama halnya dengan
mikroevolusi, mekanisme dasar evolusi seperti mutasi, migrasi, penyimpangan genetik, dan
seleksi alam dapat menghasilkan perubahan evolusioner yang besar jika berada di waktu
yang cukup.

Gambar 1. Mekanisme Evolusi. Sumber: evolution-berkeley

Makroevolusi, proses perubahan evolusioner skala besar di luar tingkat spesies, melibatkan
mekanisme radiasi adaptif dan divergensi evolusi. Mekanisme ini berperan penting dalam
diversifikasi bentuk kehidupan dan munculnya spesies baru. Radiasi adaptif adalah proses
dimana populasi atau garis keturunan yang terisolasi secara ekologis menjajah habitat baru
dan beragam, yang mengarah pada evolusi adaptasi baru. Ketika populasi memasuki zona
adaptif baru, mereka menghadapi berbagai peluang dan peluang ekologi yang sebelumnya
belum tereksploitasi. Habitat baru ini menyediakan beragam sumber makanan, mengurangi

5
persaingan karena populasi kecil, dan meningkatkan peluang inovasi evolusioner.
Makroevolusi dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, termasuk :

1. Spesiasi

Spesiasi adalah proses pembentukan spesies baru dari spesies yang ada. Hal ini dapat
terjadi melalui isolasi geografis terjadi ketika populasi terpisah secara fisik oleh fitur
geografis seperti gunung, sungai atau lautan. Isolasi reproduktif terjadi ketika populasi
terpisah tidak lagi dapat berkembang biak secara efektif satu sama lain karena perbedaan
dalam perilaku kawin, struktur reproduksi, atau preferensi pasangan.

2. Gene Flow

Gene flow merupakan perpindahan gen antar populasi. Gen flow dapat terjadi melalui
berbagai cara seperti migrasi ( perpindahan individu antar populasi), Perkawinan antar
populasi, dan Hibridisasi ( perpaduan antara dua spesies yang berbeda). Gen flow dapat
menyebabkan terjadinya aliran gen antar populasi. Aliran gen dapat menyebabkan perubahan
pada frekuensi alel di populasi. Aliran gen mencakup berbagai jenis peristiwa, seperti serbuk
sari yang tertiup ke tujuan baru atau orang yang pindah ke kota atau negara baru. Jika varian
genetik dibawa ke suatu populasi yang sebelumnya tidak ada, aliran gen dapat menjadi
sumber penting variasi genetik.

Gambar 2. Seekor kumbang membawa versi gen warna coklat dari satu populasi ke populasi
lainnya. Sumber: evolution-berkeley

3. Genetic Drift

Genetic drift adalah salah satu mekanisme yang mempengaruhi makroevolusi. Genetik
drift terjadi ketika perubahan dalam frekuensi alel suatu populasi disebabkan oleh peristiwa
acak, berbeda degan seleksi alam. Hal ini terjadi karena karena perubahan genetik yang

6
terjadi dalam populasi kecil dapat mengakibatkan perubahan frekuensi alel secara acak dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam populasi yang kecil, perubahan genetik dapat
memilki dampak yang signifikan dan dapat menyebabkan perubahan dalam sifat-sifat
organisme.

4. Seleksi Alam (Natural Selection)

Seleksi alam adalah proses dimana individu yang memiliki sifat-sifat yang lebih
menguntunngkan untuk bertahan hidup dan bereproduksi lebih banyak daripada individu
yang memiliki sifat-sifat yang kurang menguntungkan. Seleksi alam bekerja melalui proses
seperti Individu yang memiliki sifat-sifat yang menguntungkan lebih mungkin untuk bertahan
hidup dan bereproduksi, Individu yang memiliki sifat-sifat yang menguntungkan akan
menghasilkan keturunan yang juga memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, dan Seiring
waktu, frekuensi alel yang menguntungkan akan meningkat di populasi. Seleksi alam dapat
menyebabkan makroevolusi dengan mengubah frekuensi alel dalam suatu populasi.
Perubahan frekuensi alel tersebut dapat menyebabkan perubahan karakteristik populasi.

