Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

1. Tanaman Bambu
Daun Bambu (Bambusa  sp) termasuk daun  lengkap karena memiliki ketiga syarat sebagai
daun lengkap yaitu memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan
helaian daun (lamina).(Citrosupomo ,1989).Bangun daun pada daun Bambu yaitu termasuk
bangun lanset karena bagian terlebar berada di tengah-tengah helaian daun dengan ujung daun
adalah runcing (acutus). Tepi daun pada daun Bambu adalah rata karena tepi daun pada pangkal
hingga ke ujung bertepi rata.  Pangkal daunnya runcing (acutus).Tulang daun adalah bertulang
sejajar karena mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun, sedangkan tulang-
tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai arah yang sejajar.  Permukaan
daun pada daun Bambu (Bambusa sp) adalah berbulu kasar (hispidus) karena jika diraba terasa
kasar.Daging daun (intervenium) pada daun Bambu (Bambusa sp) adalah seperti kertas
(papyraceus atau chartaceus) karena tipis tetapi cukup tegar.  Warna daun pada daun Bambu
(Bambusa sp) adalah hijau tua.

Klasifikasi Tumbuhan Daun Bambu


Kingdom Plantae.
Divisio Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida.
Ordo Cyperales
Famili Poaceae
Genus Bambusa.
Spesies Bambusa sp.

(Ohnberger,2003)

Helaian daun bambu mempunai urat daun sejajar seperti pada rumput, setiap daun
mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Bentuk helai daun umumnya melanset atau
memita-lanset. Helaian daun ini dihubungkan dengan pelepah daun oleh tangkai daun
( Widjaja,2001), pelepah daun merupakan bentuk dimorfisme dari pelepah buluh sehingga
memiliki bagian yang sama yaitu dilengkapi dengan aurikel ( kuping ) pelepah daun dan juga
ligula ( lidah ) pelepah daun ( McClure,1966).

Aurikel pelepah daun mungkin besar tetapi bisa juga kecil atau bahkan tidak tampak.Pada
beberapa jenis ada yang bercuping besar dan melipat keluar.Umumnya aurikel pelepah daun
mempunyai bulu kejur ada juga yang gundul.Permukaan dau bagian atas dan bagian bawah
biasanya dilapisi bulu lebat ataupun jarang bahkan beberapa jenis tidak berbulu. (Widjaja,2001)

2. Daun Cocor Bebek


Cocor bebek (Bryphyllum pinnata) merupakan jenis tanaman herbal, dengan tinggi
pohon mencapai 30-100 meter. Cocor bebek merupakan tanaman asli madagaskar.
Kesamaan iklim dan cuaca yang hampir sama dengan Indonesia, membuat cocor bebek
tumbuh subur dan semakin dikenal oleh masyarakat sebagai bahan obat alternatif.
Tanaman ini termasuk pada suku Crassuaceae, tanaman ini tersebar didaerah tropis,
ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias yang beguna atau tumbuh liar di semak,
tepi jalan, dan tempat-tempat lain yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering.
Tanaman cocor bebek ini tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias saja, tetapi juga
dapat dimanfaatkan untk pengobatan karena daun cocor bebek mengantung saponin,
flavonoid, dan tannin. Daun dari cocor bebek ini berbentuk memanjang atau bulat telur
dengan ujung tumpul tepi yang bergerigi, tunas-tunas muda muncul dari tepian daun
(tunas adventif). Daun bewarna hijau buram atau hijau kebiruan, lembaran,setiap helai
daunya tebal, dan mengandung banyak air. Selain itu, tangkai daunnya bersayap dan
dapat dikembangbiakan sebagai tanaman atau bibit baru. Jika daunnya dipetik akan
membentuk kuncup-kuncup anak tanaman dalam toreh-toreh pinggiran daunya. Cocor
bebek mempunyai batang yang tegak, dan pangkalnya berkayu dengan bentuk segi empat
tumpul atau membulat.(Depkes RI,2000).
Klasifikasi Tumbuhan Daun Bambu
Kingdom Plantae.
Divisio Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida.
Ordo Saxifragales
Famili Crassulaceae
Genus Kalanchoe
Spesies Bryphyllum
pinnata

( Majaz dkk,2011)

3. Daun Dewan daru


Tanaman dewan daru (Eugenia uniflora) berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan
dengan tinggi lebih dari 5 meter. Tanaman ini tersebar luas di negara-negara Amerika
Selatan terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan
Paraguay (Consolini and Sarubbio,2002). Tanaman ini menyebar di Indonesia hingga di
daerah Sumatera dan Jawa (Hutapea, 1994). Daun
tanaman mengandung flavonoid, saponin, dan tanin (Hutapea, 1994). Flavonoid dari
ekstrak daun berupa myricetrin, myrcitrin, gallocatechin, quercetin,
dan quercitrin (Schmeda-Hirschmann et al, 1987). Senyawa tannin yang diisolasi dari
fraksi aktif Eugenia uniflora antara lain gallocatechin, oenothein B, eugeniflorins D(1)
and D(2) (Lee et al, 2000). Klasifikasi Tumbuhan Daun Bambu
Kingdom Plantae.
Divisio spermatophyta
Kelas Dicotlyedoneae.
Ordo Myrtales
Famili Mytaceae
Genus Eugenia
Spesies Eugenia uniflora
L.
( Hutapea,1994)

Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna coklat. Daun yang


dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan
ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan
panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga
berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau.
Kelopak bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna
putih. Putik berbentuk slindris, makota bunga berbentuk kuku dan berwarna kuning.
Buah dari tanaman ini  berupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan
berwarna merah. Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki berwarna
coklat dan merupakan akar tunggang (Hutapea, 1994).
Daftar pustaka

Citrosupomo, Gembong. 1989. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Majaz,Q..Tatiya,A.U..Khurshid.M.Nazim,S. dan Siraj. S.2011. The Miracle Plant(


Kalanchoe pinnata): A Phytochemical and Pharmacological Review,IJRAP,2(5):1478.

Bangun, A.2012, Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia, Indonesia Publishing House,


Bandung,hal.394-395.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan
RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30.

Lee, M., Chiou, J., Yen, K., and Yang, L., 2000, EBV DNA polymerase Inhibition of
tannins from Eugenia uniflora, Cancer Letters, 154, 131-136.

Consolini, A.E., and Sarubbio, M.G., 2002, Pharmacological effects of Eugenia uniflora


(Myrtaceae) aqueous crude extract on rats heart, Journal of Ethno pharmacology,81,57-
63.

Anda mungkin juga menyukai