Anda di halaman 1dari 3

Tanaman Dadap Merah (Erythrina cristagalli)

Tanaman dadap merah merupakan tanaman yang termasuk ke dalam Famili


Fabaceae. Menurut Syamsu (2000) klasifikasi tanaman dadap merah adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Erythrina
Spesies : Erythrina crista-galli L.

Sumber : Mello (2019)

Tanaman dadap merah merupakan spesies tanaman yang berasal dari Brazil Selatan
(Mello, 2009). Tanaman ini secara alami tersebar ke negara-negara seperti Paraguay,
Bolivia Selatan, Uruguay, dan Argentina. Selain itu, persebaran tanaman dadap merah ini
juga mencapai hampir seluruh dunia mulai dari Afrika (Hyde, 2017), Australia (Bean,
2008), dan Amerika Selatan (Nesom, 2015). Di Indonesia Erythrina crista-galli L.
dikenal sebagai dadap merah sedangkan di Brazil dikenal dengan nama Corticeira-do-
banhado (Mello, 2009). Di Argentina tanaman dadap merah dikenal dengan nama Ceibo
dan menjadi simbol dari negara tersebut (Lozano, 2010).
Perawakan tanaman dadap merah adalah perdu-pohon, dengan ukuran diameter
batang cukup besar yakni 50-60 cm. Batang berbentuk silinder, berkayu dengan tinggi
batang yang dapat mencapai 15-20 m. Pada batang terdapat duri kecil berwarna hitam
(Tampubolon, 2011). Daun tanaman dadap merah berwarna hijau tua hingga hijau muda,
berbentuk majemuk, beranak daun tiga dan dilapisi kutikula. Tangkai daun memiliki
panjang sekitar 10-40 cm, Pertulangan daun menyirip, permukaan daun licin serta duduk
daun berhadapan (Tampubolon, 2011).
Bunga tanaman dadap merah terletak di ujung batang yang berdaun. Warna bunga
bervariasi antara lain merah hingga merah jingga. Bunga termasuk tipe bunga majemuk,
perbungaan tandan berbentuk kerucut, panjang ±1,9 cm, bunga lengkap berbentuk
asimetris, bentuk mahkota bunga seperti bulan sabit, dan stamen ± 10. Kelopak bunga
berbentuk bulat telur terbalik dan melebar, ujung kelopak, seperti sayap serta tunas
bunga berwarna putih kehijauan dengan ujung merah. Buah dari tumbuhan dadap merah
(Erthrina crista-galli L.) termasuk dalam polong-polongan, dengan kulit buah memiliki
rambut halus dan bertangkai. Buah berbentuk bergelombang dan sedikit menyempit
diantara biji-biji dengan ukuran kisaran 15- 20 cm x 1,5-2 cm, berisi 5-10 butir biji yang
berbentuk bulat telur, biji berwarna coklat, merah, atau ungu mengkilap (Tampubolon,
2011).
Berdasarkan beberapa studi mengenai komposisi kimia dari tanaman dadap merah
ini diketaui bahwa tanaman dadap merah memiliki agen anti inflamasi (Weber, 2004).
Menurut Ong (2008), kandungan kimia yang ada dalam tanaman dadap merah
(Erythrina crysta-galli L.) yaitu bagian daun mengandung senyawa kimia berupa 75%
air, 12% karbohidrat, 6% albuminoid, alkaloid eritrilin, dan saponin. Bagian biji
mengandung senyawa alkaloid eritrilin, hipaforin, dan saponin. Pada bagian bunga
(kelopak) mengandung zat antosianin yang menampakan pigmen warna merah tua yang
menyala.

Tanaman Oleander (Nerium oleander)


Tanaman oleander merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili
Apocynaceae. Menurut Tjitrosoepomo (1991), klasifikasi tanaman oleander adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sukelas : Sympetalae
Ordo : Cortontae (Apocynales)
Famili : Apocynaceae
Genus : Nerium
Spesies : Nerium oleander L.

Sumber: Abdou (2019)

Tanaman oleander merupakan tanaman yang berasal dari wilayah Mediterania


meliputi Afrika dan Eropa (Taberi, 2013). Di banyak negara, tanaman ini dikenal
dengan berbagai nama meliputi Adelfa, Baladre, Cascabela thevetia, Cerbera thevetia,
Common Oleander, Exile Tree, Huang Hua Jia, Jia Zhu Tao, Kaner, Karvir, Karvira,
Laurose, Nérier à Feuilles de Laurier, Nérion, Laurel Rosa, Laurier-Rose, Laurier Rose,
Oleandre, Oleandri folium, Oleander blatter, Laurose, Rose Laurel, Sweet Scented
Oleander, Rose Bay, Thevetia neriifolia, Thevetia peruviana, Nerium indicum, Nerium
Oleander, Nerium odorum, Yellow Oleander (Farooqui, 2018). Di Indonesia Nerium
oleander ini dikenal dengan nama kembang mentega, bunga mentega oleander, jure
(jawa), kenyeri (Bali) (Hembing, 1993)
Perawakan tanaman oleander adalah perdu tegak yang dapat tumbuh 1,5 hingga 3
meter. Tanaman ini memiliki akar serabut yang tumbuhnya dari pangkal batang sehingga
seringkali terlihat dipermukaan tanah. Daun tanaman oleander berbentuk pita dengan
struktur yang keras dan tajam. Warna daun bervariasi mulai dari hijau gelap hingga abu-
abu kehijauan (Abdou, 2019) dengan panjang sekitar 5-21 cm dan lebar 1-2 cm. Daun
bertepi rata, tersusun dalam pusaran dan berpasangan. Bagain adaksial dan abaksial daun
ditutupi kutikula yang tebal dan memiliki trikoma (Abdalla, 2016). Bunga tanaman
oleander beraroma wangi, berbentuk jorong, diameter sekitar 2,5-5 cm dan tersusun
berkelompok di ujung cabang (Abdou, 2019). Warna bunga bermacam-macam yakni dari
putih, merahmuda, dan merah tua (Abdou, 2019). Buah oleander berbentuk polong
sempit dan berisi banyak biji yang berambut halus (Abdou, 2019).
Nerium oleander dapat tumbuh di wilayah subtropis hangat dan umumnya
digunakan sebagai tanaman hias di taman maupun pinggir jalan (Farooqui, 2018).
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman beracun. Semua bagian dari tanaman ini
mengandung komponen yang bersifat toksik. Komponen toksik utama dari tanaman ini
adalah cardiac glikosides berupa oleandrin, neriin (Farooqui, 2018). Selain itu juga
terdapat cardenolides, gentiobiosyl, and odoroside. Kompponen cardiac glikosides ini
dapat menginaktivasi pompa Na+/K+ pada membran sitoplasma di sel jantung
(Demiryurek, 2005).
Dibalik komponen toksik yang dimilikinya, tanaman oleandrin menyimpan banyak
manfaat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tanaman oleandrin
digunakan untuk pengobatan gagal jantung, leprosy, dan malaria. Selain itu, tanaman
oleander memiliki aktifitas anti inflamasi, anti mikroba (Farooqui, 2018), anti kanker
(Ali, 2009) dan pada pada ekstrak akar, datang, dan daun tanaman oleander memilki
aktivitas antibakteri (Iran, 2012). Kandungan cardiac glikosides yang dimiliki tanaman
oleandrin juga berpotensi menjadi larvasida karena memiliki daya racun, menghambat
pembentukan ovum serangga (Kumar, 2012).

Anda mungkin juga menyukai