D. FITUR MAKROEVOLUSI

Makroevolusi, proses perubahan evolusioner skala besar di luar tingkat spesies, memiliki
beberapa ciri khas yang berkontribusi terhadap keanekaragaman dan kompleksitas kehidupan
di Bumi. Memahami ciri-ciri ini membantu kita memahami sifat dinamis dari proses
makroevolusi dan pengaruhnya terhadap sejarah evolusi organisme.

1. Makromutasi

Mutasi makro adalah mutasi yang terjadi pada sebagian besar faktor keturunan. Mutasi
makro akan berpengaruh lebih nyata terhadap perubahan sifat-sifat fetotipe dibandingkan
dengan mutasi mikro. Makromutasi merupakan mutasi dengan efek fenotipik yang
besar, salah satu yang menghasilkan fenotipe jauh di luar kisaran variasi yang sebelumnya
ada dalam populasi. Mutasi yang terjadi pada tahap awal perkembangan dapat menimbulkan
konsekuensi fenotipik yang besar. Mutasi homeotik pada lalat buah (Drosophila) adalah
contoh yang jelas: mutasi homeotik biasanya memindahkan bagian tubuh dari satu daerah ke
daerah lain. Di antenapedia, kaki tumbuh dari soket antena, bukan antena. Pada tingkat
abstrak, mudah untuk membayangkan cara kerja mutasi homeotik. Agaknya ada satu set gen
yang mengkode pertumbuhan suatu kaki dan satu set lainnya yang menentukan di mana gen-
gen kaki ini diaktifkan. Mutasi pada gen penentu posisi dapat mengakibatkan gen yang

7
mengkode pertumbuhan kaki diaktifkan di tempat yang salah.

Gambar 3. Drosophila normal, namun dua lainnya mengalami mutasi makro: satu memiliki
sepasang sayap ekstra sedangkan gambar bawah tidak bersayap. Sumber:
blackwellpublishing

2. Perubahan Habitat atau Habitat Baru

Perubahan habitat dapat menyebabkan perubahan pada tekanan seleksi alam.


Perubahan tekanan seleksi alam juga dapat menyebabkan perubahan pada frekuensi alel di
popilasi. Misalnya jika terjadi perubahan iklim, maka tekanan seleksi alam untuk sifat-sifat
yang dapat membantu organisme bertahan hidup dalam kondisi iklim baru akan meningkat.
Perubahan tekanan seleksi alam ini dapat menyebabkan perubahan pada frekuensi alel yang
terkait dengan sifat-sifat tersebut. Makroevolusi biasanya terjadi ketika suatu populasi
menjajah habitat baru yang tidak berpenghuni. Habitat baru ini menyediakan beragam relung
ekologi dan sumber daya yang belum dimanfaatkan sebelumnya. Tidak adanya pesaing dan
ketersediaan peluang ekologi yang beragam menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi
radiasi adaptif dan divergensi evolusioner.

3. Divergensi Evolusioner dan Radiasi Adaptif

Divergensi evolusioner dan Radiasi Adaptif adalah dua proses yang terikat erat dalam
evolusi. Divergensi evolusioner adalah proses dimana dua populasi atau spesies menjadi
semakin berbeda seiring waktu. Divergensi evolusioner dapat mengarah pada perubahan
dalam sifat-sifat organisme dan dapat menghasilkan spesies baru. Dalam konteks genetika
evolusioner, divergensi evolusioner menjadi topik penelitian untuk mengukur jarak genetik
antara manusia dan spesies primata seperti simpanse dan gorila. Hasil penelitian menunjukan
manusia memiliki hubungan kerabat lebih dekat dengan simpanse daripada dengan gorila.
Divergensi evolusioner dapat diamati dalam tingkat molekuler, dimana perubahan dalam
urutan genom dapat menghasilkan kesimpulan tentang hubunngan kekerabatan antara spesies.

8
Radiasi adaptif adalah proses yang dapat terjadi sebagai hasil dari divergensi evolusioner.
Radiasi adaptif terjadi ketika populasi atau spesies baru muncul dengan cepat berdiversifikasi
menjadi berbagai bentuk baru. Radiasi adaptif sering kali terjadi ketika populasi atau spesies
baru memasuki lingkungan baru yang menawarkan peluang baru untuk adaptasi. Radiasi
adaptif dapat menghasilkan berbagai bentuk baru yang berbeda dalam ukuran,bentuk, warna,
dan perilaku. Radiasi adaptif adalah proses yang penting dalam evolusi karena dapat
menghasilkan berbagai spesies baru yang dapat hidup di berbagai lingkungan.

