Anda di halaman 1dari 4

Herbarium

Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka pengawetan tumbuhan
menjadi alternatif cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan. Salah satu pengawetan
tumbuhan dengan herbarium. Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh
Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-
1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang
mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta
mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Arber, 1938). Pada awalnya banyak spesimen herbarium
disimpan di dalam buku sebagai koleksi pribadi tetapi pada abad ke-17 Ramadhanil dan
Gradstein Herbarium Celebense 39 praktek ini telah berkembang dan menyebar di Eropa
(Ramadhanil, 2003).
Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, yang artinya kebun botani yang
dikeringkan secara sederhana, yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah
dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi (Sama, 2009). Herbarium juga
bias berarti tempat dimana material-material tumbuhan yang telah diawetkan disimpan (Izwa
iztie, 2014).
Herbarium digunakan ilmuwan untuk memahami dunia tumbuhan. Cara
sederhana untuk membuat herbarium adalah dengan cara mengeringkan organ tumbuhan
yang selanjutnya ditata, diberi laber lalu disimpan ( Prasodjo,2007 ). Herbarium dibuat dari
specimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain.
Tumbuhan berhabitus pohon dan semak desertakan ujung batang, daun, bunga dan buah,
sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Untuk koleksi objek perlu
diperlihatkan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek
harus memperlihatkan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan
objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan (Dian Luvia, 2014).
Kegunaan herbarium diantaranya sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran,
sebagai media penelitian, sebagai alat bantu identifikasi, sebagai bukti adanya
keanekaragaman, sebagai specimen acuan untuk mempublikasikan specimen baru dan dapat
digunakan untuk pertukaran herbarium antar daerah dan negara. Biasanya herbarium dibuat
untuk tumbuhan yang berukuran kecil hingga sedang. (Purwanti W.H, 2012).
Herbarium berguna dalam pengenalan dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan. Pada
tumbuhan tingkat rendah organ-organ tersebut adalah spora atau kumpulan-kumpulan spora
dan bagian-bagian tertentu yang spesifik. Sedangkan untuk tumbuhan tingkat tinggi, bagian-
bagian tersebut berupa bunga, buah, dan biji karena dasar klasifikasi tumbuhan tersebut
adalah struktur bunga (Sama, 2009). Peranan herbarium ini penting sekali untuk identifikasi
dan inventarisasi jenis-jenis tumbuhan, terutama untuk tumbuhan yang berasal dari hutan dan
hidup liar yang belum banyak dikenal serta untuk penelitian lebih lanjut, yakni sebagai
digunakan sebagai alat peraga, bahan penelitian, identifikasi, dan juga dokumentasi (Anonim,
2008).
Herbarium adalah spesimen yang digunakan untuk studi taksonomi, berupa tumbuhan
segar yang masih hidup tapi biasanya berupa bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan dengan metode tertentu. Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan
atas:
1. Herbarium basah
Herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah diawetkan dan disimpan
dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi berbeda.
Disamping itu dapat pula ditempatkan zat-zat lain dengan tujuan-tujuan tertentu, untuk
sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan.
(Anonim,2011).
Contohnya yaitu pengawetan pada specimen buah atau bunga yang memiliki bentuk
yang tebal dan tidak memungkinkan dilakukan pengawetan dengan cara koleksi kering.
Larutan umum yang digunakan dalam koleksi basah diantaranya alcohol 95% sebanyak
3500 mL (70%) dan aquades 1500 mL (30%) sehingga total larutan keseluruhan adalah
5000 mL. atau larutan terdiri dari alcohol 95% sebanyak 3100 mL (62%), aquades 1050
mL (33%), dan gliserin 250 mL (5%). Specimen yang diawetkan kemudian dimasukkan
dalam toples kaca. Ukuran toples disesuaikan dengan besar kecilnya specimen yang
diawetkan. Pada specimen tertentu, kandungan alkohol akan berubah, sehingga harus
dilakukan penggantian alkohol secara rutin (Purwanti W.H, 2012).
Spesiesmen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di
buat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda. Adapun zat yang
di gunakan pada herbarium basah diantaranya akuades, formalin 4% asam cuka 40%
terusi alkohol 50% dan gliserin 10%. (matnawi 1989).
2. Herbarium kering
Herbarium kering yaitu herbarium yang cara pengawetannya dengan cara dikeringkan.
Sebagian besar spesimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam herbarium ini
diproses melalui pengeringan. Pegeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari.
(Anonim, 2011)
Namun tetap terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bias diamati dan
dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya (matnawi, 1989). Cara membuat
herbarium kering ini yaitu pertama memilih bahan (tanaman) herbarium yang akan
diawetkan. Selanjutnya bahan (tanaman) herbarium dibersikan dari kotoran yang masih
melekat agar hasil herbarium maksimal. Bahan (tanaman) herbarium diletakkan di kertas
koran agar kandungan air cepat kering, selanjutnya ditimpa dengan kertas koran lalu
ditambahi dengan beban agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat, atau lapisi lagi dengan
beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencang
sehingga tanaman ter-press dengan kuat dan tanaman menjadi cepat kering. Bahan (tanaman)
herbarium selanjutnya dibiarkan minimal 2 minggu atau hingga bahan herbarium benar-benar
kering dan terasa kering bila disentuh. Ganti koran dengan yang kering setiap kali koran
pembungkus tanaman basah. Lakukan berulang-ulang hingga tanaman benar-benar kering
(Purwanti W.H, 2012).
Kekurangan pada herbarium yaitu specimen mudah mengalami kerusakan akibat
perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi pemakaian yang cukup tinggi
untuk identifikasi dan pengecekan data secara manual, tidak bisa diakses secara bersama-
sama oleh beberapa orang, biaya besar, tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat
diakses dari jarak jauh. Sedangkan kelebihan dari herbarium adalah sebagai pelengkap bahan
praktikum yang bisa langsung dibawa di dalam kelas atau ruangan, cara pembuatan yang
tidak terlalu sulit dan memudahkan praktikan meneliti tumbuhannya tanpa harus mengambil
sampel yang baru (Izwa iztie, 2014).

Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen


Biologi FMIPA USU. Medan

Fauzi, Ahmad.2010.
Matnawy,H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Prasodjo, Budi. 2007. Pengawetan Tumbuhan.Jakarta:Yudistira.
Ramadhanil. 2003. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang
PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi.
Sama, Surya. 2009. Pengaweatan Tanaman dan Pengawetan Hewan.
UPI : Bandung

Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A. 2005.


Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Triharto, Ahmad. 1996. Dasar-dasar perlindungan Tanaman.


UGM press : Yogyakatra
Iztie, Izwa. 2014. Pengertian Herbarium. (online). www.slideshare.net, diakses
tanggal 26 April 2015 pukul 10:34 WIB.
Luvia, Dian. 2014. Herbarium. (online). www.slideshare.net, diakses tanggal 27
April 2015 pukul 09:32 WIB.
W.H, Purwanti. 2012. Herbarium. (online). staff.uny.ac.id, diakses tanggal 26
April 2015 pukul 09:57 WIB.
https://id.scribd.com/doc/221654828/Herbarium
https://id.scribd.com/doc/118912812/Herbarium
https://id.scribd.com/doc/176543106/Makalah-Herbarium-6
https://id.scribd.com/doc/294523933/Herbarium
https://id.scribd.com/document/246731986/Laporan-Herbarium
https://id.scribd.com/doc/263200492/Lap-Herbarium
10/04/2017 23.11 pm

Anda mungkin juga menyukai