MEMBUAT HERBARIUM
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, yang artinya kebun botani yang
dikeringkan secara sederhana, yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen
yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi 1.
Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah
didentifikasi dan di tanam bukan lagi pada habitat aslinya. Spesiesmen tumbuhan
yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen
macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda adapun zat yang di gunakan pada
herbarium basah diantaranya akuades, formalin 4% asam cuka 40% terusi alkohol
50% dan gliserin 10%2.
b. Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun
tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan di jadikan
perbandingan3.
b. Herbarium Nasional Indonesia (JAVA) Lokasi: Kebun Raya Bogor, Bogor, Indonesia
f. Herbarium Royal Botanic Gardens, Kew (K) Lokasi: Richmond, London, Inggris
5. Metode
a. Alat :
1. Karton / duplek
2. Kertas koran
5
Dr. Hervé Cochard
3. Sasak dari bambu / tripleks
4. Alat tulis
b. Bahan:
1.Sampel tanaman,batang/daun/akar
c. Langkah kerja:
1. Ambillah sampel, berupa bagian-bagian tumbuhan yang representatif (bunga,
buah, dan biji). Bisa juga ditambahkan bagian-bagian lain yang mendukung
misalnya daun, akar, dan batang yang memiliki perawakan yang khas.
2. Letakkan sampel tersebut di atas kertas koran, kemudian dipres dengan sasak.
Cara pengepresan adalah bagian paling bawah berupa sasak kemudian disusul
dengan potongan kardus dan kertas koran di atasnya. Setiap sampel diberi
pembatas berupa kertas koran, potongan kardus
digunakan untuk membatasi setiap lima sampel. Satu set herbarium kit dapat
digunakan untuk mengepres sampai 30 sampel, menyesuaikan dengan ukuran
sampel-sampel tersebut.
Untuk menghindari tumbuhnya jamur pada sampel-sampel tersebut dapat
dilakukan dengan menyemprotkan formalin atau alkohol.
Jangan lupa untuk memberikan etiket gantung pada setiap sampel, yaitu berisi
keterangan mengenai nomor koleksi, tanggal pengambilan sampel, lokasi, dan
nama jenisnya. Penulisan keterangan tersebut dilakukan dengan pensil.
3. Keringkan sampel-sampel tersebut dengan dijemur tau dikeringanginkan.
(sampel masih dalam keadaan dipres dengan sasak).
4. Setelah tiga hari, umumnya sampel-sampel tersebut sudah cukup kering.
Keluarkan sampel-sampel tersebut untuk ditempelkan pada kertas herbarium
(A3).
5. Sampel yang telah dikeluarkan dari sasak harus segera ditempelkan pada
kertas herbarium dengan hati-hati.
Bagian sampel yang akan direkatkan dengan selotip terlebih dahulu diberi
sepotong kertas agar bagian lem dari selotip tidak bersentuhan langsung
dengan sampel.
Apabila sampel terlalu besar untuk ditempelkan pada kertas A3, sampel dapat
dilipat atau dipotong pada bagian-bagian tertentu dengan hati-hati sehingga
tidak menghilangkan ciri-cirinya.
6. Lengkapi herbarium tersebut dengan etiket tempel yang berisi keterangan
mengenai tanggal, habitatnya, klasifikasi tumbuhan tersebut dan catatan
khusus (nama daerah, manfaat).
Penulisan keterangan tersebut dilakukan dengan pulpen. Etiket ini
ditempelkan pada pojok kanan bawah dengan sedikit lem pada sisi kanannya.
7. Kumpulkan herbarium dari berbagai jenis tumbuhan (lumut, paku, dan
tumbuhan berbiji (tumbuhan obat/herbal)), dengan komposisi minimal satu
spesies untuk tiap jenis tumbuhan.
8. Kumpulkan pekerjaan kalian sebagai pelengkap laboratorium sehingga dapat
digunakan untuk kegiatan belajar selanjutnya.