Gambar . Evolusi. Sumber: victorianussugiyanto

Burung Darwin adalah contoh proses evolusi radiasi adaptif. Pada burung Darwin, radiasi
adaptif terjadi karena adanya isolasi reproduksi dan seleksi alam yang bekerja pada
perbedaan bentuk paruh. Isolasi reproduksi menyebabkan burung Darwin yang hidup di pulau
yang berbeda tidak dapat saling kawin. Seleksi alam bekerja untuk memilih individu dengan
paruh yang paling sesuai dengan jenis makanan yang tersedia di pulau tersebut.

E. Pola-pola Makroevolusi
1. Ekuilibrium Tersela dan Stasis:
Diusulkan oleh Stephen Jay Gould dan Niles Eldredge, pola ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perubahan evolusioner terjadi dalam ledakan spesiasi yang cepat,
bergantian dengan periode panjang dengan sedikit atau tanpa perubahan morfologis.
Periode statis ini dikenal sebagai periode stasis atau ekuilibria. Interval singkat dari
perubahan aktif dalam periode kesetimbangan disebut sebagai tanda baca, di mana
transformasi evolusioner penting terjadi. Contohnya termasuk garis keturunan seperti
kepiting Raja, Limulus, dan ikan Coelacanth, yang mengalami perubahan morfologis
minimal sejak perbedaan mereka dari bentuk nenek moyang.
2. Perubahan Karakter Arah:
Silsilah dapat menunjukkan perubahan terarah dalam sifat-sifat tertentu, yang dikenal
sebagai evolusi terarah. Perubahan ini terjadi ketika karakteristik tertentu secara konsisten

9
bergeser ke arah tertentu dari waktu ke waktu. Misalnya, evolusi jari kaki dan tungkai
pada kuda memungkinkan mereka mengembangkan adaptasi untuk kecepatan lari yang
lebih cepat.
3. Pemisahan Silsilah:
Pemisahan garis keturunan mengacu pada asal usul spesies baru melalui proses seperti
spesiasi parapatrik dan peripatrik atau munculnya taksa yang lebih tinggi seperti genera,
famili, atau ordo. Pola ini dapat diamati dengan berbagai cara:
A. Pemisahan Silsilah yang Sering: Pola ini menghasilkan struktur pohon bercabang yang
lebat, yang mewakili peristiwa pemisahan silsilah yang sering terjadi di pohon filogenetik.
B. Pemisahan Silsilah Langka: Dalam hal ini, pemisahan silsilah jarang terjadi, yang
mengarah ke cabang lurus yang panjang dengan sedikit ranting di pohon filogenetik.
C. Burst of Lineage Splitting: Kadang-kadang, beberapa garis keturunan dapat mengalami
semburan pemisahan secara bersamaan, yang mengarah ke diversifikasi yang cepat dari
spesies terkait.
4. Gradualisme dan Saltasi:
Konsep gradualisme menunjukkan bahwa perubahan evolusioner terjadi melalui
akumulasi modifikasi kecil dalam garis keturunan selama periode yang lama. Perubahan yang
terus-menerus dan berangsur-angsur dalam suatu garis keturunan ini disebut sebagai
gradualisme filetik. Sebaliknya, saltasi adalah gagasan bahwa perubahan evolusioner yang
signifikan dapat terjadi melalui transformasi genetik yang tiba-tiba dan berskala besar.
Namun, pandangan yang berlaku adalah bahwa taksa yang lebih tinggi tidak muncul melalui
makromutasi satu langkah (saltasi) melainkan melalui beberapa perubahan genetik dari waktu
ke waktu.
4.Kepunahan :
memainkan peran penting dalam makroevolusi. Ini mengacu pada hilangnya garis
keturunan atau kematian semua anggota spesies. Proses makroevolusi dapat berkontribusi
pada kerentanan garis keturunan, membuatnya terdistribusi secara lokal dan terlalu
terspesialisasi, sehingga meningkatkan kemungkinan kepunahan selama perubahan
lingkungan atau perusakan habitat. Kepunahan dapat dikategorikan menjadi dua jenis:
A. Latar Belakang Kepunahan: Hal ini terjadi secara teratur, tingkat yang relatif rendah
dan dipengaruhi oleh fluktuasi lingkungan yang normal, persaingan, atau penyakit yang
muncul.
B. Kepunahan Massal: Kepunahan massal adalah peristiwa cepat dan bencana yang
mengakibatkan hilangnya spesies dan garis keturunan secara luas dalam waktu singkat.
Sepanjang sejarah Bumi, lima peristiwa kepunahan massal telah diidentifikasi, masing-
masing menyebabkan penurunan yang signifikan dalam keanekaragaman hayati global.
Memahami pola makroevolusi ini memberikan wawasan berharga tentang mekanisme
dan dinamika perubahan evolusioner, diversifikasi spesies, dan naik turunnya garis keturunan
dalam rentang waktu geologis. Dengan memeriksa pola-pola ini, para ilmuwan dapat
mengungkap permadani rumit sejarah kehidupan di planet kita.

10
Makroevolusi berfokus pada pembentukan kelompok-kelompok taksonomik baru diatas
tingkat spesies. Walaupun banyak mekanisme sama yang terlibat dalam spesiasi bekerja juga
dalam makroevolusi, rentang waktu yang diperlukan jauh lebih besar. Banyak yang tidak
mengetahui tren luas makroevolusi berasal dari rekaman fosil. Akan tetapi, perubahan-
perubahan dalam sebuah kelompok yang mengarah pada terjadinya modifikasimodifikasi
yang tak seberapa drastis pada populasi atau bahkan pembentukan spesies baru
(mikroevolusi) dapat dipelajari melalui pengukuran frekuensi gen dalam populasi. Pola-pola
seleksi mencakup :
a. Seleksi penstabilisasi, dengan ekstrem-ekstrem pada kedua ujung spektrum dideteksi
secara tak proporsional hingga populasi cenderung mengelompok disekitar rata-rata,
walaupun pada setiap dihasilkan variasi
b. Seleksi terarah (directional selection), dengan salah satu ekstrem lebih disukai daripada
ekstrem yang satu lagi, sehingga nilai rata-rata cenderung bergerak ke arah ekstrem yang
lebih disukai
c. Seleksi pendiversifikasi (seleksi disruptif), dengan dua atau lebih suptipe lebih disukai dan
populasi cenderung berevolusi menjadi sebuah subkelompok ataupun spesies baru.
Seleksi pendiversifikasi beroperasi sangat baik pada mikroevolusi maupun makroevolusi,
dan seleksi terarah mirip dengan proses makroevolusioner yang dikenal sebagai perubahan
filetik. Pola-pola dasar perubahan luas pada makroevolusi yang ditunjukkan oleh rekaman
fosil adalah :
1. Perubahan filetik (anagenesis), perubahan bertahap pada satu garis keturunan
sehingga pada akhirnya keturunannya sangat berbeda dengan nenek moyangnya.
Anagenesis dapat disamakan dengan seleksi terarah dalam jangka waktu yang lama.
2. Kladogenesis, tren makroevolusioner dengan terjadinya percabangan. Sehingga satu
garis keturunan menghasilkan dua atau lebih garis keturunan. Populasi-populasi kecil
yang muncul dari garis keturunan itu dapat berada pada posisi yang sangat memadai
untuk menghasilkan kelompok-kelompok baru. Kladogenesis telah ditekankan sebagai
salah satu pola makroevolusiner utama oleh Ernst Mayr.
3. Radiasi adaptif, pembentukan secara relatif mendadak banyak kelompok baru, yang
mampu bergerak menuju lingkungan baru dan mengeksploitasinya. Diverifikasi yang
relatif cepat dari mamalia awal selama terjadi kepunahan dinosaurus merupakan
contoh yang baik dari diverifikasi semacam itu. Radiasi adaptif menggabungkan
sifatsifat kladogenesis dan anagenesis, sebab garis-garis keturunan baru yang
terbentuk selama masa evolusioner yang berubah dengan cepat itu mungkin
mengalami transisitransisi yang progresif.