B. PRODUK
Kingdom: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Ordo: Polypodiales
Famili: Polipodiaceae
Genus: Diplazium
3. Morfologi Tumbuhan
Pteridophyta merupakan tumbuhan kormofita karena sudah berupa akar, batang dan daun
yang sesunguhnya. Pteridophyta berakar serabut dilindungi oleh kaliptra. Sel-sel akar sudah
berdiferensiasi menjadi kulit luar epidermis, kulit dalam korteks, dan silinder pusat yang
terdiri dari xilem dan floem yang konsentris. Batangnya sudah memiliki jaringan pengangkut
yang konsentris. Daun menurut bentuknya ada daun mikrofil daun kecil, dan daun makrofil
daun besar dan menurut fungsinya ada tropofil untuk fotosintesis dan sporofil penghasil spora
Sudewi, 2008.Famili Polypodiaceae jenis Diplazium esculentum. Mempunyai rimpang pendek
merayap 5 mm. Tekstur daun agak kaku dengan tepi bergigi bewarna hijau gelap, ditemukan
ditempat yang berbatuan. Tersusun atas 21 pasang anak-anak daun, batang gelap tampak
berdaging. Akar serabut hitam,daun muda sering digunakan masyarakat sebagai bahan
sayuran. Berdasarkan pH tanah yang dilihat pada plot tempat di temukan paku Diplazium
esculentum bahwa paku Diplazium esculentum di temukan pada pH tanah 6,16 yang berarti
asam. Suhu lingkungan yang di lihat pada plot tempat ditemukan paku Diplazium esculentum
bahwa paku Diplazium esculentum hidup atau banyak ditemukan pada suhu 28˚C-31˚C yang
berarti suhu relatif normal untuk pertumbuhan paku.Menurut Tjitrosomo, (2010)
mengungkapkan daun pakis tinggi 100 cm sebesar 20 cm. Daun majemuk, menyirip, lanset,
tepi bergigi, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, panjang mencapai 5-6 cm,
lebar 1-2 cm. Tersusun atas 15 pasang anak-anak daun panjangnya 40 cm dan lebarnya 8 cm.
Batang gelap nampak berdaging dengan ental banyak mencapai panjang 1,2 m lebih. Akar
serabut, hitam. Sori tumbuh di sepanjang urat anak daun pada ketiak anak daun tumbuh tunas
untuk perbanyakan diri. Daun muda jauh lebih diinginkan dan dimakan disemua bagian baik
mentah atau dimasak. Paku ini sering digunakan sebagai sayuran, atau sebagai bahan
minuman. Tunas muda tumbuhan ini dapat digunakan untuk bahan makanan baik dimakan
langsung, disayur, ditumis atau dikukus
4. Ekologi
Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrifit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang
teduh dan lembab, sehingga di tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat
penyinaran yang terlalu intensif.
5. Persebaran
Tumbuhan paku merupakan satu vegetasi yang umumnya lebih beragam di daerah
dataran tinggi dari pada di dataran rendah. Hal ini karena tumbuhan paku menyukai tempat
yang lembab terutama dataran tinggi (Sastrapradja, 1979 dalam Haryadi, 2000). Secara
ekologis tumbuhan paku memiliki peranan penting bagi keseimbangan ekosistem hutan
yaitu sebagai pencegah erosi, pengaturan tata air dan membantu proses pelapukan serasah
hutan (Arini, 2009). Penyebaran tumbuhan paku sangat khas mulai dari dataran rendah
sampai dataran tinggi. Pola penyebaran merupakan salah salah satu ciri khas dari setiap
organisme di suatu habitat. Pola penyebaran tergantung pada faktor lingkungan maupun
keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Organisme dalam populasi dapat tersebar
dalam bentukbentuk umum yang terdiri dari tiga macam yaitu penyebaran secara acak,
merata dan berkelompok (Indriyanto, 2008). Informasi mengenai penyebaran sangat
penting karena hal tersebut beerperan dalam pengelompokkan individu yang dapat daklam
populasi. Selain itu pola penyebaran berhubungan pula dengan faktor bioekologi yang
memberikan pengaruh pada individu yang di teliti.
6. KESIMPULAN
1. Herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun
berdasarkan sistem klasifikasi
2. Pengawetan tanaman dapat dilakukan secara basah maupun kering
7. SARAN
Dalam pembuatan herbarium kering, sebaiknya tidak dikeringkan terpapar langsung di
bawah sinar matahari, sebaiknya ditutup atasnya menggunakan kertas karena struktur
yang dihasilkan akan lebih bagus dan wanranya tidak terlalu “gosong”
8. DAFTAR PUSTAKA
• http://www.badikhut.com/3e734a2ef4ccb7706ab716d77fba7ac8-
artikel- herbarium-sebagai-acuan-penanaman-pohon.htm
• http://ardiawan-1990.blogspot.com/2010/10/ koleksi- membuat-
herbarium.html.
• Triharso, 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.
• Van Steenis, C. G. G. J. 1972. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta: PT
Pradnya Paramita