11
4. Kepunahan, lebih dari 99,99 spesies yang pernah di evolusikan kini tak ada lagi.
Hilangnya keberagaman itu merupakan sifat tak terelakkan dari evolusi pada semua
kingdom. Lingkungan yang berubah membuat organisme yang kemarin fit, tak lagi fit
dan terancam kepunahan (Fried dan Hademenos, 2006).

Gambar (1). Makroevolusi vs mikroevolusi (hcevolution.wikispaces.com)

F. Konvergensi, Divergensi, Paralelisme

1. Evolusi Konvergen
Kata konvergen berarti "berkumpul". Pola evolusi makro ini terjadi dengan spesies yang
sangat berbeda menjadi lebih mirip dalam struktur dan fungsi. Biasanya, jenis makroevolusi
ini terlihat pada spesies berbeda yang hidup di lingkungan yang sama. Spesiesnya masih
berbeda satu sama lain, tetapi mereka sering mengisi ceruk yang sama di daerah mereka.
Salah satu contoh evolusi konvergen terlihat pada burung kolibri Amerika Utara dan
burung madu ekor garpu Asia. Meskipun hewan terlihat sangat mirip, jika tidak identik,
mereka adalah spesies terpisah yang berasal dari garis keturunan yang berbeda. Mereka
berevolusi dari waktu ke waktu untuk menjadi lebih mirip dengan hidup di lingkungan yang
sama dan melakukan fungsi yang sama.
Evolusi konvergen adalah istilah untuk evolusi independen dari struktur analog pada
spesies yang tidak terkait. Ini terjadi ketika spesies yang tidak terkait hidup di habitat yang
sama. Evolusi konvergen memunculkan sifat-sifat analog pada spesies yang tidak terkait
sebagai adaptasi terhadap tekanan lingkungan yang serupa. Meskipun struktur anatomi
berbeda dalam sifat analog, mereka secara fungsional serupa. Sebagai contoh, meskipun
kaktus Amerika Utara (famili Cactaceae) dan euphorbia Afrika Selatan (famili
Euphorbiaceae) termasuk dalam dua famili yang berbeda, kedua jenis tumbuhan tersebut

12
memiliki batang yang tebal dan sukulen sebagai adaptasi untuk bertahan hidup di daerah
gurun.

Kaktus Cereus jamacaru Euporbia Euphorbia echinus

Contoh lain dari evolusi konvergen adalah munculnya sayap pada burung, kelelawar, dan
serangga sebagai adaptasi untuk terbang. Bentuk tubuh lumba- lumba dan hiu juga berevolusi
karena evolusi konvergen. Meskipun lumba-lumba dan hiu adalah hewan yang berkerabat
jauh, bentuk tubuh mereka disesuaikan untuk berenang cepat. Dengan demikian, lingkungan
memaksa fenotipe organisme yang berkerabat jauh menjadi analog. Perkembangan mata
vertebrata, cephalopoda, dan cnidarian adalah contoh lain dari evolusi konvergen.
Perkembangan struktur analog disebut sebagai homoplasy .
2. Evolusi Divergen
Hampir kebalikan dari evolusi konvergen adalah evolusi divergen. Istilah divergen
berarti "berpisah". Juga disebut radiasi adaptif, pola ini adalah contoh khas spesiasi. Satu
garis keturunan pecah menjadi dua atau lebih garis terpisah yang masing-masing
menghasilkan lebih banyak spesies dari waktu ke waktu. Evolusi divergen disebabkan oleh
perubahan lingkungan atau migrasi ke daerah baru. Ini terjadi sangat cepat jika ada beberapa
spesies yang sudah hidup di daerah baru. Spesies baru akan muncul untuk mengisi relung
yang tersedia.
Evolusi divergen terlihat pada jenis ikan yang disebut charicidae. Rahang dan gigi ikan
berubah berdasarkan sumber makanan yang tersedia saat mereka menghuni lingkungan baru.
Banyak baris charicidae muncul dari waktu ke waktu sehingga memunculkan beberapa
spesies ikan baru dalam prosesnya. Ada sekitar 1500 spesies charicidae yang diketahui ada
saat ini, termasuk piranha dan tetra.

Evolusi divergen adalah munculnya individu yang memiliki bentuk morfologi berbeda
walaupun berasal dari garis keturunan yang sama. Evolusi divergen ditemukan pada peristiwa
terdapatnya lima jari pada vetebrata yang berasal dari nenek moyang yang sama dan sekarang
dimiliki oleh bangsa primata dan manusia.

13
Pada tumbuhan contoh yang mudah diamati adalah Euphorbia echinus dan Euphorbia
pulcherrima. Keduanya tumbuhan berasal dari garis keturunan yang sama namun memiliki
bentuk morfologi yang sangat berbeda. E.echinus hidup di daerah gurun sehingga
mengembangkan struktur duri dan akar yang panjang, sedangkan E.pulcherima hidup di
tempat lembab sehingga tetap memiliki daun yang normal. Walaupun berasal dari garis
keturunan yang sama, namun karena perbedaan tempat hidup akhirnya kedua jenis euporbia
tersebut berkembang menjadi tumbuhan dengan bentuk yang jauh berbeda.
3. Evolusi paralel
Evolusi paralel adalah istilah untuk evolusi independen dari sifat-sifat serupa di habitat
yang berbeda tetapi setara. Ini terjadi di habitat yang terpisah secara geografis tetapi setara.
Evolusi paralel memberikan kemiripan morfologis pada dua spesies. Baik spesies yang tidak
berkerabat maupun yang berkerabat jauh dapat mengalami evolusi paralel di habitat yang
setara karena pengaruh lingkungan terhadap spesies tersebut serupa. Mamalia berkantung
Australia, yang mirip dengan mamalia berplasenta di tempat lain, adalah contoh evolusi
paralel. Serigala, tahi lalat, tikus, tikus, dll adalah contoh mamalia berkantung. Evolusi
monyet dunia lama dan monyet dunia baru adalah contoh lain dari evolusi paralel. Baik
monyet dunia lama dan baru memiliki nenek moyang yang sama sejak lama. Meskipun
mereka terbelah oleh Samudra Atlantik, monyet dunia lama dan baru berevolusi dengan cara
yang sangat mirip.

G. proses terjadinya makroevolusi


Proses makroevolusi mencakup perubahan jangka panjang yang terjadi pada spesies,
yang mengarah pada pembentukan taksa baru dan evolusi struktur dan fungsi yang kompleks.
Mari selidiki beberapa aspek kunci dari proses makroevolusi:
1. Spesiasi dan Makroevolusi: Karya terobosan Charles Darwin mengungkapkan bahwa
spesiasi, pembentukan spesies baru, merupakan komponen fundamental makroevolusi.
Seiring waktu, akumulasi perubahan kecil melalui proses evolusi mikro dapat
menyebabkan divergensi populasi, menghasilkan pembentukan spesies baru. Proses ini
melampaui spesiasi, mendorong evolusi kelompok taksonomi yang lebih tinggi seperti
genera, famili, dan bahkan seluruh filum. Dengan demikian, evolusi makro dapat dilihat
sebagai ekstrapolasi dari proses evolusi mikro yang terjadi dalam waktu yang lama
2. Evolusi Organ dan Jaringan Baru: Pertanyaan menarik dalam biologi evolusi adalah
bagaimana struktur baru, termasuk organ dan jaringan, berevolusi. Dalam banyak kasus,
organ yang tampak “baru” merupakan modifikasi atau adaptasi dari struktur yang sudah
ada sebelumnya. Misalnya, sayap pada vertebrata merupakan modifikasi anggota tubuh,
bulu merupakan modifikasi sisik reptil, dan paru-paru berevolusi dari modifikasi kantung
renang yang ditemukan pada ikan. Bahkan organ kompleks seperti jantung dapat
ditelusuri kembali ke segmen pembuluh darah yang berotot. Konsep ini juga berlaku
untuk evolusi jaringan, jika ada protein dapat digabungkan dengan elemen baru untuk
menghasilkan fungsionalitas baru. Misalnya, evolusi tulang melibatkan kombinasi protein
kolagen dengan kalsium fosfat, yang menyebabkan munculnya sel-sel tulang.
3. Makroevolusi Molekuler: Proses makroevolusi juga beroperasi pada tingkat molekuler.
Meskipun sebagian besar mutasi memiliki efek kecil pada gen atau protein fungsi,

14
terkadang mutasi dapat mempunyai dampak yang besar, sehingga menghasilkan apa yang
disebut “makroevolusi molekuler”. Mutasi dapat secara dramatis mengubah struktur,
fungsi, atau keduanya protein. Misalnya, mutasi pada suatu enzim dapat menyebabkan
pergeseran aktivitas enzimatik, mengubahnya dari satu kelas enzim ke kelas enzim
lainnya. Demikian pula, mutasi dapat mengubah spesifisitas reseptor otak, sehingga
menghasilkan pengenalan neurotransmitter yang berbeda. Perubahan struktural pada
protein dapat terjadi hanya dengan satu mutasi asam amino, yang mengakibatkan
transformasi lipatan protein atau domain ke yang lain, sambil tetap mempertahankan
beberapa derajat fungsi dan struktur.

H. Contoh Makroevolusi
Contoh-contoh proses makroevolusi memberikan wawasan yang menarik tentang beragam
cara di mana perubahan evolusioner yang signifikan dapat terjadi. Mari jelajahi beberapa
contoh penting:
1. "Makromutasi": Dalam kasus tertentu, satu mutasi dapat menyebabkan perubahan
dramatis dalam struktur atau fitur organisme. Misalnya, mutasi Ultrabithorax pada lalat
buah menduplikat sayap, memberikan penampilan ordo serangga yang berbeda.
Makromutasi ini menyoroti potensi transformasi besar yang dihasilkan dari perubahan
genetik.
2. Evolusi Multiseluleritas: Transisi dari bersel tunggal organisme hingga organisme
multiseluler merupakan tonggak penting dalam evolusi. Hal ini dapat dicapai melalui
perubahan genetik yang memungkinkan sel menempel satu sama lain. Beberapa
bakteri membentuk kumpulan multiseluler, sedangkan mutasi spesifik pada gen dapat
menyebabkan uniseluler ragi sel untuk mengadopsi bentuk multiseluler bercabang.
Contoh-contoh ini menunjukkan potensi mutasi tunggal untuk mendorong evolusi
struktur multiseluler yang kompleks.
3. Evolusi Sayap Kelelawar: Tulang jari memanjang yang membentuk sayap kelelawar
telah berevolusi melalui perubahan genetik. Faktor pertumbuhan, seperti protein
morfogenetik tulang, diekspresikan secara berlebihan, menyebabkan pemanjangan
tulang. Studi genetik telah mengidentifikasi perubahan spesifik dalam genom
kelelawar yang bertanggung jawab atas adaptasi ini, dan percobaan memasukkan DNA
kelelawar ke dalam genom tikus telah berhasil mereplikasi pertumbuhan tulang
memanjang yang terlihat pada kelelawar.
4. Kehilangan Anggota Tubuh pada Kadal dan Ular: Ular telah berevolusi dari kadal,
dengan ular bersarang di dalam pohon filogenetik kadal. Catatan fosil dan analisis
filogenetik menunjukkan hilangnya anggota tubuh secara bertahap pada reptil,
termasuk kadal. Genera seperti Lerista menunjukkan serangkaian langkah perantara,
dengan spesies yang menunjukkan berbagai tingkat pengurangan atau kehilangan
anggota tubuh, termasuk anggota tubuh yang berkembang penuh, anggota tubuh yang
lebih pendek dengan jumlah jari yang berkurang, dan akhirnya tidak ada jari kaki sama
sekali.
5. Evolusi Manusia: Evolusi manusia dari nenek moyang primata melibatkan perubahan
signifikan dalam struktur dan fungsi otak, memungkinkan kesadaran dan kecerdasan
manusia. Sementara perubahan morfologi relatif kecil, evolusi kecerdasan manusia
menunjukkan bahwa makroevolusi dapat mencakup adaptasi fungsional di luar sifat
fisik.

15
6. Evolusi Viviparitas pada Kadal: Banyak kadal bertelur, tetapi beberapa spesies telah
berevolusi viviparitas, melahirkan hidup muda. Peralihan dari bertelur ke bertelur ini
telah diamati pada spesies seperti Kadal Umum Eropa (Zootoca vivipara). Pada
populasi tertentu, peralihan dari reproduksi ovipar ke vivipar telah terjadi,
menunjukkan bahwa perubahan besar dalam perilaku reproduksi dapat muncul dengan
modifikasi genetik yang relatif minimal.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Makroevolusi mengacu pada perubahan evolusioner skala besar yang terjadi di atas
tingkat spesies. Ini mencakup evolusi taksa seperti genera, famili, dan ordo. Berbeda dengan
evolusi mikro, yang melibatkan perubahan dalam suatu spesies, makroevolusi berkaitan
dengan pola dan proses evolusi yang lebih luas yang membentuk keanekaragaman kehidupan
dalam skala besar.makroevolusi dapat melibatkan munculnya struktur atau organ baru, itu
tidak semata-mata bergantung pada evolusi fitur yang sepenuhnya baru. Prinsip-prinsip
makroevolusi mencakup berbagai konsep dan mekanisme yang membentuk pola evolusi
organisme secara keseluruhan. Beberapa prinsip makroevolusi yang penting
termasuk:Spesiasi: Spesiasi terjadi ketika satu populasi organisme terbagi menjadi dua atau
lebih populasi yang tidak dapat berkawin antara satu sama lain. Proses ini dapat disebabkan
oleh isolasi geografis, isolasi reproduktif, atau kombinasi keduanya.Ekstinsi dan Radiasi
Adaptif:
Mekanisme makroevolusi adalah proses perubahan evolusi yang terjadi pada tingkat
yang lebih besar, seperti perubahan spesies yang baru terbentuk. Sama halnya dengan
mikroevolusi, mekanisme dasar evolusi seperti mutasi, migrasi, penyimpangan genetik, dan
seleksi alam dapat menghasilkan perubahan evolusioner yang besar jika berada di waktu yang
cukup.
Evolusi divergen adalah munculnya individu yang memiliki bentuk morfologi berbeda
walaupun berasal dari garis keturunan yang sama. Evolusi konvergen adalah istilah untuk
evolusi independen dari struktur analog pada spesies yang tidak terkait. Ini terjadi ketika
spesies yang tidak terkait hidup di habitat yang sama. Evolusi konvergen memunculkan sifat-
sifat analog pada spesies yang tidak terkait sebagai adaptasi terhadap tekanan lingkungan
yang serupa. Meskipun struktur anatomi berbeda dalam sifat analog, mereka secara
fungsional serupa. Evolusi paralel adalah istilah untuk evolusi independen dari sifat-sifat
serupa di habitat yang berbeda tetapi setara. Ini terjadi di habitat yang terpisah secara
geografis tetapi setara. Evolusi paralel memberikan kemiripan morfologis pada dua spesies.
Proses makroevolusi mencakup perubahan jangka panjang yang terjadi pada spesies,
yang mengarah pada pembentukan taksa baru dan evolusi struktur dan fungsi yang kompleks,
tahapannya yaitu Spesiasi dan Makroevolusi, Evolusi Organ dan Jaringan Baru,
Makroevolusi Molekuler.

16
B. Saran
Demikian penulisan makalah mata kuliah evolusi. kami harap dengan penulisan
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan penulis khususnya kepada
pembaca. Kami berharap untuk memberi kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki makalah yang jauh dari kata sempurna ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
BSCS, 2006, Biology, A Molecular Approach, ninth edition, Mc Graw Hill, Glencoe, New
York
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L.G. Mitchell, 1999, Biology, Fifth Edition, Addison
Wesley Longman, Inc. New York
Futuyma, D. J., 2005, Evolution, Sinauer associates, Inc. Publishers Sunderland,
Massachusetts USA
Fried, George H. dan Hademenos, George J. 2006. Schaum’s Outlines: Biologi, Edisi Kedua.
Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama.
Gardner, E. J. and D. P. Snustad, 1984, Principle of Genetics, John Wiley and Sons, New
York
Henuhili, Victoria. 2008. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY
Panjaitan, Sita. 2008. Makroevolusi. [Online].https://sitapanjaitan.wordpress.com/2008/12/-
22/makroevolusi/. Diakses pada tanggal 05 September 2016
Stearns, Stepen C & Hoekstra, Rolf F. 2003. Evolution an Introduction. New York: Oxford
University Press
Suryo, 1984, Genetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

18
1

Anda mungkin juga menyukai